tag:blogger.com,1999:blog-66432823392958798622024-03-13T08:22:42.714+07:00Saru Seru3gp sex - cerita hot - porno - seks - kenthu - kitul - ngentot - memek - perawan - bispak - tante girang - kontol - memek sma/smp - gadis bugil - pelacur - lonte - perek - bisyar - pekcum - perkosa - pesta sex - maria ozawa - naughty america - ngocok - cokli - mobil goyang - lesbi - gay - homo - kontol besar - penis - jembut - itil - pemuas tante - perekCerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.comBlogger36125truetag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-37327074701071978212010-12-09T15:39:00.000+07:002010-12-09T15:39:33.271+07:00Aku mengincar Aura Kasih sejak duluAura Kasih namanya, cewek sangat seksi, putih mulus, buah dada besar, badang tinggi, hmmm sebuah kesempurnaan wanita, sejak mengenal cewek ini aku sangat terpikat, kalo berjalan itu buah dadanya sungguh menggemaskan. Aku mengincar Aura Kasih sejak dulu. Aku ingin menikmati kesintalan tubuhnya yang sangat aduhai, aku membayangkan Aura Kasih melenggok lenggok di ranjang dengan gemulai merasakan kepuasan sensasi seksual, aku kenal dengannya ketika aku ada urusan di sebuah house production, kebetulan dia juga teman facebookku, malah sering mengomentari wallku. Kadang dia minta bantuanku kalo ada masalah dengan komputernya. Kelihatannya masih gadis, nggak tahu kalo pernah dipakai orang lain, kita pantas curiga kalo ada artis tiba tiba terkenal. Sisi buruk artis kali. Atau mungkin sudah pernah bercinta dengan pacarnya, tapi itu harus aku buktikan dengan bercinta dengannya.<br />
<a name='more'></a><br />
<span class="fullpost"><br />
Bagaimana mendapatkan Aura Kasih agar mau bercinta denganku ? Wah sulit …. tetapi cewek ini sebenarnya tidak susah ditaklukan …. ada banyak kelemahan, aku suka memancingnya dengan mengirim email liwat inbox facebooknya, alhasil suatu hari Aura Kasih mengirimi email lewat inbox facebooknya butuh bantuanku, aku diminta datang sore itu, aku datang memakai motorku. Sesampai di rumahnya yang lumayan besar, beberapa orang ada di situ, kayaknya orang dari mana aku tidak menggubrisnya, aku duduk menunggu Aura Kasih di ruangan tengah ketika aku datang hanya disapa oleh pembantunya. Akhirnya, dewi pujaanku muncul juga dengan kaos yang aduhai, buahdadanya membusung padat dan menggunakan celana pendek .. alamak kemulusan pahanya membuat adikku ngaceng.<br />
<br />
“Selamat sore Han … “<br />
<br />
Aku tergagap melihat kecantikan luar biasa dari Aura Kasih.<br />
<br />
“Sell la .. mat sore … Aura “<br />
<br />
“Tumben kamu kok grogi ? mang ada apa denganku ?”<br />
<br />
“Kamu sih cantik sekali sore ini .. membuat aku jatuh hati “ rayuku<br />
<br />
“Halah .. aku biasa saja kok “<br />
<br />
“Asli deh … “<br />
<br />
“Udah .. udah ! aku mau minta tolong benerin komputerku, laptopku, juga komputer di ruangan sebelah timur itu” tunjuknya sambil duduk di sampingku<br />
<br />
“Lha kok ngasih kerjaan bejibun nih… mang guwe kayak kerja rodi .. “<br />
<br />
“Ndak deh .. ntar aku bayar .. “<br />
<br />
“Bayar pake cium ya “<br />
<br />
“Ah … kau ini jahil Han “ ujarnya sambil mencubitku<br />
<br />
Aku memilih mengerjakan komputer dulu, Aura Kasih meletakan laptop baru yang dibelinya dan tidak ada OSnya, aku sendiri yang membelikan OS dan Officenya sendiri … itu pun uangnya juga ditransfer ke rekeningku, jadi aku cuma tenaga dan transport dowangan. Itupun masih sisa jadi tetap kukembalikan ke pacarku eh Aura Kasih … Aura Kasih hanya menonton tv, aku dibiarkan bekerja dengan satu komputer satu laptop. Karena aku menggunakan 2 keping dvd maka aku bisa meninggalkan komputer, tapi aku menyelesaikan komputer dulu. cukup lama juga, toh komputer itu dah ngejreng dan memukau, saatnya mengerjai Aura Kasih .. maksudnya laptopnya …<br />
<br />
Aku dudu di kursi sofa itu, melihatku bekerja serius Aura Kasih memukul punggungku dengan bantal<br />
<br />
“Mang kamu belajar dari mana semua itu, nggak mungkin nggak kuliah “<br />
<br />
“Mang ada kuliah komputer terus mata kuliahnya benerin komputer ? itu kursus “<br />
<br />
“Lha kamu kursus di mana ?”<br />
<br />
“Sama Tarzan .. “ ujarku asal<br />
<br />
“Hah … “ ujarnya kaget dan memukul lagi dengan bantal lalu duduk menggeser dekat aku, ngomong beberapa software minta diinstall kadang kepalanya hanya beberapa centi dengan diriku, ketika dia mencoba laptopnya dan dekat dengan kepalanya langsung kucium pipinya<br />
<br />
“Nakal kamu .. “ ujarnya memukul dengan bantal lalu mencubiti tanganku dan matanya melotot marah.<br />
<br />
Aku melawan rasa sakit dicubiti kadang di tampar dengan keras, aku hanya diam, melihat aku tak melawan Aura Kasih terdiam.<br />
<br />
“Ada apa denganmu Han .. kok tiba tiba menciumku “ ujarnya masih dongkol<br />
<br />
Aku hanya mengelus pipiku yang sakit ditampar.<br />
<br />
“Gimana aku nggak tahan melihat seorang bidadari secantik Aura Kasih “ ujarku polos<br />
<br />
“Maumu apa sih … “ ujarnya melemah.<br />
<br />
Kuangkat tanganku dan kurangkul, kutarik kepalanya, Aura Kasih tidak menolak dan langsung kucium bibirnya. Kucium bibirnya dengan lembut Aura Kasih membalas pagutanku dengan pelan pula dan sedikit ragu, tiba tiba Aura Kasih merangkulkan tangannya ke pundaku serta memegang kepalaku, pagutannya kian cepat dan bernafsu. Tanganku semakin aktif mengelus pahanya yang mulus, Aura Kasih merintih rintih, mendesah penuh kenikmatan. Tiba-tiba Aura melepaskan pagutannya dan menepis tanganku<br />
<br />
“Apa yang kita lakukan Han ?” ujarnya heran<br />
<br />
Aku hanya tersenyum.<br />
<br />
Tangan satuku masih melingkar di punggung Aura Kasih. Aku tak akan mundur, akan kunikmati cewek ini. Penisku yang sudah ngaceng membuat Aura Kasih melotot, besaran penisku tercetak jelas di celanaku. Kukembali menubruk Aura Kasih dan menindih di sofa itu dan kembali melumat bibirnya, Aura Kasih tidak menolak dan membalas pagutannku<br />
<br />
“Kau nekat sekali Han … “<br />
<br />
“Aku suka dirimu Aura “<br />
<br />
“Jangan lakukan di sini Han .. bahaya “<br />
<br />
“Lalu di mana ?”<br />
<br />
Aku melirik ke kamar yang jauhnya 5 meter dan lirikannya tertangkap mataku, kuberdiri dan kutarik tangannya, Aura Kasih tak menolak, kugandeng masuk ke kamar dan kututup pintu kamar itu.<br />
<br />
“Han … kau benar benar keras kepala .. “<br />
<br />
Aku tak menjawab dan menindih Aura Kasih dan melumat bibirnya, Aura Kasih membalas pagutanku, lidahku menjulur ke dalam mulut Aura Kasih, kami bermain lidah dan tanganku sendiri sudah mulai meraba raba tubuhnya, masuk ke dalam kaosnya, menaikan cup BHnya dengan susah, tangan satuku tak tinggal diam masuk juga mencari kaitan BHnya dan terlepas. Tangan kananku langsung menaikan cup BHnya dan meremas buah dada Aura Kasih, Aura Kasih mendesah ditengah sela sela pagutan kami, rintihan semakin memenuhi kamar itu, ranjang yang empuk, ranjang akan memuaskan dua manusia berlawan jenis itu.<br />
<br />
Tubuh Aura Kasih masih kutindih dan buah dadanya kuremasi keduanya, tangan kananku bergantian meremas buah dadanya yang semakin mengeras itu dibakar rangsangan, aku menaikan kaosnya.<br />
<br />
“Lepas kaosmu Aura … aku ingin melihat kesintalan tubuhmu “<br />
<br />
Aura Kasih yang sudah terbakar nafsu hanya tersenyum<br />
<br />
“kau juga Han .. tak adil hanya aku melepas kaosku, akan kulihat seberapa jauh dirimu kurang ajar “<br />
<br />
Kulepas kaosnku juga, lalu aku membuka resluiting celanaku lalu menariknya kebawah dan membuangnya, penisku yang masih tertutup CD itu membuat Aura Kasih mendelik. Kutarik BHnya lewat tangannya dan kulepas<br />
<br />
“Buah dadamu indah sekali Aura … “ ujarku langsung menyusu ke buah dadanya, kuemut puntingnya yang lancip itu, Aura Kasih meremasi kepalaku<br />
<br />
“Lakukan Han … beri aku kepuasa .. aku sudah lama tak melakukan ini “<br />
<br />
Aura Kasih menarik CDnya dan kakinya ikut mendorong kebawah CD itu dan sampai pada dengkuku<br />
<br />
“Gede banget punyamu Han … “<br />
<br />
Kulepaskan kulumanku pada punting buh dada Aura Kasih, kubuang CD ku ke lantai dan aku membuka celana pendek Aura Kasih, CDnya suda basah terangsang, kutarik dan tinggal CDnya. Alamak, kemaluannya benar benar bersih dan rambut kemaluannya benar benar tipis dan rapi<br />
<br />
“Kau benar benar memikat aku Aura “ pujiku sambil menarik CDnya.<br />
<br />
“Lakukan Han … Lakukan .. “<br />
<br />
Kami sudah bertelanjang bulat tanpa sehelai benangmu, kutindih Aura Kasih dan kugulingkan, kini Aura Kasih berada di atas, Aura Kasih memagut bibirku dan tangan satunya meremas penisku. jangkauan tangannya tidak menggegam namun tak sampai bisa penuh karena penisku yang membesar itu, sesekali di kocoknya<br />
<br />
“Siapa yang pernah melakukan Aura “<br />
<br />
“Hmmm .. rahasia Han . kau juga harus pegang rahasia “<br />
<br />
Kami kembali bergumul saling memeluk, memilin dan memagut, kakinya menjepit kedua kakiku, penisku tertindih pahanya yang mulus. Tubuh kami sudah basah berkeringat, Aura Kasih masih memeluku erat, kugulingkan dan kini aku menindih, kuangkat kedua pahanya dan aku menarik tubuhku, langsung saja aku menyosor ke vagina<br />
<br />
“Oh .. Han ….. betapa enaknya .. “<br />
<br />
Aura Kasih mendesah dan merintih. vaginanya yang rapat kini akan kubuka dengan jilatanku, jilatan pertama membuat Aura menaikan badanya melengkung dan kusambut dengan remasan pada buah dadanya, sehingga kepalanya oleng ke sana kemiri, kujilati dan kumasukan lidahku ke lubang yang becek itu. Rambutnya terurai tak beraturan, olengan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Matanya memutih menahan sensasi jilatanku pada vaginanya.<br />
<br />
“Han .. enak Han .. terus Han .. terus .. “<br />
<br />
Aku terus menjilati dan menyedot nyedot vaginanya, tangan Aura Kasih menggapai gapai sprei dan kadang menggigit bibirnya sendiri. Menit demi menit, vaginanya kian merekah dan kelentitnya aku jilati, Aura Kasih semakin menjerit penuh kenikmatan, Aura Kasih berteriak dan menahan jeritannya.<br />
<br />
“Gantian aku Han “<br />
<br />
Kuhentikan jilatannya dan aku kembali dalam posisi duduk, Aura Kasih bangun dan langsung memegang penisku, kepalanya masuk menuju ke selakanganku, Aura Kasih menjilati penisku dan juga menjilati buah zakarku, mengocok penisku naik turun. Penisku yang besar itu dijilati dengan rakus, dan pada bagian kelapanya di masukan, kemudian dikeluarkan. Kurapikan rambutnya agar tidak menganggu bermain dengan penisku. Kuremas buah dadanya yang memadat itu dengan tanganku<br />
<br />
Erangan Aura Kasih menggema dalam kamar itu dan mulai memasukan sebagian batangku dalam mulutnya, menyedot nyedot bagaikan mainan. Giginya menyentuh batang penisku dan membuat aku serasa terbang<br />
<br />
“Enak Aura … enak … terus Aura “<br />
<br />
Aura semakin tenggelam dalam kenikmatan mengulum penisku. Penisku serasa mengkilap penuh air liuar Aura Kasih,<br />
<br />
“Crop … “Aura Kasih melepaskan penisku lalu merangkul pundaku<br />
<br />
“Masukin Han … “<br />
<br />
“Kau mau keluar di mana Aura ..?”<br />
<br />
“Didalam saja .. “<br />
<br />
“Kau tak takut hamil .. ??“ tanyaku<br />
<br />
“lakukan saja Han “<br />
<br />
Aura Kasih seakan memaksa dan memegang penisku, lubangnya yang belum tertutup rapat itu mengepaskan pada penisku. Penisku mulai masuk pada bagian atas batangku, serasa sangat sesak sekali,<br />
<br />
“Punyamu kebesaran .. Han “<br />
<br />
Aura Kasih menekan penisku dengan pelan. Aura Kasih meringis kesakitan ketika batangku mulai tenggelam sedikit demi sedikit, Aura Kasih menaikan badannya lalu menurunkan lagi berulang ulang, mili demi mili, menit demi menit berjalan, penisku sudah separo amblas dalam vagina Aura Kasih dan membuatku serasa diremas remas dan disedot sedot, dinding vagina seolah olah menggoyak batang penisku yang semakin panas<br />
<br />
“Sakit Han …. tapi enak khan, kutelan penismu Han “ ujarnya dengan tersenyum<br />
<br />
“Oh .. betapa enaknya Aura … “<br />
<br />
Akhirnya amblas juga penisku dalam lubangnya yang becek itu.<br />
<br />
“Kita lakukan Han … beri aku kenikmatan surga Han .. “<br />
<br />
“Baik Aura . “<br />
<br />
Aura Kasih menggenjot tubuhku naik turun kami saling melumat dan memelukku, tanganku kadang meremas buah buah dadanya, bunyi keciplak memenuhi kamar itu, Aura Kasih berteriak, menggelinjang. Tubuhnya naik turun dengan irama teratur, tanganku mengelus elus pahanya yang mulus.<br />
<br />
“Han . enak Han … Oh …. “ ujarnya ditengah deburan nafasnya yang tak teratur, kuberikan rangsangan dengan meremas buah dadanya sebelah kanan dan sebelah kiri puntingnya aku kulum, Aura Kasih meremas kepalaku. Kami memacu dengan posisi seperti itu lama sekali, namun Aura Kasih sepertinya hendak orgasme<br />
<br />
“Han .. aku tak tahan .. “<br />
<br />
“Keluarkan Aura … oh .. betapa enak tempekmu Aura “<br />
<br />
Aura Kasih tersenyum sambil naik turun di selakanganku.<br />
<br />
Aura mempercepat gejotannya dan akhirnya muncrat juga.<br />
<br />
“Oh .. aku sammmmmmpaiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii “<br />
<br />
Tubuhnya yang indah itu melengkung bak busur panah, kuberikan tambahan remas pada buah dadanya dengan meremasnya untuk mengoptimalkan orgasmenya. Aura menikmati orgasmenya yang pertama, tubuhnya lunglai lalu kutangkap dan ku dekap, Aura Kasih memelukku dengan kedua tangannya.<br />
<br />
“Makasih Han .. telah memberikan aku kepuasan .. “</span>Cerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-28876552981119318862010-11-07T01:51:00.001+07:002010-11-07T03:21:44.239+07:00Gairah Panas PasienkuSudah masuk tahun ketiga aku buka praktek di sini semuanya berjalan biasa-biasa saja seperti layaknya praktek dokterr umum lainnya. Pasien bervariasi umur dan status sosialnya. Pada umumnya datang ke tempat praktekku dengan keluhan yang juga tak ada yang istimewa. Flu, radang tenggorokan, sakit perut, maag, gangguan pencernaan, dll. <br />
Akupun tak ada masalah hubungan dengan para pasien. Umumnya mereka puas atas hasil diagnosisku, bahkan sebagian besar pasien merupakan pasien “langganan”, artinya mereka sudah berulang kali konsultasi kepadaku tentang kesehatannya. Dan, ketika aku iseng memeriksa file-file pasien, aku baru menyadari bahwa 70 % pasienku <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=2887655298111931886" id="AdBriteInlineAd_adalah" name="AdBriteInlineAd_adalah" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">adalah</a> ibu-ibu muda yang berumur antar 20 - 30 tahun. Entah kenapa aku kurang tahu.<br />
“Mungkin dokter ganteng dan baik hati” kata Nia, suster yang selama ini membantuku.<br />
<a name='more'></a><br />
“Ah kamu . bisa aja”<br />
“Bener Dok” timpal Tuti, yang bertugas mengurus administrasi praktekku.<br />
Oh ya, sehari-hari aku dibantu oleh kedua wanita itu. Mereka semua sudah menikah. Aku juga sudah menikah dan punya satu anak lelaki umur 2 tahun. Umurku sekarang menjelang 30 tahun.<br />
Aku juga berpegang teguh pada sumpah dan etika dokter <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=2887655298111931886" id="AdBriteInlineAd_dalam" name="AdBriteInlineAd_dalam" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">dalam</a> menangani para pasien. Penuh perhatian mendengarkan keluhan mereka, juga Aku tak “pelit waktu”. Mungkin faktor inilah yang membuat para ibu muda itu datang ke tempatku. Diantara mereka bahkan tidak mengeluhkan tentang penyakitnya saja, <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=2887655298111931886" id="AdBriteInlineAd_tapi" name="AdBriteInlineAd_tapi" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">tapi</a> juga perihal kehidupan rumah tangganya, hubungannya dengan suaminya. Aku menanggapinya secara profesional, tak ingin melibatkan secara pribadi, karena aku mencintai isteriku.<br />
Semuanya berjalan seperti biasa, wajar, sampai suatu hari datang Ny. Syeni ke meja praktekku ..<br />
Kuakui wanita muda ini memang cantik dan seksi. Berkulit kuning bersih, seperti pada umumnya wanita keturunan Tiong-hwa, parasnya mirip bintang film Hongkong yang aku lupa namanya, langsing, lumayan tinggi, dan …. inilah yang mencolok : dadanya begitu menonjol ke depan, membulat tegak, apalagi sore ini dia mengenakan blouse bahan kaos yang ketat bergaris horsontal kecil2 warna krem, yang makin mempertegas keindahan bentuk sepasang payudaranya. Dipadu dengan rok <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=2887655298111931886" id="AdBriteInlineAd_mini" name="AdBriteInlineAd_mini" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">mini</a> warna coklat tua, yang membuat sepasang kakinya mulusnya makin “bersinar”.<br />
<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=2887655298111931886" id="AdBriteInlineAd_dari" name="AdBriteInlineAd_dari" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">Dari</a> kartu pasien tertera Syeni namanya, 28 tahun umurnya.<br />
“Kenapa Bu .” sapaku.<br />
“Ini Dok . sesak bernafas, hidung mampet, trus perut saya mules”<br />
“Kalau menelan sesuatu sakit engga Bu “<br />
“Benar dok”<br />
“Badannya <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=2887655298111931886" id="AdBriteInlineAd_panas" name="AdBriteInlineAd_panas" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">panas</a> ?”<br />
Telapak tangannya ditempelkan ke dagunya.<br />
“Agak anget kayanya”<br />
Kayanya radang tenggorokan.<br />
“Trus mulesnya . kebelakang terus engga”<br />
“Iya Dok”<br />
“Udah berapa kali <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=2887655298111931886" id="AdBriteInlineAd_Dari" name="AdBriteInlineAd_Dari" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">dari</a> pagi”<br />
“Hmmm . dua kali”<br />
“Ibu ingat makan apa saja kemarin ?”<br />
“Mmm rasanya engga ada yang istimewa . makan biasa aja di rumah”<br />
“Buah2 an ?”<br />
“Oh ya . kemarin saya makan mangga, 2 buah”<br />
“Coba ibu <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=2887655298111931886" id="AdBriteInlineAd_baring" name="AdBriteInlineAd_baring" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">baring</a> disitu, saya perika dulu”<br />
Sekilas paha putih mulusnya tersingkap ketika ibu muda ini menaikkan kakinya ke dipan yang memang agak tinggi itu.<br />
Seperti biasa, Aku akan memeriksa pernafasannya dulu. Aku sempat bingung. Bukan karena dadanya yang tetap menonjol walaupun dia berbaring, tapi seharusnya dia memakai baju yang ada kancing ditengahnya, biar aku gampang memeriksa. Kaos yang dipakainya tak berkancing.<br />
Stetoskopku udah kupasang ke kuping<br />
Ny. Syeni rupanya tahu kebingunganku. Dia tak kalah bingungnya.<br />
“Hmmm gimana Bu”<br />
“Eh .. Hmmm .. Gini aja ya Dok” katanya sambil agak ragu melepas ujung kaos yang tertutup roknya, dan menyingkap kaosnya tinggi-tinggi sampai diatas puncak bukit kembarnya. Kontan saja perutnya yang mulus dan cup Bhnya tampak.<br />
Oohh . bukan main indahnya tubuh ibu muda ini. Perutnya yang putih mulus rata, dihiasi pusar di tengahnya dan BH cream itu nampak ketat menempel pada buah dadanya yang ampuun .. Putihnya . dan menjulang.<br />
Sejenal aku menenangkan diri. Aku sudah biasa sebenarnya melihat dada wanita. Tapi kali ini, cara Ibu itu membuka kaos tidak biasa. Bukan dari atas, tapi dari bawah. Aku tetap bersikap profesional dan memang tak ada sedikitpun niatan untuk berbuat lebih.<br />
Kalau wanita dalam posisi berbaring, jelas dadanya akan tampak lebih rata. Tapi dada nyonya muda ini lain, belahannya tetap terbentuk, bagai lembah sungai di antara 2 bukit.<br />
“Maaf Bu ya ..” kataku sambil menyingkap lagi kaosnya lebih keatas. Tak ada maksud apa-apa. Agar aku lebih leluasa memeriksa daerah dadanya.<br />
“Engga apa-apa Dok” kata ibu itu sambil membantuku menahan kaosnya di bawah leher.<br />
Karena kondisi daerah dadanya yang menggelembung itu dengan sendirinya stetoskop itu “harus” menempel-nempel juga ke lereng-lereng bukitnya.<br />
“Ambil nafas Bu.”<br />
Walaupun tanganku tak menyentuh langsung, melalui stetoskop aku dapat merasakan betapa kenyal dan padatnya payudara indah ini.<br />
Jelas, banyak lendir di saluran pernafasannya. Ibu ini menderita radang tenggorokan.<br />
“Maaf Bu ya ..” kataku sambil mulai memencet-mencet dan mengetok perutnya. Prosedur standar mendiagnosis keluhan perut mulas.<br />
Jelas, selain mulus dan halus, perut itu kenyal dan padat juga. Kalau yang ini tanganku merasakannya langsung.<br />
Jelas juga, gejalanya khas disentri. Penyakit yang memang sedang musim bersamaan tibanya musim buah.<br />
“Cukup Bu .”<br />
Syeni bangkit dan menurunkan kakinya.<br />
“Sakit apa saya Dok” tanyanya. Pertanyaan yang biasa. Yang tidak biasa adalah Syeni masih membiarkan kaosnya tersingkap. Belahan dadanya makin tegas dengan posisnya yang duduk. Ada hal lain yang juga tak biasa. Rok mini coklatnya makin tersingkap menampakkan sepasang paha mulus putihnya, karena kakinya menjulur ke bawah menggapai-gapai sepatunya. Sungguh pemandangan yang amat indah .<br />
“Radang tenggorokan dan disentri”<br />
“Disentri ?” katanya sambil perlahan mulai menurunkan kaosnya.<br />
“Benar, bu. Engga apa-apa kok. Nanti saya kasih obat” walaupun dada dan perutnya sudah tertutup, bentuk badan yang tertutup kaos ketat itu tetap sedap dipandang.<br />
“Karena apa Dok disentri itu ?” Sepasang pahanya masih terbuka. Ah ! Kenapa aku jadi nakal begini ? Sungguh mati, baru kali ini aku “menghayati” bentuk tubuh pasienku. Apa karena pasien ini memang luar biasa indahnya ? Atau karena cara membuka pakaian yang berbeda ?<br />
“Bisa dari bakteri yang ada di mangga yang Ibu makan kemarin” Syeni sudah turun dari pembaringan. Tinggal lutut dan kaki mulusnya yang masih “tersisa”<br />
Oo .. ada lagi yang bisa dinikmati, goyangan pinggulnya sewaktu dia berjalan kembali ke tempat duduk. Aku baru menyadari bahwa nyonya muda ini juga pemilik sepasang bulatan pantat yang indah. Hah ! Aku makin kurang ajar. Ah engga.. Aku tak berbuat apapun. Cuma tak melewatkan pemandangan indah. Masih wajar.<br />
Aku memberikan resep.<br />
“Sebetulnya ada lagi Dok”<br />
“Apa Bu, kok engga sekalian tadi” Aku sudah siap berkemas. Ini pasien terakhir.<br />
“Maaf Dok .. Saya khawatir .. Emmm ..” Diam.<br />
“Khawatir apa Bu “<br />
“Tante saya kan pernah kena kangker payudara, saya khawatir .”<br />
“Setahu saya . itu bukan penyakit keturunan” kataku memotong, udah siap2 mau pulang.<br />
“Benar Dok”<br />
“Ibu merasakan keluhan apa ?”<br />
“Kalau saya ambil nafas panjang, terasa ada yang sakit di dada kanan”<br />
“Oh . itu gangguan pernafasan karena radang itu. Ibu rasakan ada suatu benjolan engga di payudara” Tanpa disadarinya Ibu ini memegang buah dada kanannya yang benar2 montok itu.<br />
“Saya engga tahu Dok”<br />
“Bisa Ibu periksa sendiri. Sarari. Periksa payudara sendiri” kataku.<br />
“Tapi saya kan engga yakin, benjolan yang kaya apa ..”<br />
Apakah ini berarti aku harus memeriksa payudaranya ? Ah engga, bisa-bisa aku dituduh pelecehan seksual. Aku serba salah.<br />
“Begini aja Bu, Ibu saya tunjukin cara memeriksanya, nanti bisa ibu periksa sendiri di rumah, dan laporkan hasilnya pada saya”<br />
Aku memeragakan cara memeriksa kemungkinan ada benjolan di payudara, dengan mengambil boneka manequin sebagai model.<br />
“Baik dok, saya akan periksa sendiri”<br />
“Nanti kalau obatnya habis dan masih ada keluhan, ibu bisa balik lagi”<br />
“Terima kasih Dok”<br />
“Sama-sama Bu, selamat sore”<br />
Wanita muda cantik dan seksi itu berlalu.<br />
Lima hari kemudian, Ny Syeni nongol lagi di tempat praktekku, juga sebagai pasien terakhir. Kali ini ia mengenakan blouse berkancing yang juga ketat, yang juga menonjolkan buah kembarnya yang memang sempurna bentuknya, bukan kaos ketat seperti kunjungan lalu. Masih dengan rok mininya.<br />
“Gimana Bu . udah baikan”<br />
“Udah Dok. Kalo nelen udah engga sakit lagi”<br />
“Perutnya ?”<br />
“Udah enak”<br />
“Syukurlah … Trus, apa lagi yang sakit ?”<br />
“Itu Dok .. Hhmmm .. Kekhawatiran saya itu Dok”<br />
“Udah diperiksa belum ..?”<br />
“Udah sih . cuman …” Dia tak meneruskan kalimatnya.<br />
“Cuman apa .”<br />
“Saya engga yakin apa itu benjolan atau bukan ..”<br />
“Memang terasa ada, gitu “<br />
“Kayanya ada kecil . tapi ya itu . saya engga yakin”<br />
Mendadak aku berdebar-debar. Apa benar dia minta aku yang memeriksa . ? Ah, jangan ge-er kamu.<br />
“Maaf Dok .. Apa bisa …. Saya ingin yakin” katanya lagi setelah beberapa saat aku berdiam diri.<br />
“Maksud Ibu, ingin saya yang periksa” kataku tiba2, seperti di luar kontrol.<br />
“Eh .. Iya Dok” katanya sambil senyum tipis malu2. Wajahnya merona. Senyuman manis itu makin mengingatkan kepada bintang film Hongkong yang aku masih juga tak ingat namanya.<br />
“Baiklah, kalau Ibu yang minta” Aku makin deg-degan. Ini namanya rejeki nomplok. Sebentar lagi aku akan merabai buah dada nyonya muda ini yang bulat, padat, putih dan mulus !<br />
Oh ya . Lin Chin Shia nama bintang film itu, kalau engga salah eja.<br />
Tanpa disuruh Syeni langsung menuju tempat periksa, duduk, mengangkat kakinya, dan langsung berbaring. Berdegup jantungku, sewaktu dia mengangkat kakinya ke pembaringan, sekilas CD-nya terlihat, hitam juga warnanya. Ah . paha itu lagi . makin membuatku nervous. Ah lagi, penisku bangun ! baru kali ini aku terangsang oleh pasien.<br />
“Silakan dibuka kancingnya Bu”<br />
Syeni membuka kancing bajunya, seluruh kancing ! Kembali aku menikmati pemandangan seperti yang lalu, perut dan dadanya yang tertutup BH. Kali ini warnanya hitam, sungguh kontras dengan warna kulitnya yang bak pualam.<br />
“Dada kanan Bu ya .”<br />
“Benar Dok”<br />
Sambil sekuatnya menahan diri, aku menurunkan tali BH-nya. Tak urung jari2ku gemetaran juga. Gimana tidak. Membuka BH wanita cantik, seperti memulai proses fore-play saja ..<br />
“Maaf ya Bu .” kataku sambil mulai mengurut. Tanpa membuka cup-nya, aku hanya menyelipkan kedua telapak tanganku. Wow ! bukan main padatnya <a href="http://ceritadewasaku.com/">buah dada</a> wanita ini.<br />
Mengurut pinggir-pinggir bulatan buah itu dengan gerakan berputar.<br />
“Yang mana Bu benjolan itu ?”<br />
“Eehh . di dekat putting Dok . sebelah kanannya .”<br />
Aku menggeser cup Bhnya lebih kebawah. Kini lebih banyak bagian buah dada itu yang tampak. Makin membuatku gemetaran. Entah dia merasakan getaran jari-jariku atau engga.<br />
“Dibuka aja ya Dok” katanya tiba2 sambil tangannya langsung ke punggung membuka kaitan Bhnya tanpa menunggu persetujuanku. Oohhh . jangan dong . Aku jadi tersiksa lho Bu, kataku dalam hati. Tapi engga apa-apa lah ..<br />
Cup-nya mengendor. Daging bulat itu seolah terbebas. Dan .. syeni memelorotkan sendiri cup-nya …<br />
Kini bulatan itu nampak dengan utuh. Oh indahnya … benar2 bundar bulat, putih mulus halus, dan yang membuatku tersengal, putting kecilnya berwarna pink, merah jambu !<br />
Kuteruskan urutan dan pencetanku pada daging bulat yang menggiurkan ini. Jelas saja, sengaja atau tidak, beberapa kali jariku menyentuh putting merah jambunya itu ..<br />
Dan .. Putting itu membesar. Walaupun kecil tapi menunjuk ke atas ! Wajar saja. Wanita kalau disentuh buah dadanya akan menegang putingnya. Wajar juga kalau nafas Syeni sedikit memburu. Yang tak wajar adalah, Syeni memejamkan mata seolah sedang dirangsang !<br />
Memang ada sedikit benjolan di situ, tapi ini sih bukan tanda2 kangker.<br />
“Yang mana Bu ya .” Kini aku yang kurang ajar. Pura-pura belum menemukan agar bisa terus meremasi buah dada indah ini. Penisku benar2 tegang sekarang.<br />
“Itu Dok . coba ke kiri lagi .. Ya .itu .” katanya sambil tersengal-sengal. Jelas sekali, disengaja atau tidak, Syeni telah terrangsang .<br />
“Oh . ini ..bukan Bu . engga apa-apa”<br />
“Syukurlah”<br />
“Engga apa-apa kok” kataku masih terus meremasi, mustinya sudah berhenti. Bahkan dengan nakalnya telapak tangnku mengusapi putingnya, keras ! Tapi Syeni membiarkan kenakalanku. Bahkan dia merintih, amat pelan, sambil merem ! Untung aku cepat sadar. Kulepaskan buah dadanya dari tanganku. Matanya mendadak terbuka, sekilas ada sinar kekecewaan.<br />
‘Cukup Bu” kataku sambil mengembalikan cup ke tempatnya. Tapi …<br />
“Sekalian Dok, diperiksa yang kiri .” Katanya sambil menggeser BH nya ke bawah. hah ? Kini sepasang buah sintal itu terbuka seluruhnya. Pemandangan yang merangsang .. Putting kirinyapun sudah tegang . Sejenak aku bimbang, kuteruskan, atau tidak. Kalau kuteruskan, ada kemungkinan aku tak bisa menahan diri lagi, keterusan dan ,,,, melanggar sumpah dokter yang selama ini kujunjung tinggi. Kalau tidak kuteruskan, berarti aku menolak keinginan pasien, dan terus terang rugi juga dong . aku kan pria tulen yang normal. Dalam kebimbangan ini tentu saja aku memelototi terus sepasang buah indah ciptaan Tuhan ini.<br />
“Kenapa Dok ?” Pertanyaan yang mengagetkan.<br />
“Ah .. engga apa-apa … cuman kagum” Ah ! Kata-kataku meluncur begitu saja tak terkontrol. Mulai nakal kamu ya, kataku dalam hati.<br />
“Kagum apa Dok” Ini jelas pertanyaan yang rada nakal juga. Sudah jelas kok ditanyakan.<br />
“Indah .” Lagi-lagi aku lepas kontrol<br />
“Ah . dokter bisa aja .. Indah apanya Dok” Lagi-lagi pertanyaan yang tak perlu.<br />
“Apalagi .”<br />
“Engga kok . biasa-biasa aja” Ah mata sipit itu .. Mata yang mengundang !<br />
“Maaf Bu ya .” kataku kemudian mengalihkan pembicaraan dan menghindari sorotan matanya.<br />
Kuremasi dada kirinya dengan kedua belah tangan, sesuai prosedur.<br />
Erangannya tambah keras dan sering, matanya merem-melek. Wah . ini sih engga beres nih. Dan makin engga beres, Syeni menuntun tangan kiriku untuk pindah ke dada kanannya, dan tangannya ikut meremas mengikuti gerakan tanganku .. Jelas ini bukan gerakan Sarari, tapi gerakan merangsang seksual . herannya aku nurut saja, bahkan menikmati.<br />
Ketika rintihan Syeni makin tak terkendali, aku khawatir kalau kedua suster itu curiga. Kalaupun suster itu masuk ruangan, masih aman, karena dipan-periksa ini ditutup dengan korden. Dan . benar juga, kudengar ada orang memasuki ruang praktek. Aku langsung memberi isyarat untuk diam. Syeni kontan membisu. Lalu aku bersandiwara.<br />
“Ambil nafas Bu ” seolah sedang memeriksa. Terdengar orang itu keluar lagi.<br />
Tak bisa diteruskan nih, reputasiku yang baik selama ini bisa hancur.<br />
“Udah Bu ya . tak ada tanda-tanda kangker kok”<br />
“Dok ..” Katanya serak sambil menarik tanganku, mata terpejam dan mulut setengah terbuka. Kedua bulatan itu bergerak naik-turun mengikuti alunan nafasnya. Aku mengerti permintaanya. Aku sudah terangsang. Tapi masa aku melayani permintaan aneh pasienku? Di ruang periksa?<br />
Gila !<br />
Entah bagaimana prosesnya, tahu-tahu bibir kami sudah beradu. Kami berciuman hebat. Bibirnya manis rasanya .<br />
Aku sadar kembali. Melepas.<br />
“Dok .. Please . ayolah .” Tangannya meremas celana tepat di penisku<br />
“Ih kerasnya ..”<br />
“Engga bisa dong Bu ..’<br />
“Dokter udah siap gitu .”<br />
“Iya .. memang .. Tapi masa .”<br />
“Please dokter .. Cumbulah saya .”<br />
Aku bukannya tak mau, kalau udah tinggi begini, siapa sih yang menolak bersetubuh dengan wanita molek begini ?<br />
“Nanti aja . tunggu mereka pulang” Akhirnya aku larut juga .<br />
“Saya udah engga tahan .”<br />
“Sebentar lagi kok. Ayo, rapiin bajunya dulu. Ibu pura-pura pulang, nanti setelah mereka pergi, Ibu bisa ke sini lagi” Akhirnya aku yang engga tahan dan memberi jalan.<br />
“Okey ..okey . Bener ya Dok”<br />
“Bener Bu”<br />
“Kok Ibu sih manggilnya, Syeni aja dong”<br />
“Ya Syeni” kataku sambil mengecup pipinya.<br />
“Ehhhhfff”<br />
Begitu Syeni keluar ruangan, Nia masuk.<br />
“habis Dok”<br />
Dia langsung berberes. Rapi kembali.<br />
“Dokter belum mau pulang ?”<br />
“Belum. Silakan duluan”<br />
“Baiklah, kita duluan ya”<br />
Aku amati mereka berdua keluar, sampai hilang di kegelapan. Aku mencari-cari wanita molek itu. Sebuah baby-bens meluncur masuk, lalu parkir. Si tubuh indah itu nongol. Aku memberi kode dengan mengedipkan mata, lalu masuk ke ruang periksa, menunggu.<br />
Syeni masuk.<br />
“Kunci pintunya” perintahku.<br />
Sampai di ruang periksa Syeni langsung memelukku, erat sekali.<br />
“Dok …”<br />
“Ya .Syeni .”<br />
Tak perlu kata-kata lagi, bibir kami langsung berpagutan. Lidah yang lincah dan ahli menelusuri rongga-ronga mulutku. Ah wanita ini .. Benar-benar ..ehm ..<br />
Sambil masih berpelukan, Syeni menggeser tubuhnya menuju ke pembaringan pasien, menyandarkan pinggangnya pada tepian dipan, mata sipitnya tajam menatapku, menantang. Gile bener ..<br />
Aku tak tahan lagi, persetan dengan sumpah, kode etik dll. Dihadapanku berdiri wanita muda cantik dan sexy, dengan gaya menantang.<br />
Kubuka kancing bajunya satu-persatu sampai seluruhnya terlepas. Tampaklah kedua gumpalan daging kenyal putih yang seakan sesak tertutup BH hitam yang tadi aku urut dan remas-remas. Kali ini gumpalan itu tampak lebih menonjol, karena posisinya tegak, tak berbaring seperti waktu aku meremasnya tadi. Benar2 mendebarkan ..<br />
Syeni membuka blousenya sendiri hingga jatuh ke lantai. Lalu tangannya ke belakang melepas kaitan Bhnya di punggung. Di saat tangannya ke belakang ini, buah dadanya tampak makin menonjol. Aku tak tahan lagi …<br />
Kurenggut BH hitam itu dan kubuang ke lantai, dan sepasang buah dada Syeni yang bulat, menonjol, kenyal, putih, bersih tampak seluruhnya di hadapanku. Sepasang putingnya telah mengeras. Tak ada yang bisa kuperbuat selain menyerbu sepasang buah indah itu dengan mulutku.<br />
“Ooohhh .. Maaassss ..” Syeni merintih keenakan, sekarang ia memanggilku Mas !<br />
Aku engga tahu daging apa namanya, buah dada bulat begini kok kenyal banget, agak susah aku menggigitnya. Putingnya juga istimewa. Selain merah jambu warnanya, juga kecil, “menunjuk”, dan keras. Tampaknya, belum seorang bayipun menyentuhnya. Sjeni memang ibu muda yang belum punya anak.<br />
“Maaaasss .. Sedaaaap ..” Rintihnya ketika aku menjilati dan mengulumi putting dadanya.<br />
Syeni mengubah posisi bersandarnya bergeser makin ke tengah dipan dan aku mengikuti gerakannya agar mulutku tak kehilangan putting yang menggairahkan ini. Lalu, perlahan dia merebahkan tubuhnya sambil memelukku. Akupun ikut rebah dan menindih tubuhnya. Kulanjutkan meng-eksplorasi buah dada indah ini dengan mulutku, bergantian kanan dan kiri.<br />
Tangannya yang tadi meremasi punggungku, tiba2 sekarang bergerak menolak punggungku.<br />
“Lepas dulu dong bajunya . Mas .” kata Syeni<br />
Aku turun dari pembaringan, langsung mencopoti pakaianku, seluruhnya. Tapi sewaktu aku mau melepas CD-ku, Syeni mencegahnya. Sambil masih duduk, tangannya mengelus-elus kepala penisku yang nongol keluar dari Cdku, membuatku makin tegang aja .. Lalu, dengan perlahan dia menurunkan CD-ku hingga lepas. Aku telah telanjang bulat dengan senjata tegak siap, di depan pasienku, nyonya muda yang cantik, sexy dan telanjang dada.<br />
“Wow .. Bukan main ..” Katanya sambil menatap penisku.<br />
Wah . tak adil nih, aku sudah bugil sedangkan dia masih dengan rok mininya. Kembali aku naik ke pembaringan, merebahkan tubuhnya, dan mulai melepas kaitan dan rits rok pendeknya. Perlahan pula aku menurunkan rok pendeknya. Dan …. Gila !<br />
Waktu menarik roknya ke bawah, aku mengharapkan akan menjumpai CD hitam yang tadi sebelum memeriksa dadanya, sempat kulihat sekejap. Yang “tersaji” sekarang dihadapanku bukan CD hitam itu, meskipun sama-sama warna hitam, melainkan bulu-bulu halus tipis yang tumbuh di permukaan kewanitaan Syeni, tak merata. Bulu-bulu itu tumbuh tak begitu banyak, tapi alurnya jelas dari bagian tengah kewanitaannya ke arah pinggir. Aku makin “pusing” …<br />
Kemana CD-nya ? Oh .. Dia udah siap menyambutku rupanya. Dan Syeni kulihat senyum tipis.<br />
“Ada di mobil” katanya menjawab kebingunganku mencari CD hitam itu.<br />
“Kapan melepasnya ?”<br />
“Tadi, sebelum turun .”<br />
Kupelorotkan roknya sampai benar2 lepas .. kini tubuh ibu muda yang putih itu seluruhnya terbuka. Ternyata di bawah rambur kelaminnya, tampak sebagian clit-nya yang berwarna merah jambu juga ! Bukan main. Dan ternyata, pahanya lebih indah kalau tampak seluruhnya begini. Putih bersih dan bulat.<br />
Syeni lalu membuka kakinya. Clitnya makin jelas, benar, merah jambu. Aku langsung menempatkan pinggulku di antara pahanya yang membuka, merebahkan tubuhku menindihnya, dan kami berciuman lagi. Tak lama kami berpagutan, karena ..<br />
“Maass .. Masukin Mas .. Syeni udah engga tahan lagi ..” Wah . dia maunya langsung aja. Udah ngebet benar dia rupanya. Aku bangkit. Membuka pahanya lebih lebar lagi, menempatkan kepala penisku pada clitnya yang memerah, dan mulai menekan.<br />
“Uuuuuhhhhhh .. Sedaaaapppp ..” Rintihnya. Padahal baru kepala penisku aja yang masuk.<br />
Aku menekan lagi.<br />
“Ouufff .. Pelan-pelan dong Mas ..”<br />
“Sorry …” Aku kayanya terburu-buru. Atau vagina Syeni memang sempit.<br />
Aku coba lebih bersabar, menusuk pelan-pelan, tapi pasti … Sampai penisku tenggelam seluruhnya. Benar, vaginanya memang sempit. Gesekannya amat terasa di batang penisku. Ohh nikmatnya ..<br />
Sprei di pembaringan buat pasien itu jadi acak2an. Dipannya berderit setiap aku melakukan gerakan menusuk.<br />
Sadarkah kau?<br />
Siapa yang kamu setubuhi ini?<br />
Pasienmu dan isteri orang!<br />
Mestinya kamu tak boleh melakukan ini.<br />
Habis, dia sendiri yang meminta. Masa minta diperiksa buah dadanya, salah siapa dia punya buah dada yang indah ? Siapa yang minta aku merabai dan memijiti buah dadanya? Siapa yang meminta remasannya dilanjutkan walaupun aku sudah bilang tak ada benjolan ? Okey, deh. Dia semua yang meminta itu. Tapi kamu kan bisa menolaknya? Kenapa memenuhi semua permintaan yang tak wajar itu? Lagipula, kamu yang minta dia supaya datang lagi setelah para pegawaimu pulang . Okey deh, aku yang minta dia datang lagi. Tapi kan siapa yang tahan melihat wanita muda molek ini telanjang di depan kita dan minta disetubuhi?<br />
Begitulah, aku berdialog dengan diriku sendiri, sambil terus menggenjot memompa di atas tubuh telanjangnya … sampai saatnya tiba. Saatnya mempercepat pompaan. Saatnya puncak hubungan seks hampir tiba. Dan tentu saja saatnya mencabut penis untuk dikeluarkan di perutnya, menjaga hal-hal yang lebih buruk lagi.<br />
Tapi kaki Syeni menjepitku, menahan aku mencabut penisku.<br />
Karena memang aku tak mampu menahan lagi .. Creetttttttt………..Kesempr otkan kuat-kuat air maniku ke dalam tubuhnya, ke dalam vagina Syeni, sambil mengejang dan mendenyut ….<br />
Lalu aku rebah lemas di atas tubuhnya.<br />
Tubuh yang amat basah oleh keringatnya, dan keringatku juga. …<br />
Oh .. Baru kali ini aku menyetubuhi pasienku.<br />
Pasien yang memiliki vagina yang “legit” ..<br />
Aku masih lemas menindihnya ketika handphone Syeni yang disimpan di tasnya berbunyi. Wajah Syeni mendadak memucat. Dengan agak gugup memintaku untuk mencabut, lalu meraih Hpnya sambil memberi kode supaya aku diam. Memegang HP berdiri agak menjauh membelakangiku, masih bugil, dan bicara agak berbisik. Aku tak bisa jelas mendengar percakapannya. Lucu juga tampaknya, orang menelepon sambil telanjang bulat ! Kuperhatikan tubuhnya dari belakang. Memang bentuk tubuh yang ideal, bentuk tubuh mirip gitar spanyol.<br />
“Siapa Syen” tanyaku.<br />
“Koko, Suamiku” Oh .. Mendadak aku merasa bersalah.<br />
“Curiga ya dia”<br />
“Ah .engga .” katanya sambil menghambur ke tubuhku.<br />
“Syeni bilang, masih belum dapat giliran, nunggu 2 orang lagi” lanjutnya.<br />
“Suamimu tahu kamu ke sini”<br />
“Iya dong, memang Syeni mau ke dokter” Tiba2 dia memelukku erat2.<br />
“Terima kasih ya Mas … nikmat sekali .. Syeni puas”<br />
“Ah masa .. “<br />
“Iya bener .. Mas hebat mainnya .”<br />
“Ah . engga usah basa basi”<br />
“Bener Mas .. Malah Syeni mau lagi .”<br />
“Ah .udahlah, kita berberes, tuh ditunggu ama suamimu”<br />
“Lain kali Syeni mau lagi ya Mas”<br />
“Gimana nanti aja .. Entar jadi lagi”<br />
“Jangan khawatir, Syeni pakai IUD kok” Inilah jawaban yang kuinginkan.<br />
“Oh ya ..?”<br />
“Si Koko belum pengin punya anak”<br />
Kami berberes. Syeni memungut BH dan blouse-nya yang tergeletak di lantai, terus mengenakan blousenya, bukan BH-nya dulu. Ternyata BH-nya dimasukkan ke tas tangan.<br />
“Kok BH-nya engga dipakai ?”<br />
“Entar aja deh di rumah”<br />
“Entar curiga lho, suamimu”<br />
“Ah, dia pulangnya malem kok, tadi nelepon dari kantor”<br />
Dia mengancing blousenya satu-persatu, baru memungut roknya. Sexy banget wanita muda yang baru saja aku setubuhi ini. Blose ketatnya membentuk sepasang bulatan dada yang tanpa BH. Bauh dada itu berguncang ketika dia mengenakan rok mini-nya. Aku terrangsang lagi … Cara Syeni mengenakan rok sambil sedikit bergoyang sexy sekali. Apalagi aku tahu di balik blouse itu tak ada penghalang lagi.<br />
“Kok ngliatin aja, pakai dong bajunya”<br />
“Habis . kamu sexy banget sih …”<br />
“Ah .. masa .. Kok bajunya belum dipakai ?”<br />
“Entar ajalah . mau mandi dulu .”<br />
Selesai berpakaian, Syeni memelukku yang masih bugil erat2 sampai bungkahan daging dadanya terasa terjepit di dadaku.<br />
“Syeni pulang dulu ya Yang . kapan-kapan Syeni mau lagi ya .”<br />
“Iya .. deh . siapa yang bisa menolak..” Tapi, kenapa nih .. Penisku kok bangun lagi.<br />
“Eh .. Bangun lagi ya ..” Syeni ternyata menyadarinya.<br />
Aku tak menjawab, hanya balas memeluknya.<br />
“Mas mau lagi .?”<br />
“Ah . kamu kan ditunggu suami kamu”<br />
“Masih ada waktu kok …” katanya mulai menciumi wajahku.<br />
“Udah malam Syen, lain waktu aja”<br />
Syani tak menjawab, malah meremasi penisku yang udah tegang. Lalu dituntunnya aku menuju meja kerjaku. Disingkirkannya benda2 yang ada di meja, lalu aku didudukkan di meja, mendorongku hingga punggungku rebah di meja. Lalu Syeni naik ke atas meja, melangkahi tubuhku, menyingkap rok mininya, memegang penisku dan diarahkan ke liang vaginanya, terus Syeni menekan ke bawah duduk di tubuhku. ..<br />
Penisku langsung menerobos vaginanya ..<br />
Syeni bergoyang bagai naik kuda .<br />
Sekali lagi kami bersetubuh .<br />
Kali ini Syeni mampu menccapai klimaks, beberapa detik sebelum aku menyemprotkan vaginanya dengan air maniku …<br />
Lalu dia rebah menindih tubuhku .. Lemas lunglai.<br />
“Kapan-kapan ke rumahku ya … kita main di sana ..” Katanya sebelum pergi.<br />
“Ngaco . suamimu .?”<br />
“Kalo dia sedang engga ada dong ..”<br />
Baiklah, kutunggu undanganmu.<br />
Sejak “peristiwa Syeni” itu, aku jadi makin menikmati pekerjaanku. Menjelajahi dada wanita dengan stetoskop membuatku jadi “syur”, padahal sebelum itu, merupakan pekerjaan yang membosankan. Apalagi ibu-ibu muda yang menjadi pasienku makin banyak saja dan banyak di antaranya yang sexy . …Cerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-59105645273664213252010-11-07T01:48:00.001+07:002010-11-07T03:26:00.263+07:00Perawan Buat AdikkuNamaku Mona, umurku 24 tahun, aku sudah menikah dan mempunyai satu anak lelaki.. Berikut cerita panas ini aku ingin berbagi pengalamantentang hubunganku dengan adik kandungku sendiri. <br />
Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22<br />
tahun dan adikku berusia 18 tahun.<br />
<a name='more'></a><br />
<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5910564527366421325" id="AdBriteInlineAd_kami" name="AdBriteInlineAd_kami" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">Kami</a> <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5910564527366421325" id="AdBriteInlineAd_adalah" name="AdBriteInlineAd_adalah" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">adalah</a> 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut<br />
suaminya, sedangkan aku dan adikku tinggal bersama <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5910564527366421325" id="AdBriteInlineAd_orang" name="AdBriteInlineAd_orang" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">orang</a> tua<br />
<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5910564527366421325" id="AdBriteInlineAd_Kami" name="AdBriteInlineAd_Kami" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">kami</a>. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat<br />
badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian<br />
pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitku<br />
yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang<br />
berjalan keluar rumah.<br />
Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia<br />
adalah kakak kelas kuliahku. Aku dan pacarku berpacaran sudah<br />
2 tahun <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5910564527366421325" id="AdBriteInlineAd_lebih" name="AdBriteInlineAd_lebih" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">lebih</a>, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan<br />
<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5910564527366421325" id="AdBriteInlineAd_petting" name="AdBriteInlineAd_petting" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">petting</a>, sailng raba, saling cium dan saling hisap…..<br />
Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting,<br />
tapi aku sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami<br />
menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5910564527366421325" id="AdBriteInlineAd_cara" name="AdBriteInlineAd_cara" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">cara</a><br />
swalayan, yaitu mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa<br />
menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya aku agak jijik<br />
melakukannya.<br />
Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan<br />
belaian lelaki dan selalu iingin disentuh, sehari saja tidak<br />
dibelai rasanya tersiksa sekali… entah kenapa aku jadi<br />
ketagihan… Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan<br />
tanganku sendiri dikamarku sendiri. Sering aku meraba-raba<br />
payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai aku<br />
orgasme.<br />
Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini<br />
adikku John sering mengintip aku… ini aku ketahui setelah<br />
dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya<br />
sendiri.<br />
Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke<br />
supermarket 500m dekat rumah. Karena belanjaan kami banyak<br />
maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai<br />
celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya<br />
naik satu becak, aku memutuskan untuk di pangku adikku,<br />
sedangkan mamaku memangku belanjaan. Diperjalanan yang hanya<br />
500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan<br />
sesuatu bergerak-gerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol<br />
adikku, keras sekali dan berada di belahan pantatku. Aku<br />
membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan.<br />
Bahkan ketika di jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan<br />
dipantatku. Karena aku juga sangat rindu belaian pacarku yang<br />
sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya.<br />
Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan<br />
tubuhku, agak risi aku diperhatikan adikku sendiri, tapi aku<br />
berusaha bersikap biasa.<br />
Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku…<br />
Aku sangat terangsang sekali… dia meraba dan membelai-belai<br />
tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana<br />
dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan<br />
kontolnya ke <a href="http://ceritadewasaku.com/"><b>memek</b></a>ku. Tentu saja aku keberatan, walaupun aku<br />
sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan<br />
keperawananku. <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5910564527366421325" id="AdBriteInlineAd_Dalam" name="AdBriteInlineAd_Dalam" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">Dalam</a> ketelajanganku aku memohon padanya untuk<br />
tidak melakukannya. Dan anehnya aku malah berteriak minta<br />
tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung<br />
menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku<br />
ketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar. Aku<br />
lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku<br />
melihat ketelajanganku. Dan pacarku sendiri langsung memakai<br />
pakaiannya dan pamit pulang.<br />
Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan<br />
teman-teman ku, pacarku katanya mempunyai teman cewe lain yang<br />
sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya,<br />
tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.<br />
Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku<br />
berterima kasih padanya karena dia telah menggagalkan pacarku<br />
menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga<br />
bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan<br />
setiap laki-laki pasti ingin merasakan tubuhku. Ketika<br />
kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin<br />
merasakan tubuhku juga… dia menjawab:<br />
“Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga<br />
lelaki” aku sangat kaget mendengar jawabannya tapi aku<br />
berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak,<br />
“emang adik pernah nyobain cewe?” dia bilang “ya, belum<br />
kak”…. itulah percakapan awal bencana itu.<br />
Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau<br />
merindukan belaiannya… lalu aku mulai meraba-raba tubuhku<br />
sendiri… tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku<br />
inginkan… sekilas aku membayangkan adikku… lalu aku<br />
memutuskan untuk mengintip ke kamarnya… Malam itu aku<br />
mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari<br />
lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget<br />
sekali ketika melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana<br />
dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani,<br />
aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku,<br />
gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikku… Dan<br />
yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan<br />
namaku… Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan<br />
marah… aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa<br />
yang baru saja aku saksikan.<br />
Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan<br />
adikku tidak mungkin, maka aku memutuskan untuk mendatangi<br />
pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia<br />
sangat senang aku dating… ditariknya aku ke kamarnya dan kami<br />
langsung bercumbu… saling cium saling hisap dan<br />
perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya<br />
kami telanjang bulat. Gilanya begitu aku melihat kontolnya,<br />
aku terbayang kontol adikku yang jauh lebih besar darinya…<br />
sepert biasa dia menyuruhku <a href="http://filmdewasa.info/">menghisap kontol</a>nya, dengan<br />
terpaksa aku melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan<br />
mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku.<br />
“Jangan diterusin, aku bisa keluar katanya” lalu dia mula<br />
menindihi ku dan dari nafasnya yang memburu kontolnya<br />
mencari-cari lubang memekku… begitu unjung kontolnya nempel<br />
dan baru setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah<br />
langsung orgasme, air maninya belepotan diatas memekku…<br />
“Ohhhhh…” katanya.<br />
Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi<br />
ke memekku. Tentu saja aku sangat kecewa, karena libidoku<br />
masih sangat tinggi.<br />
“Puaskan aku dong… aku kan belum…” rengekku tanpa<br />
malu-malu. Tapi jawabannya sangat menyakitkanku…<br />
“Maaf, aku harus buru-buru ada janji dengan sisca” katanya<br />
tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun. Aku menyembunyikan<br />
kedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisah<br />
ketika keluar dari rumahnya.<br />
Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku<br />
untuk menyeleweng, apalagi selama diperjalanan banyak sekali<br />
lelaki yang mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan sampai<br />
setiap orang di bis.<br />
Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke<br />
sport club, dia mengajakku untuk ikut dan aku langsung<br />
menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan<br />
libidoku dengan cara berolah raga.<br />
Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai<br />
berenang dan puncaknya kami mandi sauna. Karena sport club<br />
tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar<br />
denganku saat sauna. Saat didalam adikku bilang “kak, baju<br />
renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu keringatnya ngga<br />
keluar, percuma sauna”<br />
“Abis pake apa” timpalku, “aku ngga punya baju lagi”<br />
“Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya pori-porinya kebuka”<br />
katanya<br />
Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan<br />
menganti baju renangku dengan BH dan celana dalam, sialnya aku<br />
memakai celana dalam G-string putih sehabis dari rumah pacarku<br />
tadi… Tapi “ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku<br />
telanjang juga”.<br />
Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang<br />
sangat berani… kulihat dia berkali-kali menelan ludah, aku<br />
pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya<br />
sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat<br />
segalanya tercetak didalam BH dan celana dalamku… adikku<br />
terus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya, aku<br />
sangat kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku<br />
onani dan yang membuat libidoku malah memuncak adalah kepala<br />
kontolnya muncul diatas celana renangnya.<br />
Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke<br />
bagian itu, dan nafasku semakin memburu dan kulihat adikku<br />
melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan kejadian tadi<br />
pagi bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan.<br />
Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku<br />
memulainya dengan berkata:<br />
“Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu”<br />
“Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe<br />
bahenol” katanya<br />
“Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik” kataku<br />
lebih berani<br />
“Iya yah…” katanya sambil berdiri dan membuka celananya…<br />
Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku<br />
melihat batang kemaluan adikku yang begitu besar.<br />
Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke<br />
tempatnya.<br />
“Kenapa dimatiin” kataku<br />
“Udah cukup panas kak” katanya<br />
Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali<br />
duduk, kami saling memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba<br />
cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti dinding<br />
memekku, apalagi melihat kontol adikku.<br />
Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak<br />
keluar, tapi adikku malah mencegahku “nanti kak”.<br />
“Kan udah saunanya ” timpalku, aku sangat kaget dia berada<br />
tepat di depanku dengan kontol mengacung ke arahku, antara<br />
takut dan ingin.<br />
“Kakak udah pernah gituan belum kak” kata adikku<br />
“Belum” kataku, “emang kamu udah..?” lanjutku<br />
“Belum juga kak, tapi pengen nyoba” katanya<br />
“Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya” kataku berbalik<br />
kearah pintu dan sialnya kunci lokerku jatuh, ketika aku<br />
memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku<br />
yang besar menempel di kontolnya.<br />
Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah<br />
adikku. Dan tak kusangka adikku memegang pinggulku dan<br />
menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup<br />
G-string.<br />
“Oh kak…. bahenol sekali, aku pengen nyobain kak” katanya<br />
dengan nafas memburu.<br />
“Aw… dik ngapain kamu” timpalku tanpa berusaha merubah<br />
posisiku, karena memang aku juga menginginkannya.<br />
“Pengen ngentot kakak” katanya kasar sambil menekan batangnya<br />
kepantatku.<br />
Aku menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, “Aku kan<br />
kakakm John, inget dong”<br />
Adikku tetap memegang pinggulku “tolong kak.. asal nempel<br />
aja.. nga usah dimasukkin, aku ngga tahan banget”<br />
“Tolong kak,” katanya memelas. Aku di suruh nagpain juga mau<br />
kak, asal bisa nempelin aja ke memek kakak”.<br />
Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan<br />
tadi pagi.. dan membayangkan pacarku menunggangi sisca,<br />
libidoku tambah naik..<br />
“Persetan dengan pacar brengsek” batinku.<br />
“Jangan disini” pintaku.<br />
“Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit” katanya meremas<br />
pinggulku.<br />
“Kakak belum siap” kataku.<br />
“Kakak nungging aja, nanti aku panasin” katanya.<br />
Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang<br />
grendel pintu, aku menungginginya dan dengam pelan-pelan dia<br />
membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan dia jongkok di<br />
belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat<br />
memeku dari belakang…<br />
“Oh… ngapain kamu dik…” kataku tanpa melarangnya.<br />
Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari<br />
belakang.. ohhhh… gila pikirku… enak banget, pacarku saja<br />
ngga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus<br />
menjilati memekku<br />
“Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana” rintihku… Tanpa<br />
menjawab dia terus menjilati memekku dan meremas remas<br />
bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali dan<br />
bagian dalam memekku gatal sekali…<br />
Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku..<br />
“Udah panas kak” katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan<br />
memukul-mukul kepala kontolnya kepantatku….<br />
“udah….” kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah<br />
adikku…<br />
“Jangan bilang siapa-siapa yah dik” kataku.<br />
Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya<br />
yang besar… dia kesulitan…<br />
“Mana lubangnya kak..” katanya.<br />
Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam<br />
kontolnya dan menuntun ke mulut goaku…<br />
“Ini dik” kataku begitu tepat di depannya, “gesek-gesek aja<br />
yah dik”.<br />
“Masukin dikit aja kak” katanya menekan kontolnya.<br />
“aw… dik, gede banget sih” kataku, “pelan-pelan….”.<br />
Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku<br />
pelan-pelan menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit<br />
sedikit… tapi tidak sampai lepas… terus ia lakukan sampai<br />
membuat aku gemas….<br />
“Oh.. dik…. enak…. dik…. udah yah…” kataku<br />
pura-pura…..<br />
“Belum kak…. baru kepalanya udah enak yah….”<br />
“Memang bisa lebih enak…???” kataku menantang.<br />
Dan…. langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya<br />
yang besar amblas ditelan memekku”<br />
Aku merasakan perih luar biasa dan “aw…. sakit dik…”<br />
teriakku.<br />
Adikku menahan batangnya didalam memekku ….<br />
“Oh…kak…nikmat banget…..” dan secara perlahan dia<br />
menariknya keluar dan memasukannya lagi, sungguh sensasi luar<br />
biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga<br />
adikku…<br />
“Oh, kak… nikmat banget memekmu..” katanya.<br />
“Ssssshhhh… ia dik… enak banget” kataku.<br />
Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku<br />
merasakan orgasme yang sangat panjang dan nikmat disusul<br />
erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya<br />
maksimum.<br />
“Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget…” katanya<br />
Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut<br />
kontolnya di memekku…<br />
“Ma kasih kak” katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku<br />
lagi. Aku bingung bercampur menyesal dan ingin menangis.<br />
Akulangsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali<br />
diri.. “kenapa adikku????”<br />
Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas<br />
perbuatannya di ruangan sauna… Aku hanya bisa berdiam<br />
merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi…<br />
Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena<br />
dua hari setelah itu kembali kami besetubuh, bahkan lebih gila<br />
lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari<br />
semalam.<br />
Satahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada<br />
seorang kaya, kenalan bapakku melamarku, dan kami menikah.<br />
Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku.<br />
Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari<br />
adikku.. karena aku selalu menjaga jangan sampai hamil bila<br />
bersetubuh dengan adikku.<br />
Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan<br />
adikku, yang pertama adikku selalu meminta jatah, dilain pihak<br />
aku juga sangat ketagihan permainan seksCerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-59065047979939778602010-11-07T01:36:00.001+07:002010-11-07T03:26:23.013+07:00Pesta Seks Mantan Pacarku punya teman SMU dulu. Hubungan <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5906504797993977860" id="AdBriteInlineAd_kami" name="AdBriteInlineAd_kami" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">kami</a> sangat baik, karena <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5906504797993977860" id="AdBriteInlineAd_Kami" name="AdBriteInlineAd_Kami" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">kami</a> sama-sama aktif di OSIS. Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikan ke Australia, sedangkan aku, karena keadaan ekonomi yang pas-pasan, puas menamatkan pendidikan di salah satu perguruan tinggi swasta di Jawa Tengah. Setelah lulus, aku bekerja di Jakarta. Entah suatu kebetulan atau bukan, saat bekerja di salah satu perusahaan swasta, aku bertemu <br />
<a name='more'></a>kembali dengan Anna, yang bekerja di perusahaan rekanan perusahaan Kami. Kami bertemu waktu ada penandatanganan kerjasama antara perusahaannya dengan perusahaan tempatku bekerja. Kami pun kembali akrab setelah tidak bertemu sepuluh tahun. Ia masih tetap cantik seperti dulu. Dari ceritanya, aku dapatkan informasi bahwa ia memperoleh master di bidang marketing. Selain itu, sama sepertiku, ia telah tiga tahun menikah, suaminya <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5906504797993977860" id="AdBriteInlineAd_orang" name="AdBriteInlineAd_orang" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">orang</a> Jawa Timur, tetapi mereka belum dikaruniai anak; sedangkan aku ketika itu masih lajang. Usai kerja, Kami suka pulang bareng, sebab rumahnya searah denganku. Kadang-kadang jika ia dijemput suaminya, aku ikut numpang <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5906504797993977860" id="AdBriteInlineAd_mobil" name="AdBriteInlineAd_mobil" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">mobil</a> mereka. <br />
Aku tak pernah terpikir kalau temanku Anna memiliki suatu rahasia yang suaminya sendiri pun tak pernah tahu. Suatu ketik – kuingat waktu itu hari <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5906504797993977860" id="AdBriteInlineAd_kamis" name="AdBriteInlineAd_kamis" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">kamis</a> – aku ikut pulang di mobil mereka, kudengar Anna berkata pada suaminya,<br />
“Pa, lusa aku ulang tahun yang ke-28, kan? Aku akan minta hadiah istimewa darimu. Boleh kan?”<br />
Sambil menyetir, suaminya menjawab, “Ok, hadiah apa rupanya yang kau minta, sayang?”<br />
“Hmmm, akan kusebutkan nanti malam waktu kita ….” sambil tersenyum dan mengerlingkan mata penuh arti.<br />
Suaminya bergumam, “Beginilah istriku. Kalau ada maunya, harus dituruti. Kalau tidak kesampaian, bisa pecah perang Irak.” Kemudian tak berapa lama, ia melanjutkan, “Gimana Gus, waktu SMU dulu, apa gitu juga gayanya?”<br />
Kujawab, “Yah, begitulah dia. Waktu jadi aku ketua dan dia sekretaris OSIS, dia terus yang berkuasa, walaupun <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5906504797993977860" id="AdBriteInlineAd_program" name="AdBriteInlineAd_program" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">program</a> kerja aku yang nyusun.”<br />
“Idiiiih, jahat lu Gus, buka kartu!” teriak Anna sambil mencubit lenganku pelan.<br />
Suaminya dan aku tertawa. Sambil kuraba bekas cubitannya yang agak pedas, tetapi memiliki nuansa romantis, kubayangkan betapa bahagianya suaminya beristrikan Anna yang cantik, pintar dan pandai bergaul.<br />
Aku kemudian turun di jalan depan kompleks perumahan mereka dan melanjutkan naik angkot ke arah rumahku yang letaknya tinggal 3 km lagi.<br />
Aku sudah lupa akan percakapan di mobil mereka itu, ketika malam minggu, aku cuma duduk-duduk di rumah sambil menonton acara televisi yang tidak menarik, tiba-tiba kudengar dering telepon.<br />
“Gus, kau ada acara? Anna dan aku sedang merayakan ulang tahunnya. Datanglah ke rumah kami. Dia sudah marah-marah, sebab baru tadi aku bilang mau undang kau makan bersama kami. Ok, jangan lama-lama ya?” suara Dicky, suami Anna terdengar.<br />
“Wah, kebetulan Mas, aku sedang bete nich di rumah. Aku datang sekitar 20 menit lagi ya?” jawabku.<br />
“Baiklah, kami tunggu,” katanya sambil meletakkan gagang telepon.<br />
Aku bersiap-siap mengenakan baju hem yang agak pantas, kupikir tak enak juga hanya pakai kaos. Sepeda <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5906504797993977860" id="AdBriteInlineAd_motor" name="AdBriteInlineAd_motor" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">motor</a> kukeluarkan dan segera menuju rumah Dicky dan Anna.<br />
Setibanya di sana, kuketuk pintu. Anna membuka pintu. Kulihat gaunnya begitu indah membalut tubuhnya. Potongan gaunnya di bagian dada agak rendah, sehingga menampakkan belahan payudaranya yang sejak SMU dulu kukagumi, sebab pernah kulihat keindahannya tanpa sengaja waktu ia berganti baju saat olah raga dulu. Kusalami dia sambil berkata, “Selamat ulang tahun, ya An! Panjang umur, murah rejeki, cepat dapat momongan, rukun terus <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5906504797993977860" id="AdBriteInlineAd_dalam" name="AdBriteInlineAd_dalam" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">dalam</a> rumah tangga”<br />
Tanpa kuduga, tanganku disambut dengan hangatnya sambil diberikannya pipinya mencium pipiku. Yang lebih tak terduga, pinggiran bibirnya – entah disengaja atau tidak – menyentuh tepi bibirku juga. “Trims ya Gus,” katanya. Aku masuk dan mendapati Dicky sedang duduk di ruang tamu sambil menonton televisi.<br />
Dicky dan Anna mengajakku makan malam bersama. Cukup mewah makan malam tersebut, sebab kulihat makanan restoran yang dipesan mereka. Ditambah makanan penutup berupa puding dan beragam buah-buahan membuatku amat kenyang. Usai makan buah-buahan, Dicky ke ruang bar mini dekat kamar tidur mereka dan mengambil sebotol champagne. “Wah, apa lagi nich?” tanyaku dalam hati.<br />
“Ayo Gus, kita bersulang demi Anna yang kita cintai,” kata suaminya, sambil memberikan gelas kepadaku dan menuangkan minuman keras tersebut. Kami bertiga minum sambil bercerita dan tertawa. Usai makan, kami berdua kembali ke ruang tamu, sedangkan Anna membereskan meja makan.<br />
Dicky dan aku asyik menonton acara televisi, ketika kulihat dengan ekor mataku, Anna mendatangi kami berdua. “Mas, ganti acaranya dong, aku mau nonton film aja! Bosen acara TV gitu-gitu terus,” rajuknya kepada suaminya.<br />
Dicky menuju bufet tempat kepingan audio video dan sambil berkata padaku, ia mengganti acara televisi dengan film, “Nah, gitulah istriku tersayang, Gus. Kalau lagi ada maunya, jangan sampai tidak dituruti.”<br />
Kami tertawa sambil duduk bertiga. Aku agak kaget waktu menyaksikan, ternyata film yang diputar Dicky adalah film dewasa alias blue film. “Pernah nonton film begini, Gus? Jangan bohong, pria seperti kita jaman SMP saja sudah baca Playboy dulu, bukan?”<br />
“He .. he .. he .. nonton sich jangan ditanya lagi, Mas. Udah sering. Prakteknya yang belum,” tukasku sambil meringis. Agak risih juga nonton bertiga Anna dan suaminya, sebab biasanya aku nonton sendirian atau bersama-sama teman pria.<br />
“Anna kemarin minta kita nonton BF bertiga. Katanya demi persahabatan,” ujar suaminya.<br />
“Ya Gus, bosen sich, cuma nonton berdua. Sekali-sekali variasi, boleh kan?” kata Anna menyambung ucapan suaminya dan duduk semakin rapat ke suaminya.<br />
Kami bertiga nonton adegan film. Mula-mula seorang perempuan Asia main dengan pria bule. Lalu pria Asia dengan seorang perempuan Amerika Latin dan seorang perempuan bule. Wah, luar biasa, batinku sambil melirik Anna yang mulai duduk gelisah. Kulihat suami Anna sesekali mencium bibir Anna dan tangannya yang semula memeluk bahu Anna, mulai turun meraba-raba tepi payudara Anna dari luar bajunya. Cerita ketiga semakin panas, sebab pemainnya adalah seorang perempuan Asia yang cantik dan bertubuh indah dan dua orang pria, yang satu Amerika Latin dan yang satunya lagi bule. Si perempuan diciumi bibir lalu payudaranya oleh si pria bule, sedang si pria Amerika Latin membuka perlahan-lahan rok dan celana dalam si perempuan sambil menciumi lutut dan pahanya. Kedua pria tersebut menelentangkan si perempuan di sofa, yang satu menciumi dan meremas payudaranya, sedang yang lain menciumi celah-celah paha. Adegan itu dilakukan secara bergantian dan akhirnya si pria bule menempatkan penisnya ke klitoris si perempuan hingga si perempuan merintih-rintih. Rintihannya makin menjadi-jadi sewaktu penis tersebut mulai memasuki vaginanya; di bagian atas, payudaranya diremas dan diciumi serta disedot si pria Amerika Latin. Si perempuan kemudian memegang pinggang si pria Amerika Latin dan mencari penisnya untuk diciumi dan dimasukkan ke dalam mulutnya. Si pria memberikan penisnya sambil terus meremas payudara si perempuan. Begitulah, penis yang satu masuk keluar vaginanya, sedang penis yang lain masuk keluar mulutnya.<br />
Aku merasakan penisku menegang di balik celana dan sesekali kuperbaiki dudukku sebab agak malu juga pada Anna yang melirik ke arah risleting celanaku. Aku merasa horny, tetapi apa daya, aku hanya penonton, sedangkan Anna dan Dicky, entah apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Kukerling Dicky dan Anna yang sudah terpengaruh oleh film tersebut. Gaun Anna semakin turun dan payudaranya sudah semakin tampak. Benar-benar indah payudaranya, apalagi saat kulihat yang sebelah kiri dengan putingnya yang hitam kecoklatan, sudah menyembul keluar akibat jamahan tangan suaminya. Desahan Anna bercampur dengan suara si perempuan Asia di film yang kami saksikan. Mereka berdua tampak tidak peduli lagi dengan kehadiranku. Aku lama-lama segan juga, tetapi mau pamit kayaknya tidak etis. Kuluman bibir Dicky semakin turun ke leher Anna dan berlabuh di dada sebelah kiri. Bibirnya melumat puting sebelah kiri sambil tangan kanannya meremas-remas payudara kanan Anna. Gaun Anna hampir terbuka lebar di bagian dada.<br />
Tiba-tiba Anna bangkit berdiri dan menuju dapur. Ia kemudian keluar dan membawa nampan berisi tiga gelas red wine. Ia sodorkan kepada kami berdua dan kembali ke dapur mengembalikan nampan.<br />
Aku dan suaminya minum red wine ketika kurasakan dari arah belakangku Anna menunduk dan mencium bibirku tiba-tiba, “Mmmmfff, ahhh, An, jangan!” kataku sambil menolakkan wajahnya dengan memegang kedua pipinya.<br />
Anna justru semakin merapatkan wajah dan tubuhnya dari arah atas tubuhku. Lidahnya masuk dengan lincahnya ke dalam mulutku sedangkan bibirnya menutup rapat bibirku, payudaranya kurasakan menekan belakang kepalaku. Aku masih mencoba melawan dan merasa malu diperlakukan demikian di depan suaminya. Rasa segan bercampur nafsu yang menggelora membuat wajahku semakin memanas, terlebih atas permainan bibir dan lidah Anna serta payudara yang ditekankan semakin kuat.<br />
Kudengar suara suaminya, “Tak usah malu, Gus. Nikmati saja. Ini bagian dari permintaan spesial Anna kemarin. Kali ini ia tidak minta kado yang lain, tapi kehadiranmu.”<br />
Aku berhasil melepaskan diri dari serangan Anna dan sambil terengah-engah kukatakan, “An, tolong … jangan perlakukan aku seperti tadi. Aku malu. Dicky, aku minta maaf, aku mau pulang saja.” Aku bergegas menuju pintu. Tapi tiba-tiba Anna menyusulku sambil memeluk pinggangku dari belakang. Sambil menangis ia berkata, “Gus, maafkan aku. Aku tidak mau kau pulang sekarang. Ayolah, kembali bersama kami.” Ia menarik tanganku duduk kembali.<br />
Aku terduduk sambil menatap lantai, tak berani melihat wajah mereka berdua. Di seberangku, Dicky dan Anna duduk berjejer. Dicky berkata,<br />
“Gus, tolonglah kami. Ini permintaan khusus Anna. Sebagai sahabat lamanya, kuharap kau tidak keberatan. Sekali lagi aku minta maaf. Kami sudah konsultasi dan berobat ke dokter agar Anna hamil. Ternyata bibitku tidak mampu membuahinya. Padahal kami saling mencintai, aku amat mencintainya, dia juga begitu terhadapku. Kami tidak mau cerai hanya oleh karena aku tidak bisa menghamilinya. Kami tidak mau mengangkat anak. Setelah kami bicara hati ke hati, kami sepakat meminta bantuanmu agar ia dapat hamil. Kami mau agar anak yang ada di dalam rumah tangga kami berasal dari rahimnya, walaupun bukan dari bibitku. Aku senang jika kau mau menolong kami.”<br />
Aku tidak menjawab. Kucoba menatap mereka bergantian.<br />
Kemudian Anna menambahkan kalimat suaminya, “Aku tahu ini berat buatmu. Jika aku bisa hamil olehmu, anak itu akan menjadi anak kami. Kami minta kerelaanmu,Gus. Demi persahabatan kita. Please!” katanya memohon dengan wajah mengiba dan kulihat airmatanya menetes di pipinya.<br />
“Tapi, bagaimana dengan perasaan suamimu, An? Kau tidak apa-apa Dick?” tanyaku sambil menatap wajah mereka bergantian.<br />
Keduanya menggelengkan kepala dan hampir serempak menjawab, “Tidak apa-apa.”<br />
“Aku pernah cerita pada suamiku, bahwa dulu kau pernah punya hati padaku, tapi kutolak karena tidak mau diganggu urusan cinta,” papar Anna lagi.<br />
“Ya Gus, Anna sudah ceritakan persahabatan kalian dulu. Aku dengar darinya, kau bukan orang yang suka jajan dan sejak dulu kau tidak nakal terhadap perempuan. Kami yakin kau bersih, tidak punya penyakit kelamin. Makanya kami sepakat menentukan dirimu sebagai ayah dari anak kami,” tambah suaminya. “Bagaimana Gus, kau setuju? Kau rela? Tolonglah kami ya!” pintanya mengiba.<br />
Aku tidak menjawab. Hatiku tergetar. Tak menduga ada permintaan gila semacam ini dari sepasang suami istri yang salah satunya adalah sahabatku dulu. Namun di hati kecilku timbul keinginan untuk menolong mereka, meskipun di sisi lain hatiku, merasakan getar-getar cinta lama yang pernah timbul terhadap Anna.<br />
“Gus, kau mau kan?” tanya Anna sambil berjalan ke arahku.<br />
“Baiklah, asal kalian tidak menyesal dan jangan salahkan jika aku jadi benar-benar suka pada Anna nanti,” jawabku tanpa berani menatap muka mereka.<br />
“Tak apa, Gus. Aku tak keberatan berbagi Anna denganmu. Aku tahu kau dulu tulus mencintai dia, pasti kau takkan menyakiti dia. Sama seperti aku, tak berniat menyakiti dirinya,” kata Dicky lagi.<br />
Anna lalu duduk di lengan kursi yang kududuki sambil memegang daguku dan menengadahkan wajahku hingga wajah kami bersentuhan dan dengan lembut ia mencium kedua kelopak mataku, turun ke hidung, pipi dan akhirnya bibirku ia kecup lembut. Berbeda dengan ciumannya tadi, aku merasakan kenyamanan yang luar biasa, sehingga kubalas lembut ciumannya. Aku hanyut dalam ciuman yang memabukkan. Sekelebat kulihat Dicky mengamati kami sambil mengelus-elus risleting celananya.<br />
Anna mengajakku duduk ke sofa panjang, tempat Dicky berada. Kini ia diapit olehku dan suaminya di sebelah kanannya. Kami berdua terus berciuman. Adegan di video kulirik sekilas, suasana semakin panas sebab si perempuan Asia sudah disetubuhi oleh dua pria sekaligus, yang satu berada di bawah tubuhnya dengan penis menancap dalam vaginanya, sedangkan penis yang satu lagi memasuki analnya. Kedua penis tersebut masuk keluar secara berirama menambah keras rintihan dan jeritan nikmat si perempuan. Kami bertiga terpengaruh oleh tayangan demikian, sambil melihat film tersebut, aku terus menciumi wajah, bibir dan leher Anna, sementara suaminya sudah membuka gaun Anna, turun hingga sebatas pinggulnya hingga terpampanglah kini kedua payudaranya yang sintal.<br />
Desahan Anna semakin liar ketika lidahku menggelitiki lehernya yang jenjang dan suaminya berganti memagut bibirnya. Bibir dan lidahku semakin turun menuju celah-celah payudaranya. Tangan kiriku meremas payudara kanannya sambil bibirku melumat puting payudara kirinya. Ia mengerang semakin kuat, ketika tangan kiriku turun ke pinggulnya dan mengelus-elus pinggul dan pinggangnya. Ciumanku semakin turun ke perutnya dan berhenti di pusarnya. Lama menciumi dan menggelitiki pusarnya, membuatnya makin menggeliat tak menentu. Suaminya kulihat berdiri dan membuka seluruh pakaiannya. Dicky kini dalam keadaan bugil dan memberikan penisnya untuk digelomoh Anna. Dengan bernafsu, Anna mencium kepala penis suaminya, batangnya dan akhirnya memasuk-keluarkan penis itu ke dalam mulutnya. Tangan kanannya memegang batang penis suaminya sambil bibir dan lidahnya terus melakukan aksinya. Kulihat penis suaminya agak panjang, lebih panjang dari punyaku, maklum suaminya lebih tinggi daripada aku, cocoklah Anna mendapat suami tinggi sebab tingginya 167 Cm, sama denganku.<br />
Sambil terus memesrai penis suaminya, Anna mengangkat sedikit pantat dan pinggulnya seakan-akan memberikan kesempatan buatku melepaskan gaunnya sama sekali. Secara alamiah, kedua tanganku bergerak menurunkan gaunnya hingga ke lantai, sehingga tubuh Anna hanya tinggal ditutupi selembar kain segitiga di bagian bawahnya. Tangan kiri Anna bergerak cepat melepaskan celana dalamnya. Kini ia benar-benar telanjang, sama seperti suaminya. Anna duduk kembali sambil menelan penis suaminya, hingga pangkalnya. Ia sudah benar-benar dalam keadaan puncak birahi.<br />
Aku mengambil posisi berlutut di celah-celah paha Anna. Kuamati sela-sela paha Anna. Vaginanya dihiasi rambut yang tipis, tapi teratur. Agaknya ia rajin merawat vaginanya, sebab rambut itu dicukur pada bagian labia, sehingga memperlihatkan belahan yang indah dengan klitoris yang tak kalah menariknya. Kuarahkan jari-jariku memegang klitorisnya. “Auuwww, aaahhh, enak Gus … terusin dong ….” Desisnya sambil menggeliatkan pinggulnya dengan indah.<br />
Aku tidak menjawab, tetapi malah mendekatkan wajahku ke pahanya dan lidahku kujulurkan ke klitorisnya. “Ooooohhhh, nikmatnyaaaaa …..” desahnya sambil mempercepat gerakan mulutnya terhadap penis Dicky.<br />
Kuciumi klitorisnya sambil sesekali melakuan gerakan menyedot. Klitorisnya sudah tegang sebesar biji kacang hijau. Indah sekali bentuknya, apalagi ketika kukuakkan labianya bagian atas klitorisnya. Kedua labianya kupegang dengan kedua tanganku dan kubuka lebar-lebar lalu dengan lembut kujulurkan lidahku menusuk ke dalam vaginanya. “Aaaaaahhhhhh …. Gusssss …. kau pintar banget!” rintihannya semakin meninggi. Aku melakukan gerakan mencium, menjilat, menusuk, menyedot secara bergantian, bahkan tak urung kuisap klitoris dan kedua labianya secara bergantian, hingga erangan dan rintihannya semakin keras. Cairan vaginanya mengalir semakin banyak. Kusedot dan kumasukkan ke dalam mulutku. Gurih rasanya. Kedua tangannya kini memegang belakang kepalaku dan menekankannya kuat-kuat ke pahanya sambil menggeliat-geliat <a href="http://ceritadewasaku.com/">seksi</a>. Semakin lama gerakannya semakin kuat dan dengan suatu hentakan dahsyat, ia menekan dalam-dalam vaginanya ke wajahku. Agaknya ia sudah orgasme. Kurasakan aliran air menyembur dari dalam vaginanya. Rupa-rupanya cairan vaginanya bercampur dengan air seninya. Anehnya, aku tidak merasa jijik, bahkan kuisap seluruhnya dengan buas. Ia menolakkan kepalaku, mungkin merasa jengah karena kuisap seluruh cairannya, tanpa mau menyisakan sedikit pun. Aku tidak mengikuti perlakuannya, tapi terus menekan wajahku menjilati seluruh cairannya yang menetes dan mengalir ke pahanya.<br />
Aku masih bersimpuh di celah-celah paha Anna, ketika ia mendekatkan wajahnya mencium bibirku. “Makasih ya Gus, kamu pintar banget bikin aku puas!”<br />
Kulihat Dicky terpengaruh atas orgasme istrinya, ia berdiri dan berkata, “Ayo sayang, aku belum dapet nih!”<br />
“Aaahh, aku masih capek, tapi ya dech. Aku di bawah ya,” sambutnya sambil menelentangkan tubuh di sofa panjang tersebut. Suaminya mengambil posisi di sela-sela paha Anna dan menggesek-gesekkan penisnya ke klitoris Anna. Anna kembali naik birahi atas perlakuan Dicky. Makin lama Dicky memasukkan penisnya semakin dalam ke dalam vagina Anna. Anna membalas dengan membuka lebar-lebar pahanya. Kedua kakinya dipentang dan dipegang oleh kedua tangan suaminya. Anna lalu mengisyaratkan aku mendekatinya. Aku jalan mendekati wajahnya. Ia lalu membuka celana panjangku hingga melorot ke lantai. Celana dalamku pun dibukainya dengan ganas dan kedua tangannya memegang penisku. Sambil menyentuh penisku, perlahan-lahan ia dekatkan wajahnya ke arah pahaku dan menjilat kepala penisku. “Ahhh, ssshhh, Ann …. Nikmatnyaaaa,” desahku sambil membuka bajuku. Kini kami bertiga benar-benar seperti bayi, telanjang bulat. Anehnya, aku tidak merasa malu seperti mula-mula. Adegan yang hanya kulihat dulu di blue film, kini benar-benar kualami dan kupraktekkan sendiri. Gila! Tapi akal sehatku sudah dikalahkan. Entah oleh rasa suka pada Anna atau karena hasrat liarku yang terpendam selama ini.<br />
Anna semakin liar bergerak menikmati tusukan penis suaminya sambil melumat penisku. Kedua tanganku tidak mau tinggal diam dan meremas-remas kedua payudara Anna dengan putingnya yang semakin mencuat bagaikan stupa candi.<br />
Hunjaman penis suaminya kulihat semakin hebat sebab Anna semakin kuat menciumi dan menjilati bahkan menelan penisku hingga masuk seluruhnya ke dalam mulutnya. Kurasakan kepala penisku menekan ujung tenggorokannya, tapi Anna tidak peduli, air ludahnya menetes di sela-sela bibirnya yang tak kenal lelah menelan penisku. Bahkan ketika seluruh penisku ia telan, lidahnya mengait-ngait lubang kencingku, rasanya agak panas, tapi geli bercampur nikmat. Aku ikut merintih tanpa kusadari. Kini desahan dan erangan kami bertiga sudah melampaui adegan di film yang sudah tak kami hiraukan lagi. Sekilas sempat kulihat adegan di video memperlihatkan pergantian adegan dari adegan si perempuan Asia berjongkok di atas pinggang si pria Amerika Latin memasuk-keluarkan penisnya sambil menggelomoh penis si pria bule. Kemudian si pria bule menempatkan diri di belakang si perempuan dan memasukkan penisnya ke dalam anal si perempuan sambil kedua tangannya meremas payudara si perempuan. Dari bahwa, si pria Amerika Latin menciumi bibir si perempuan. Rintihan si perempuan bertambah kuat sewaktu kedua pria tersebut mengeroyok vagina dan analnya dengan hebat. Erangannya berganti dengan jeritan nikmat ketika kedua pria itu semakin kuat menghentakkan penis mereka dalam-dalam. Terpengaruh oleh adegan tersebut, Dicky menancapkan penisnya sedalam-dalamnya ke vagina istrinya. Tangan kiri Anna mengelus-elus klitorisnya sendiri dengan kencang, sedang penis suaminya masuk keluar semakin cepat. Penisku disedot kuat-kuat oleh Anna dan gigitan gemasnya kurasakan pada batang penisku. Remasanku makin kuat di payudara Anna sambil sesekali kuciumi bibirnya.<br />
“Ahhh, aku hampir sampai, An … Aaahhh vaginamu enak benar!” rintih Dicky.<br />
“Sabar sayang, aku juga hampir dapat. Sama-sama ya? Oooohhhh, akkhhh … enak benar tusukan ******mu. Ayo sayang, yang dalam ….. aaauhhggghhhhh …. Ooouukhhhhh,” rintih Anna semakin tinggi hingga tiba-tiba ia menjerit.<br />
Jeritan Anna membahana memenuhi ruangan bagaikan raungan serigala, ketika dengan hebatnya penis suaminya menghunjam dengan cepat dan berhenti saat orgasmenya pun menjelang. Kedua pahanya menjepit pinggul suaminya sedang mulutnya menelan penisku hingga ujungnya kurasakan menekan tekak tenggorokannya. Kuperhatikan tubuh Anna yang indah bergetar-getar beberapa saat, apalagi di bagian pahanya.<br />
Suaminya menghempaskan tubuh di atas tubuh Anna, sementara kedua tangan Anna memeluk tubuh suaminya. Aku melepaskan diri dari Anna dan mengambil tempat duduk sambil mengamati mereka berpelukan sambil bertindihan.<br />
Kulihat adegan film hampir habis. Berarti kami bertiga main satu setengah jam, sebab tayangan film tadi kulihat berdurasi dua jam, sedangkan waktu kami bercakap-cakap bertiga tadi, permainan film baru berlangsung setengah jam. “Luar biasa daya tahan Anna,” pikirku.<br />
Kudengar Anna berkata dari balik himpitan tubuh suaminya, “Ntar giliranmu ya Gus. Kasihan kamu belum apa-apa, padahal aku dan suamiku sudah dapat!”<br />
“Nggak apa-apa An. Santai aja. Aku kan cuma pelengkap penderita,” candaku.<br />
“Jangan gitu dong say,” Anna menolakkan tubuh suaminya dan berdiri lalu mendekatiku. “Kamu kan orang penting, makanya kamu yang kami minta menemani saat istimewaku malam ini.” Ia cium bibirku lembut sambil melingkarkan kedua tangannya ke leherku.<br />
“Mas, kita main di kamar aja yuk, biar lebih enak,” pinta Anna pada suaminya.<br />
Suaminya hanya mengangguk dan mematikan video lalu bergerak mengikuti istrinya ke arah kamar mereka. Aku masih duduk. Anna berhenti melangkah dan mengajakku, “Ayo dong Gus, kita di kamar aja, di sini kurang leluasa.” Aku berdiri dan mengikuti mereka.<br />
Kamar tidur mereka cukup luas, kira-kira 5 X 6 meter. Ranjang yang terletak di tepi salah satu sisi ruangan berukuran besar. Hawa sejuk AC menerpa ketika kami bertiga bagaikan anak-anak kecil, bertelanjang badan, beriringan masuk kamar.<br />
Anna langsung merebahkan tubuhnya di tengah ranjang. Suaminya mengikuti sambil melabuhkan ciuman. Aku masih berdiri memandangi mereka, ketika tangan Anna mengisyaratkanku agar mendekati mereka. Aku mengikuti ajakannya dan duduk di sisi lain tubuhnya sambil mengelus-elus lengan dan perutnya. Tangan Anna menarik pergelangan tanganku agar mengelus dan meremas payudaranya. Tanganku mulai beroperasi di bagian dadanya dan memainkan putingnya yang kembali mengeras akibat sentuhan jari-jariku. Kupilin-pilin putingnya dengan lembut dan kudekatkan mukaku ke dadanya. Lidahku kujulurkan menjilati puting payudaranya. Lama kugelitik putingnya, setelah itu kumasukkan putingnya ke dalam mulutku sambil melakukan gerakan menyedot. Saking gemasnya, kusedot juga payudaranya yang tidak begitu besar, tetapi masih kenyal karena belum pernah menyusui bayi. “Ooogghh, ya, yahh, gitu Gus, enak tuch …. ” desisnya sambil menyambut ciuman suaminya. Kedua payudaranya kuremas sambil terus mengisap, memilin, menyedot putingnya dengan gerakan bervariasi, kadang-kadang lembut, kadang ganas, hingga Anna menggeliat-geliat dilanda birahi.<br />
Kuteruskan penjelajahan bibirku ke arah perutnya dan turun ke rambut-rambut halus di atas celah pahanya yang putih. Kembali lidahku bermain di klitorisnya dan celah-celah vaginanya yang mulai basah lagi. Ludahku bercampur dengan cairan vaginanya yang harum. Ciumanku semakin buas turun ke celah-celah antara vagina dan analnya. Ketika mendekati analnya, lidahku kuruncingkan dan kugunakan mengait-ngait celah-celah analnya. “Owww, apa yang kau lakukan Gus? Koq enak banget sich?” jeritnya sambil menaikkan pinggulnya akibat perlakuan lidahku pada analnya. “Tenang sayang, nikmati saja,” kataku sambil menciumi analnya dengan bibirku dan menggunakan jari telunjuk kananku untuk memasuki analnya. “Sssshhh, aaahhhh, terusin Gus! Yahhhh enakkkkk,” desahnya.<br />
Dicky sudah menciumi payudara Anna dalam posisi terbalik, di mana dadanya diberikan untuk diraba dan diciumi oleh istrinya juga. Mereka berdua mendesah, tetapi kupastikan yang paling dilanda hasrat menggelora adalah Anna, sebab bagian bawah tubuhnya kuciumi habis-habisan, hingga semakin becek vaginanya akibat bibir dan lidahku yang tak berhenti melakukan aksinya.<br />
“Sudah, sudah Gus. Ayo, sekarang giliran kamu!” tangan Anna menarik rambutku perlahan agar menghentikan aksiku pada vagina dan analnya. Lalu ia membuka kedua belah pahanya lebar-lebar sehingga menampakkan vaginanya yang merona merah jambu dengan sangat indahnya. Rambut-rambut halus di atas klitoris dan vaginanya memberikan nuansa romantis yang tak terlukiskan. Tubuh Anna benar-benar bagaikan pualam. Geliatnya begitu erotis, membuat pria manapun takkan mampu menguasai diri untuk tidak menyetubuhinya dalam keadaan begitu rupa. “Ayo sayang, jangan ragu-ragu membagikan cintamu padaku,” rayu Anna sambil terus menciumi dada suaminya yang ada di atas tubuhnya, sedang dadanya masih berada dalam kuluman Dicky, suaminya.<br />
Aku berlutut di antara kedua pahanya dan penisku kutaruh pelan-pelan menyentuh klitorisnya. Ia menggelinjang-gelinjang antara geli dan nikmat. “Ooouggghh, jangan siksa aku dong, masukkan sayangggg!” erangnya.<br />
Aku tidak mengikuti permintaannya, melainkan terus memainkan penisku menggesek klitorisnya hingga kurasakan semakin tegang ditekan oleh kepala penisku. Dengan tangan kananku, kupegang pangkal penisku dan kusentuhkan juga ke labia vaginanya bergantian, kiri dan kanan, lalu sesekali mengusap celah-celah vaginanya dengan kepala penis dari arah klitorisnya ke bawah. “Ssshhh, ooohhhh, enak banget sayang …. Ayo dong, aku nggak tahan nichhh …. Masukin ******mu Gussss ……” Anna memohon.<br />
Tak tahan mendengar permintaannya, kujejalkan kepala penis ke celah-celah vaginanya, tapi tidak semuanya kumasukkan. Tangan kananku masih kupakai untuk menggerakkan penisku merangsek masuk dan menjelajahi dinding-dinding vaginanya, kanan dan kiri. Ia menaik-turunkan pinggulnya menyambut masuknya penisku. “Ohhhh, nikmaatttt …..” desisnya. Suaminya memandang ke arahku sambil tersenyum. Kini ia berlutut di sebelah kanan kepala Anna dan memberikan penisnya untuk dikulum isterinya.<br />
Dengan lembut kumasukkan penisku makin dalam, perlahan-lahan hingga penisku masuk sebatas pangkalnya. “Aaaahhh …… ” erang Anna lagi. Kedua tangan Anna menarik tubuhku menindih badannya. Ia melakukan hal itu sambil tetap mengulum penis suaminya.<br />
Gerakanku menaikturunkan tubuh di atas Anna berlangsung dengan ritme pelan, tetapi kadang-kadang kuselingi dengan gerakan cepat dan dalam. Berulang-ulang Anna merintih, “Gila Gus, enak banget ******mu! Oooouugghhhh … yahh …. aaahhh … sedappppp!” Pinggulnya sesekali naik menyambut masuknya penisku. Semakin lama gerakan pinggulnya makin tak menentu<br />
Gerakanku makin cepat dan kuat. Desahannya makin kuat mengarah pada jeritan. Dengan beberapa kali hentakan, kubuat Anna bergetar semakin tinggi menggapai puncak kenikmatan. “Gusss, terusin ….. Aaaahhhh, aku dapet lagi, oooouuggghhh!” ia menggeram sambil mengangkat pinggulnya menyambut tekanan penisku yang kuhunjamkan dalam-dalam ke vaginanya. Jari-jari tangannya memeluk punggungku dengan erat, bahkan cengkeraman kukunya begitu kuat, terasa sakit menghunjam kulitku, tetapi perasaan itu bercampur dengan kenikmatan luar biasa. Kurasakan guyuran cairan kenikmatannya membasahi penisku sedemikian rupa dan dinding vaginanya berkejat-kejat memijat batang penisku, hingga tak kuasa kubendung luapan spermaku memasuki rongga vaginanya. “Anna!!!! Ogggghhh, enak banget, sayang!” desahku sambil memeluk erat-erat tubuhnya dan menciumi bibirnya rapat-rapat. Anna menyambut ciumanku. Kurasakan bibir kami berdua agak dingin, sebab aliran darah kami seakan-akan terdesak ke bagian bawah. Kedua belah pahanya menjepit kedua pahaku dengan kuatnya dan jepitan vaginanya seolah-olah ingin mematahkan batang penisku. Dinding vaginanya masih berdenyut-denyut memilin penisku. Tak terkatakan nikmatnya.<br />
Suaminya tahu diri dan menarik tubuh menyaksikan permainan kami berdua. Lama kami berpelukan dalam posisi berdekapan. Ia tidak mau melepaskan tubuhku. Denyutan vaginanya masih terus terasa memijat-mijat batang penisku, hingga perasaanku begitu nyaman dan damai dalam pelukannya. Beberapa kali ingin kutarik tubuhku, tapi ia tidak mengijinkan tubuhku meninggalkan tubuhnya. Ia hanya membolehkan tubuhku miring ke kanan, hingga ia pun miring ke kiri. Dengan masih berpelukan dalam keadaan miring, mulutnya masih terus menciumi mulutku. Bibir kami berpagutan dan lidahnya masuk rongga mulutku menggapai langit-langit mulutku. Kulakukan hal yang sama bergantian dengannya. Beberapa saat kemudian kurasakan cairan kenikmatan kami mengalir di sela-sela pahaku, juga kuperhatikan menetesi pahanya. Penisku mengecil setelah melakukan tugasnya dengan baik. Aku melepaskan diri dari pelukannya dan berbaring di sebelah sebelah kiri tubuhnya. Suaminya menempatkan diri berbaring di sebelah kanannya. Anna kini diapit oleh dua pria. Aku menatap langit-langit kamar mereka sambil merenung, betapa gilanya kami bertiga melakukan ini. Aku tak tahu apa yang ada di benak mereka berdua. Elusan jari-jari Anna di tubuhku membuatku tak habis pikir, betapa dahsyat permainan perempuan ini. Ia memiliki kekuatan melawan dua pria sekaligus. Ia mencium bibir suaminya sambil berbisik. “Mas Dicky, makasih ya atas hadiah ulang tahunnya!” Lalu ia juga mencium bibirku, menatap dengan mata berkaca-kaca dan berkata, “Gus, trims buat kadomu. Kami benar-benar berterima kasih padamu.” Aku tak menjawab, merasa bodoh, tetapi haru menyambut ciumannya disertai tetesan air yang turun ke pipinya. Aku mengusap air matanya sambil memagut bibirnya lembut. Lama kami melakukan hal itu dan kembali berbaring. Anna bangun dan mengambil handuk kecil untuk melap vaginanya yang basah oleh cairan kami berdua. Lalu ia kembali berbaring di antara suaminya dan aku.<br />
Suaminya membelai-belai payudara Anna dan memberi tanda agar Anna menaiki tubuhnya. Rupanya suaminya minta dilayani lagi. Anna lalu menempatkan diri di atas tubuh suaminya. Mula-mula ia berjongkok di atas pinggang suaminya dan memasukkan penis suaminya dengan dibantu oleh tangan kanannya. Setelah penis tersebut masuk, perlahan-lahan ia menaik-turunkan tubuhnya di atas tubuh suaminya. Suaminya menyambut gerakan Anna sambil meremas-remas payudaranya.<br />
Beberapa saat kemudian Anna merebahkan tubuhnya di atas tubuh suaminya. Gerakan mereka makin kuat. Sesekali pantat suaminya terangkat ke atas, sedang Anna menurunkan tubuhnya dan menekan kuat-kuat hingga penis suaminya menancap dalam-dalam. Aku beringsut menuju bagian bawah tubuh mereka dan memperhatikan bagaimana penis suaminya masuk keluar vagina Anna. Kudengar suara suaminya, “Ann, analmu kan nganggur tuch. Gimana kalau dimasuki penis Agus seperti yang pernah kulakukan?”<br />
Kudengar suara Anna, “Ya Mas, aku baru mau usul begitu. Tahu nich, kalian berdua begitu pandai memuaskan aku. Ayo Gus, tusuk analku dong!” pintanya memohon.<br />
Aku heran juga atas kelakuan suami istri ini, tetapi kupikir mungkin karena Anna pernah di luar negeri, hal-hal begini tidak aneh lagi buatnya. Bagiku memang pengalaman baru. Main dengan perempuan beberapa kali pernah kulakukan, tapi main bertiga begini apalagi mengeroyok vagina dan anal sekaligus, ini benar-benar pengalaman luar biasa bagiku.<br />
Kuamati kemaluan kedua suami istri itu. Perlahan-lahan kuelus-elus vagina Anna yang basah oleh cairannya. Jari-jariku kemudian mengarah ke analnya. Dengan cairan vaginanya kubasahi lubang analnya. Telunjuk jari kananku kumasukkan pelan-pelan ke dalam analnya. “Yaaah gitu Gus, enak tuch…. Lebih dalam lagi!!! Ayoooo!!!!” desahnya dengan suara yang serak-serak basah karena dilanda nafsu.<br />
Jariku masuk makin dalam ke analnya membuat gerakan tubuhnya semakin tak menentu. Dengan vaginanya dirojok penis suaminya dan jariku memasuki analnya, Anna berkayuh menuju pulau kenikmatan. “Gusss, jangan cuman jarimu dong, sayang! Sekarang masukin penismu ….. Ayooo dong!!!” pintanya.<br />
Kedua paha Anna berada di bagian luar paha suaminya, membuka lebar-lebar celah vaginanya bagi masuknya penis suaminya. Kutempatkan kedua pahaku menjepit paha Anna. Kepala penis kubalur dengan air ludahku dan kumasukkan perlahan-lahan ke dalam anal Anna. Mula-mula agak susah, sebab sempit, tetapi mungkin karena mereka sudah pernah melakukan hal itu, tak terlalu masalah bagi penisku untuk melakukan eksplorasi ke dalam analnya. “Sssshhhh, ohhhh enak banget Gusssss! Terusin yang lebih dalam sayang!” rintihnya.<br />
Aku bergerak makin leluasa memasuk-keluarkan penisku ke dalam analnya. Sedang dari bawah, penis suaminya masuk keluar vaginanya. Anna berada di antara tubuh suaminya dan aku, melayani kami berdua sekaligus mengayuh biduk kenikmatan tak terperikan. Gerakan suaminya makin kuat, mungkin tak lama lagi ia akan orgasme. Anna pun semakin liar menggerakkan pinggul dan pinggangnya, apalagi dari bawah, suaminya menyusu pada payudaranya secara bergantian. Jeritan Anna yang begitu kuat seperti tadi kembali memenuhi ruangan kamar itu. Namun agaknya tak masalah bagi mereka, sebab rumah mereka begitu besar dan dengan konstruksi yang begitu bagus, suara rintihan dan jeritan kami dari dalam kamar tersebut takkan terdengar keluar.<br />
Kedua tangan Anna memeluk tubuh suaminya erat-erat sambil menekan tubuhnya kuat-kuat hingga kupastikan penis suaminya telah masuk sampai pangkalnya, sedangkan penisku kugerakkan berirama ke dalam analnya. “Gus, lagi Gus, yang kuat!!” pinta Anna. Kedua pundak Anna kupegang kuat sambil menghentakkan penis sedalam-dalamnya ke dalam analnya. Aneh, kupikir ia akan kesakitan diserang demikian rupa pada analnya, ternyata sebaliknya, ia malah merasakan kenikmatan luar biasa menyertai kenikmatan hunjaman penis suaminya.<br />
Kami bertiga secara cepat melakukan gerakan menekan. Suaminya dari bawah, Anna di atasnya menekan ke bawah, aku dari atas tubuh Anna menekan dalam-dalam penisku ke dalam anal Anna. “Massss, oooouggghhhh Gussss…. aku dapet lagi! Ouuuggghhhhhhhhhhhh ……… sssshhhhhh ……. akkkkhhhhh,” jerit Anna. Kurasakan betapa jepitan analnya begitu kuat, sama seperti vaginanya tadi, menjepit penisku. Denyut kenikmatan kurasakan begitu hebat. Tak berapa lama, Anna memintaku melepaskan diri dari suaminya. Ia lalu berlutut tepat di depanku. Semula aku tak mengerti maksudnya.<br />
Kuelus-elus punggung, pinggul dan payudaranya dari belakang tubuhnya. Tangan kanannya ia mencari penisku dan mengarahkan penisku ke analnya lagi. “Wah, masih mau lagi dia?” kataku dalam hati. Penisku kembali memasuki analnya dalam posisi kami berdua berlutut. Lalu ia mengisyaratkan aku merebahkan tubuh ke belakang. Aku turuti permintaannya dan dengan penis tetap berada di dalam analnya, aku berbaring terlentang sedang Anna kini ada di atasku dalam posisi sama-sama terlentang. Ia mengambil inisiatif bergerak menaik turunkan tubuhnya hingga penisku masuk keluar dengan bebasnya ke dalam analnya. Dari atas sana kuamati suaminya bangkit mendekati kami berdua dan kembali mengarahkan penisnya ke vagina Anna. Kini gantian aku yang berada di bawah, Anna di tengah, dan suaminya di atas Anna.<br />
Desahan, rintihan dan jeritan kami silih-berganti dan kadang-kadang bersamaan keluar dari bibir kami bertiga. Tanganku kumainkan meremas-remas payudara Anna dari bawah. Beberapa saat kemudian, di bawah sana, suaminya berteriak, “Ayo sayang, aku mau keluar nih!!!!”<br />
“Tunggu sayang,” kata Anna, dan tiba-tiba ia bangkit hingga penisku terlepas dari analnya. Dengan cepat ia tolakkan tubuh suaminya, hingga jatuh terbaring, lalu ia berlutut di antara paha suaminya dan menggenggam penis suaminya sambil memasuk-keluarkan penis itu ke dalam mulutnya. Cairan sperma suaminya muncrat mengenai wajah dan mulut Anna, tetapi ia tidak jijik menjilati cairan yang keluar itu. Kuperhatikan ulah Anna terhadap penis suaminya. Penisku masih tegang menanti giliran berikut.<br />
Anna menoleh ke arahku sambil berkata, “Gus, masih mau lagi, kan? Ayo, sayang!” Ia kemudian menungging di depan tubuhku sambil terus menjilati penis suaminya yang semakin lemas. Kutempatkan tubuh di belakang Anna lalu kumasukkan kembali penis ke dalam analnya. “Gus, ganti-gantian dong masukin penismu, jangan hanya analku. Bergantian memekku juga sayang!” katanya. “Wah, hebat benar Anna, masih juga ada permintaannya yang begini rupa?” pikirku.<br />
Kucabut penisku dari analnya dan kumasukkan ke dalam vaginanya yang merah merekah. Cairannya masih banyak tapi penisku tetap dijepit kuat sewaktu memasuki vaginanya. Usai memasukkan penis ke vaginanya dalam 2-3 kali hunjaman, kucabut lagi dan ganti analnya kutusuk 2-3 kali. Begitu seterusnya, hingga kudengar kembali ia menjerit pertanda akan orgasme lagi. “Aaaaggghhh, nikmatnyaaahhhhh …….. Gussss!!!! Ooooogggghhhh ……..” Jepitan vaginanya begitu luar biasa saat jeritannya terdengar, hingga tak bisa lagi kutahan aliran spermaku kembali memasuki kepala penisku dan keluar tanpa tedeng aling-aling. “Aaaahhh, Annn ….. nikmat sekali sayang!” erangku sambil memeluk tubuhnya dari belakang dan meremas-remas kedua payudaranya. Tubuhku masih menghimpit tubuhnya dari belakang, sedangkan Anna masih terus menciumi dan menjilati penis suaminya. Tak bosan-bosannya ia melakukan itu. Benar-benar pemain seks yang hebat!<br />
Kami bertiga berbaring lunglai dalam keadaan telanjang di ranjang berukuran king size itu. Sprey ranjang sudah kusut dan di sana-sini lelehan cairan kenikmatan kami bertiga bertebaran. Aku benar-benar lelah dan ngantuk hingga tertidur. Lewat tengah malam, kurasakan jilatan lidah pada penisku. Dengan mata berat, kutoleh ke bawah, kulihat Anna sudah menciumi dan menjilati penisku kembali. Di sebelahku suaminya tertidur nyenyak. Penisku yang lemas, kembali tegang karena perlakuan lidah dan mulut Anna. Melihat keadaan itu, Anna senang dan mengajakku main lagi. Anna menempatkan pinggulnya di tepi ranjang, kedua kakinya berjuntai ke bawah hingga terpampanglah belahan vaginanya yang merekah. Entah sudah berapa kali tusukan suaminya dan aku telah dialami vagina ini, tetapi seakan tak kenal lelah dan memiki kemampuan tempur yang dahsyat.<br />
Sambil menempatkan diri di depannya, penisku kuarahkan kembali memasuki vaginanya. Anna yang berbaring kembali merintih saat penis kumainkan di klitoris dan vaginanya. Geliat pinggulnya begitu erotis menyambut hunjaman penisku. Gerakan kami berdua semakin cepat, hingga akhirnya tubuhku ia tarik kuat-kuat menjatuhi tubuhnya. Penisku masuk sedalam-dalamnya menikmati remasan dinding vaginanya. Aku belum dapat lagi, sehingga penisku masih tetap tegang. Kami berdua masih berpelukan dalam posisi tersebut. Anna berbisik di telingaku, “Gus, lihat nggak tadi. Suamiku bisa main beberapa ronde, padahal biasanya satu ronde saja ia sudah menyerah. Mungkin karena ada teman mainnya, jadi semangat dia.”<br />
Aku tidak menjawab. Ia melanjutkan, “Ngomong-ngomong penismu koq kuat banget sih, main beberapa ronde, koq kuat betul? Kau suka minum obat kuat ya? Atau kau sudah pengalaman main sama perempuan nich?” desaknya.<br />
“Ah, aku bisa kuat gini kan karena Anna. Abis kamu dulu tolak cintaku sih,” jawabku.<br />
“Tapi sekarang kamu bisa menikmati tubuhku juga walau aku sudah bersuami, kan?” rajuknya.<br />
“Iya, tapi bagaimanapun Dicky masih suami kamu? Kamu bukan nyonya Agus, kan?” balasku.<br />
“Sudahlah, yang penting hatiku dan tubuhku bisa kau miliki juga di samping suamiku,” katanya menutup pembicaraan kami, sambil menciumi bibirku lagi. Aku terdiam dan bangkit berdiri. “Mau ke mana, Gus?” tanyanya melihatku berjalan keluar kamar.<br />
“Aku mau duduk di luar dulu,” kataku sambil melangkah keluar. Aku memungut celana dalamku dan duduk di ruang tempat kami nonton video tadi. Beberapa saat kemudian kulihat Anna menyusulku, masih dalam keadaan telanjang. Ia duduk di sebelahku. “Ada apa, Gus? Kamu tersinggung atas kata-kataku tadi?” tanyanya.<br />
“Nggak An. Aku cuma tak habis pikir, koq bisa-bisanya aku melakukan hal ini pada kamu yang sudah bersuami dan suamimu mengijinkan,” kataku sambil menatap wajahnya.<br />
“Gus, hidup ini memang penuh misteri,” katanya berfilsafat. “Yang penting, kita menjalaninya dengan tenang dan damai; bahkan kamu dapat pahala dengan memberikan kebahagiaan buatku dan suamiku.” “Atau kamu nyesel atas kejadian ini,” desaknya sambil membelai wajahku.<br />
“Tidak sayang, aku tidak menyesal. Yang kupikirkan bagaimana jika aku tak mampu melepaskan diri darimu sebab dulu pernah mencintaimu,” kataku sambil menciumi rambutnya.<br />
Anna merebahkan kepalanya di pangkuanku dan jari-jarinya bermain lembut di pahaku, bisiknya “Aku hanya menjalani hidup ini Gus. Suamiku tahu kalau aku benar-benar ingin punya anak, tapi ia tidak bisa menghamiliku. Kami sudah lama membicarakan dirimu dan menimbang segalanya. Aku, kelak kau menikah dengan gadis baik, yang bisa memberikanmu kebahagiaan seutuhnya.” Jari-jarinya terus menelusuri setiap inci pahaku hingga kurasakan penisku kembali menegang.<br />
“An, aku mau tanya satu hal. Kuharap kau tidak tersinggung,” kataku. “Koq kau begitu ahli main, sampai main anal segala?” tanyaku.<br />
“Oh itu. Kamu tidak usah curiga. Jenuh menunggu anak tidak kunjung ada, kami berdua suka mencoba-coba berbagai posisi. Tadinya sih atas anjuran dokter, mana tahu bisa jadi. Lama-lama setelah suamiku mau periksa ke dokter, baru ketahuan kalau bibitnya lemah, sehingga tak bisa membuahi rahimku. Tapi kami sudah telanjur suka posisi macem-macem. Begitulah ceritanya Gus!”<br />
Aku tidak menanggapi kalimatnya dengan kata-kata, tetapi mengangkat dagunya dan mencium bibirnya. Ciuman membara yang kembali terjadi di antara kami membuat kami berdua kembali hanyut dalam gelora asmara. Jari-jarinya bermain di dadaku sedangkan jari-jariku membelai tubuhnya. Ia berlutut ia antara pahaku dan kembali mencium dan menjilati penisku sehingga mencapai ketegangan puncak. “Gimana Gus, kamu mau main lagi kan?” tanyanya sambil memandang wajahku. “Ya sayang, tapi kamu tidak capek?” “Nggak Gus, demi kamu, aku mau lagi,” jawabnya.<br />
Anna berbaring di sofa panjang dan ketika aku akan menindihnya dari atas ia melarangku. “Kenapa, An?” tanyaku tak mengerti. “Ntar dulu, kita coba posisi ini. Kau pasti suka deh!” katanya. Ia turun dari sofa ke karpet di bawah, lalu ia tarik kedua kakinya ke arah kepalanya, kedua tangannya menahan belakang lututnya hingga kembali vaginanya terpampang lebar-lebar menantikan kedatangan penisku. Aku memasukkan penis ke dalam vaginanya sambil menikmati posisi tersebut. Sambil memasuk-keluarkan penisku ke dalam vaginanya, kuamati Anna semakin menarik bagian bawah tubuhnya ke atas sedemikian rupa hingga pinggulnya agak terangkat. Aku mulai paham maksudnya. Dengan posisi berlutut, aku memasukkan penisku ke vaginanya. Hunjaman penis agak berat kurasa dengan posisi itu, tetapi nikmatnya tak terkatakan.<br />
Beberapa saat kami mempertahankan posisi itu, lalu ia berkata, “Gus, pegang tanganku.” Kutarik kedua tangannya dan tubuhnya melekat erat di tubuhku hingga payudaranya begitu terasa kenyal menghimpit dadaku. “Gus, kamu kuat nggak jika berdiri sekarang?” bisiknya pelan di telingaku. Aku tidak menjawab, tapi berusaha berdiri sambil menapakkan kedua tanganku di belakang tubuh. Akhirnya kami berdua berdiri dengan posisi saling menempel. Tiba-tiba kedua kakinya ia angkat tinggi dan memeluk kedua pahaku. Untungnya tubuh Anna langsing, sehingga aku kuat dibebani oleh tubuhnya dengan cara demikian. Sambil memeluk leherku erat-erat, ia menaik-turunkan tubuhnya hingga vaginanya turun naik di atas penisku. Kupegang erat kedua bongkah pantatnya sambil menghunjamkan penis ke dalam vaginanya.<br />
“Gus, jalan yuk,” bisiknya lagi. Aku menurut saja kata-katanya. Kulangkahkan kaki selangkah demi selangkah mengitari ruangan itu sambil menikmati naik-turunnya tubuh Anna menghunjam penisku. Baru kuingat, inilah yang disebut dalam Kamasutra sebagai posisi monyet menggendong anaknya. Kami melakukan hal itu agak lama dan kemudian ia berkata, “Gus, aku udah mau dapet lagi. Turunkan aku dong!”<br />
Kuturunkan tubuhnya dan ia mengambil posisi berlutut menghadap sofa sambil memintaku memasuki tubuhnya dari belakang. Kuarahkan penis ke vaginanya lalu memaju-mundurkan tubuhku sambil meremas-remas kedua payudaranya dari belakang. Erangan Anna semakin kuat ketika hunjaman penisku semakin cepat masuk-keluar vaginanya. Aku tidak ingat sudah berapa lama kami melakukan itu, ketika tiba-tiba kurasakan dinding vaginanya kembali berdenyut-denyut tanda akan orgasme lagi. “Guuuussss …. Aaaauuuukhhhhhh nikmatnya sayanggggg!!!” jeritnya sambil menghempaskan pantatnya kuat-kuat ke arah pahaku. Cairan vaginanya begitu banyak kurasakan, “Ann, koq banyak banget cairanmu?” tanyaku heran. Masih dengan napas tersengal-sengal, ia menjawab, “Gus, akh, eeeh….. aku kadang-kadang bisa orgasme sambil keluar pipis. Kalau benar-benar horny, itu yang kualami. Dengan Dicky kejadian begini amat jarang, tapi denganmu koq bisa begitu mudah kurasakan? ” “Maaf ya Gus, jadi becek gini,” katanya. “Kamu jadi nggak bisa orgasme dengan beceknya memekku. Pake analku lagi dech,” katanya.<br />
Kutempatkan tubuhnya di sofa dan kuangkat kedua kakinya ke atas sambil mengarahkan penis ke analnya yang basah akibat tetesan cairannya. Kepala penisku masuk sedikit demi sedikit. Kumasukkan hingga leher penisku. Pada tahap itu, kukeluarkan lagi penisku. Demikian seterusnya masuk keluar. Ia merengek, “Gus, masukkan lebih dalam dong! Jangan siksa aku, aku jadi mau dapat lagi nih karena kepandaian kamu main!” Kutekan penisku masuk keluar makin dalam ke analnya, sementara kedua tanganku menahan kedua kakinya yang terpentang lebar-lebar. Jari-jari tangan kanannya menampar-nampar labia vaginanya dan sesekali memilin-milin klitorisnya, sedangkan tangan kirinya meremas-remas kedua payudaranya bergantian. “Kasihan juga perempuan ini, andaikan suaminya bangun, ia sudah bisa membantu meremas payudara dan menyentuh vaginanya,” pikirku. Kami berdua semakin cepat melakukan gerakan, geliat pinggulnya begitu seksi ketika hunjaman penisku semakin cepat ke dalam analnya. Dengan suatu sentakan kuat, kumasuki liang analnya sedalam-dalamnya dan kunikmati denyutan analnya yang begitu kuat hingga kurasakan seakan-akan spermaku tertahan akibat jepitan hebatnya. Aku merasa tersiksa atas keadaan itu, dan dengan cepat kucabut penisku tanpa menghiraukan protesnya, “Ada apa, Gus? Keluarin aja di situ!” Cairan spermaku hampir saja muncrat di luar tubuhnya, karena aku sudah mencapai puncak kenikmatan. Kulihat vaginanya masih membuka lebar, kupentang kedua pahanya dan kembali penis kubenamkan dalam-dalam memasuki rongga vaginanya. Denyutan vaginanya masih terasa begitu kencang tetapi karena begitu banyak cairannya, jepitannya tak sekencang analnya. Sambil mengerang kuhunjamkan penisku sedalam-dalamnya. “Guuusss, gila kamuuuuu ….. enak banget sihhhhhh?” jeritnya sambil memeluk pinggangku kuat-kuat dan merasakan kukunya lagi-lagi menancap di bagian belakang tubuhku.<br />
Tak terasa kami berdua main dua ronde lagi di ruang keluarga itu. Dan tertidur dalam keadaan berpelukan dengan bertelanjang di karpet. Kami baru terbangun ketika merasakan silau cahaya matahari memasuki celah-celah gordyn ruangan itu. Anna terbangun, hingga membuatku juga ikut terbangun. Kami berdua berdiri sambil berciuman lagi. Sambil menggandeng tanganku, Anna mengajakku menuju kamar tidur mereka dan kami menyaksikan suaminya masih tidur nyenyak. Anna mengajakku mandi berdua di kamar mandi di kamar mereka. Kami berdua mandi di bathtub saling menyabuni tubuh dan kembali main satu ronde di dalam air. Luar biasa. Entah sudah berapa kali orgasme yang Anna nikmati. Ketika kami keluar dari kamar mandi, suaminya masih tidur, sampai Anna membangunkannya dengan ciuman lembut.<br />
Setelah suaminya mandi, kami sarapan bertiga. Suaminya minta maaf karena begitu nyenyak tidur. Anna menukas, “Nggak apa-apa koq Mas. Agus maklum dan ia bisa melayani permintaanku main lagi di ruang keluarga dan di kamar mandi.”<br />
“Luar biasa. Kalian berdua benar-benar hebat,” puji suaminya tanpa rasa cemburu sedikit pun. “Gus, aku sangat berterima kasih atas kedatanganmu. Belum pernah kulihat Anna segembira ini,” lanjutnya. “Kuharap ini bukan yang terakhir kali kita bertiga, walaupun tadinya aku merasa aneh dengan ide gilanya Anna mengajak kamu main dengan kami. Setelah kualami sendiri, ternyata amat nikmat. Aku sendiri merasa seakan-akan menjadi pengantin baru kayak dulu lagi,” katanya lagi. Aku hanya tersenyum menanggapi percakapan itu.<br />
Itulah pengalamanku pertama kali bertiga dengan Anna dan suaminya. Beberapa kali kami masih melakukan hal serupa. Kadang-kadang Anna memintaku tidur di rumahnya ketika suaminya tugas selama tiga minggu di luar negeri. Tiada hari tanpa persetubuhan yang kami lakukan berdua. Uniknya lagi, saat suaminya menelepon dari luar negeri, Anna sengaja mengaktifkan headphone agar suaminya dapat mendengar desahan dan rintihan kami. Entah apa yang dilakukan suaminya di ujung sana, tapi ia berterima kasih kepadaku yang mau membantu mereka. Hal itu kami lakukan cukup lama.<br />
Pernah Anna mengajak aku dan suaminya main bersama seorang teman perempuannya waktu kuliah di Australia. Henny namanya, orang Sunda. Orangnya tidak secantik Anna, tetapi manis. Sudah menikah tetapi juga sama dengan Anna, belum punya anak. Akhirnya aku mengerti bahwa baik Anna maupun Henny adalah biseks. Mereka bulan lesbian murni, tetap menginginkan lelaki, tetapi tak bisa melupakan teman intimnya dulu. Kisah ini akan kuceritakan di saat berikut. Suami Anna sangat berterima kasih, ketika setahun kemudian meneleponku memberitahukan bahwa Anna sedang hamil dua bulan. Ia memintaku datang ke rumah mereka, tetapi aku mengelak dengan alasan sedang ada kerjaan kantor yang tak dapat ditinggalkan. Padahal, aku tak kuasa menahan gejolak di hati, bahwa benih yang dikandung Anna adalah anakku. Aku hanya dapat berharap mereka bahagia dengan kehadiran anak itu. Tiga tahun kemudian aku menikah dengan seorang gadis Jawa. Ia tidak secantik Anna, tidak juga semanis Henny, tetapi ia mencintaiku dengan tulus dan mau menerima diriku apa adanya. Pernah Anna meneleponku karena rindu lama tak bertemu denganku dan bertanya apakah aku tidak ingin melihat anakku yang pernah ia kandung. Aku katakan rindu, tetapi tak kuasa bertemu mereka. Hanya berharap mereka bahagia dan rukun selalu. Mendengar kata-kataku, Anna terisak di telepon dan berharap, jika suatu ketika aku mau bertemu dengannya, Dicky tak pernah cemburu, bahkan jika aku memintanya, ia akan melayaniku lagi.Cerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-61658463542022176452010-11-07T01:34:00.003+07:002010-11-07T03:26:42.550+07:00Pesona Gadis PemijatNamaku Andra, sebut saja Andra **** (edited). Aku kuliah di sebuah PTS di Bandung sebuah kota metropolis yang gemerlap, yang identik dengan kehidupan malamnya. Di tengah kuliahku yang padat dan sibuk, aku mempunyai suatu pengalaman yang tak akan kulupakan pada waktu aku <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=6165846354202217645" id="AdBriteInlineAd_masih" name="AdBriteInlineAd_masih" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">masih</a> semester satu dan masih berdampak sampai sekarang. Latar belakangku <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=6165846354202217645" id="AdBriteInlineAd_adalah" name="AdBriteInlineAd_adalah" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">adalah</a> dari keluarga baik-baik, <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=6165846354202217645" id="AdBriteInlineAd_kami" name="AdBriteInlineAd_kami" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">kami</a> tinggal di sebuah perumahan di kawasan ****** (edited) di Bandung. Sebagai mahasiswa baru aku termasuk aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan, kebetulan aku menyukai kegiatan outdoor ataupun <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=6165846354202217645" id="AdBriteInlineAd_alam" name="AdBriteInlineAd_alam" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">alam</a> bebas. Aku memang mewarisi bakat ayahku yang merupakan seorang pemburu yang handal, hal inilah yang membuat darah petualangku menggelora.<br />
<a name='more'></a><br />
Memasuki pertengahan semester aku mulai kenal dan akrab dengan seorang cewek, sebut saja namanya Ema. Aku tertarik padanya karena ia orangnya juga menyukai kegiatan alam bebas, berburu misalnya. Awalnya sih aku agak heran juga kenapa cewek cantik seperti dia suka “mengokang” senapan yang notabene berat dan kemudian menguliti binatang hasil buruannya dengan beringas. Hemmm… kegaranganya bak macan betina inilah yang aku sukai, aku suka melihat buah dadanya yang menantang dibalut baju pemburu yang ketat dan kebiasaannya menggigit bibir bawahnya ketika mengokang senapan. Bibir merah yang seksi itu sering mengundang gairahku. Karena ada kecocokan, <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=6165846354202217645" id="AdBriteInlineAd_Kami" name="AdBriteInlineAd_Kami" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">kami</a> akhirnya jadian juga dan resmi pacaran tepatnya pada waktu akhir semester pertama. Kami berdua termasuk pasangan yang serasi, apa mau dikata lagi tubuhku yang tinggi tegap dapat mengimbangi parasnya yang langsing dan padat. Pacaran Kami pada awalnya normal-normal saja, yahhh.. sebatas ciuman saja biasa kan? Dan aku melihat bahwa Ema itu orangnya blak-blakan kok.<br />
Semuanya berubah setelah pengalamanku di sebuah <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=6165846354202217645" id="AdBriteInlineAd_panti" name="AdBriteInlineAd_panti" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">panti</a> pijat. Hari itu Minggu 12 April 1999 aku masih ingat betul hari itu, aku dan ayahku berburu di sebuah gunung di daerah Jatiluhur tentu saja setelah berburu seharian badan terasa capai dan lemah. Malamnya aku memutuskan untuk mencari sebuah panti pijat di Bandung, dengan mengendarai <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=6165846354202217645" id="AdBriteInlineAd_Land" name="AdBriteInlineAd_Land" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">Land</a> Rover-ku aku mulai menyusuri kota Bandung. Dan akhirnya tempat itu kutemukan juga, aku masuk dan langsung menemui seorang gadis di meja depan dan aku dipersilakan duduk dulu. Tak lama kemudian muncullah seorang gadis yang berpakaian layaknya <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=6165846354202217645" id="AdBriteInlineAd_baby" name="AdBriteInlineAd_baby" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">baby</a> sitter dengan warna putih ketat dan rok setinggi lutut. Wuahh… cantik juga dia, dan pasti juga merangsang libidoku. Dengan ramah ia mempersilakan aku masuk ke ruang pijat, ruangan selebar 4×4 dengan satu ranjang dan sebuah kipas angin menggantung di atasnya. “Bajunya dibuka dulu ya Bang…” katanya dengan tersenyum manis, “OK lahh..” sambutku dengan semangat. “Tapi kipasnya jangan dinyalain yah, dingin nih..” dia pun mengangguk tanda paham akan keinginanku. Kubuka sweaterku dan aku pun berbaring, aku memang sengaja tidak memakai t-shirt malam itu. “Celananya sekalian dong Bang,” katanya. “Emmm.. Lo yang bukain deh, males nih..” dia pun tersenyum dan agaknya memahami juga hasratku. “Ahh.. kamu manja deh,” katanya, dengan cekatan tangannya yang mulus dan lentik itu pun mencopot sabuk di pinggangku kemudian melucuti celanaku. Wah dia kelihatannya agak nafsu juga melihat tubuhku ketika hanya ber-CD, terlihat “adik”-ku manis tersembul dengan gagahnya di dalam sarangnya.<br />
“Eh.. ini dicopot sekalian ya? biar enak nanti mijitnya!”<br />
“Wahhh… itu nanti aja deh, nanti malah berdiri lagi,” kataku setengah bercanda.<br />
Lagi-lagi ia menyunggingkan senyum manisnya yang menawan. Kemudian aku tengkurap, ia mulai memijitku dari punggung atas ke bawah.<br />
“Wah.. pijitanmu enak ya?” pujiku.<br />
“Nanti kamu akan merasakan yang lebih enak lagi,” jawabnya.<br />
“Oooh jadi servis plus nih?” tanyaku.<br />
“Mmm… buatmu aku senang melakukannya,” pijatannya semakin ke bawah dan sekarang tangannya sedang menari di pinggangku, wah geli juga nih, dan kemaluanku pun mulai “bereaksi kimia”.<br />
“Eh.. balikkan badan dong!” pintanya.<br />
“Ok.. ok..”<br />
Aku langsung saja berbaring. Tentu saja batanganku yang ereksi berat terlihat semakin menggunung.<br />
“Wahh.. belum-belum saja sudah ngaceng yaa..” godanya sambil tangannya memegang kemaluanku dengan jarinya seakan mengukur besarnya.<br />
“Habisnya kamu merangsang sihh..” kataku.<br />
“Nah kalo begitu sekarang waktunya dicopot yah? biar enak itu punyamu, kan sakit kalau begitu,” pintanya.<br />
“OK, copot aja sendiri,” aku memang udah nggak tahan lagi, abis udah ereksi penuh sih.<br />
Dengan bersemangat gadis itu memelorotkan CD-ku, tentu saja kemaluanku yang sudah berdiri tegak dan keras mengacung tepat di mukanya.<br />
“Ck.. ck.. ckk.. besar amat punyamu, berapa kali ini kamu latih tiap hari,” katanya sembari tertawa.<br />
“Ah… emangnya aku suka ‘lojon’ apa…” jawabku.<br />
Ia menyentuh kepala kemaluanku dengan penuh <a href="http://ceritadewasaku.com/">nafsu</a>, dan mengelusnya. Tentu saja aku kaget dan keenakan, habis baru pertama kali sih.<br />
“Ahhh.. mau kau apakan adikku?” tanyaku.<br />
“Tenanglah belum waktunya,” ia mengelusnya dengan lembut dan merabai juga kantong zakarku.<br />
“Wah.. hh.. jangan berhenti dulu, aku mau keluar nih,” sergahku.<br />
“Haha.. baru digitukan aja udah mau keluar, payah kamu,” ledeknya.<br />
“Entar lagi lah, pijitin dulu badanku,” kataku.<br />
“OK lah…”<br />
Ia mulai mengambil minyak pijat dan memijat tangan dan dadaku. Wahhh ia naik dan duduk di perutku. Sialan! belahan dadanya yang putih mulus pun kelihatan, aku pun terbelalak memandangnya.<br />
“Sialan! montok bener tetekmu,” dan tanganku pun mulai gerilya meraba dan memeganginya, ia pun mengerjap, pijatannya pun otomatis terhenti.<br />
Setelah agak lama aku merabai gunungnya ia pun turun dari perutku, ia perlahan membuka kancing bajunya sampai turun ke bawah, sambil menatapku dengan penuh nafsu. Ia sengaja mempermainkan perasaanku dengan agak perlahan membuka bajunya.<br />
“Cepatlahh.. ke sini, kasihan nih adikku udah menunggu lama…” aku sambil mengocok sendiri kemaluanku, habis nggak tahan sih.<br />
“Eits… jangan!” ia memegang tanganku.<br />
“Ini bagianku,” katanya sambil menuding adikku yang seakan mau meledak.<br />
Tak lama ia kemudian mengambil minyak pijat dan mengoleskan ke kemaluanku.<br />
“Ehmm… ahhh…” aku pun menggelinjang, namun ia tak peduli, malah tangannya semakin cekatan memainkan kemaluanku.<br />
“Augghh… aku nggak tahan nihhh…”<br />
Kemudian ia mulai menghisapnya seraya tangannya mengelus buah zakarku.<br />
“Aduhhh… arghh.. aku mau keluar nihhh!”<br />
Kemudian kemaluanku berdenyut dengan keras dan akhirnya “Croottt…” maniku memancar dengan derasnya, ia terus mengocoknya seakan maniku seakan dihabiskan oleh kocokannya.<br />
“Aahhh…” aku melenguh panjang, badanku semua mengejang. Ia kelihatanya suka cairanku, ia menjilatinya sampai bersih, aku pun lemas.<br />
“Gimana… enak kan? tapi kamu payah deh baru digituin dikit aja udah ‘KO’,” godanya.<br />
“Habbiss kamu gitukan sih, siapa tahannn…”<br />
Ia memakluminya dan agaknya tahu kalau aku baru pertama kalinya.<br />
“Tuh kan lemes, punyamu mengkerut lagi,” sambil ia memainkan kemaluanku yang sudah nggak berdaya lagi.<br />
“Entar ya, nanti kukerasin lagi,” katanya.<br />
“Hufff… OK lah,” kataku pasrah.<br />
Dengan masih menggunakan bra dan CD ia mulai memijatku lagi. Kali ini ia memijat pahaku dan terkadang ia menjilati kemaluanku yang sudah lemas.<br />
“Ihhh… lucu ya kalau sudah lemes, kecil!” ia mengejekku.<br />
Aku yang merasa di-”KO”-nya diam saja. Sembari ia memijat pahaku, dadanya yang <a href="http://ceritapanaz.com/">montok</a> kadang juga menggesek kakiku, wahhh kenyal sekali!<br />
“Kenapa liat-liat, napsu ya ama punyaku?” katanya.<br />
“Wahhh, bisa-bisa adikku terusik lagi nih,” jawabku.<br />
Aku sambil mengelus dan mengocok sendiri kemaluanku sembari melihat geliat gadis itu memijatku.<br />
“Wah dasar tukang coli kamu…” serangnya.<br />
“Biar aja, akan kubuktikan kalo aku mampu bangkit lagi dan meng-’KO’ kamu,” kataku dengan semangat.<br />
Benar juga kemaluanku yang tadinya tidur dan lemas lambat laun mulai naik dan mengeras.<br />
“Tuh.. berdiri lagi,” katanya girang.<br />
“Pasti!” kataku.<br />
Aku tidak melewatkan kesempatan itu, segera kuraih tangannya dan aku segera menindihnya.<br />
“Uhhh.. pelan dikit doong!” katanya.<br />
“Biar aja, habis kamu napsuin sih…” kataku.<br />
Dengan cepat aku melucuti BH dan CD-nya. Sekarang kelihatan semua gunung kembarnya yang padat berisi dengan puting merahnya serta lubang kemaluannya yang bagus dan merah. Langsung saja kujilati puncak gunungnya dengan penuh nafsu, “Emmm.. nikmat, ayo terusin..” desahnya membuatku berdebar. Kulihat tangannya mulai merabai kemaluannya sendiri sehingga kelihatan basah sekarang. Tandanya ia mulai bernafsu berat, aku pun mengambil alih tangannya dan segera menjulurkan lidahku dan kumainkan di lubang kemaluannya yang lezat. Ia semakin menjadi, desahannya semakin keras dan geliat tubuhnya bagaikan cacing, “Ahhh… uhhh ayo lah puaskan aku…” ia pun mulai menggapai batang kemaluanku yang sudah keras, “Ayolah masukkan!” tanpa basa-basi aku pun menancapkan barangku ke lubang kemaluannya.<br />
“Slep.. slepp!”<br />
“Arghh… ihhh… ssshhh,” ia agak kaget rupanya menerima hujaman pusakaku yang besar itu.<br />
“Uahhh.. ennakkk…” katanya.<br />
Mulutnya megap-megap kelihatan seperti ikan yang kekurangan air, aku pun semakin semangat memompanya. Tapi apa yang terjadi karena terlalu bernafsunya aku tidak bisa mengontrol maniku. “Heggh… hegghh… ahhh, ehmm… aku mau keluar lagi nihh!” kataku.<br />
“Sshhh… ahhh ah… payah lo, gue tanggung ni… entar donk!”<br />
“Aku sudah tidak tahan lagii…”<br />
Tak lama kemudian batang kemaluanku berdenyut kencang.<br />
“Aaaku keluarrr…” erangku.<br />
“Ehhh… cepat cabut!” sergapnya.<br />
Aku pun mencabut batang kemaluanku dan ia pun segera menghisapnya.<br />
“Ahhh… shhh…!”<br />
“Crot… crottt… crottt” memancar dengan derasnya maniku memenuhi mulutnya dan berceceran juga di gunung kembarnya yang masih tegang.<br />
“Ugghh…” aku pun langsung tumbang lemas.<br />
“Aduh… gimana sih, aku nanggung nihh… loyo kamu.”<br />
Aku sudah tidak bisa berkata lagi, dengan agak sewot ia berdiri.<br />
“Ahhh… kamu menghabiskan cairanku yaaa.. lemes nihh,” kataku.<br />
“Udah lahh.. aku pergi,” katanya sewot.<br />
“Ya udah sana… thanks ya Sayang…” ia pun berlalu sambil tersenyum.<br />
Pengalaman malam itu seakan telah merubah pandanganku tentang cewek. Aku berpikir semua cewek adalah penyuka seks dan penyuka akan kemaluan lelaki. Atas dasar itulah kejadian ini terjadi. Siang itu aku bertemu sama pacarku.<br />
“Ehhh.. abis ngapain kamu Ndra? kok kelihatanya lemes amat? sakit yah…” tanyanya.<br />
“Ah nggak kok, kemaren abis berburu sama ayahku,” jawabku singkat.<br />
“Ohh.. gitu ya,” ia kelihatannya mulai paham.<br />
Memang siang itu mukaku kelihatan kusut, sayu dan acak-acakan. Pokoknya kelihatan sekali deh kalau orang habis ML jor-joran, tapi kelihatannya “Yayang”-ku tidak curiga.<br />
“Eh besok hari Rabu kan kita nggak kuliah,” katanya.<br />
“Iya memang enggak..” jawabku.<br />
“Kita berenang yuk?” ajaknya.<br />
“Emm… OK jadi!” jawabku mantap.<br />
Yayangku memang hobi berenang sih, jadi ya OK saja deh. Karena hari itu sudah sore, waktu menunjukkan pukul 04:55, aku segera menggandeng tangan Ema, “Ayo lah kita pulang, yok kuantar..” dia pun menurut sambil memeluk tanganku di dadanya.<br />
Malamnya aku tidak bisa tidur, gadis pemijat itu pun masih berputar di otakku dan tidak mau pergi. Bayangan-bayangan gerakan tangannya yang luwes serta hisapan kenikmatan yang kurasakan waktu itu tidak bisa dilupakan begitu saja dari benakku, “Sialan! bikin konak aja luh…” gerutuku. Aku pun hanya gelisah dan tidak bisa tidur, karena kemaluanku tegang terus. Aku pun berusaha melupakannya dengan memeluk guling dan berusaha untuk tidur, tetapi hangat liang kemaluannya mencengkeram kuat pusakaku masih saja menghantui pikiranku. “Ahhhh…aku nggak tahan nih…” segera kucopot celana dan CD-ku, kuambil baby oil di meja, aku pun onani ria dengan nikmatnya, “ahhh…” kugerakkan tanganku seolah menirukan gerakan tangan gadis itu sambil membayangkan adegan demi adegan kemarin malam itu. “Huff…” nafasku semakin memburu, gerakan tanganku semakin cepat dibuatnya. Kurang lebih 5 menit kemudian “Crott!” tumpahlah cairan maniku membasahi perut dan sprei sekitarku. Aku pun langsung tidur, “Zzz..”<br />
Paginya pukul 07:00 kakak perempuanku masuk ke kamar untuk membangunkanku. Karena kamarku tidak dikunci, betapa terbelalaknya dia ketika melihat aku tanpa celana tidur terlentang dan melihat batanganku sudah berdiri dan di perutku terdapat bekas mani yang mengering.<br />
“Andraaa… apa-apaan kau ini ha!” hardiknya, aku terkejut dan langsung mengambil selimut untuk menutupi batangan kerasku yang menjulang.<br />
“Eh … Kakak.. emm…” kataku gugup.<br />
“Kamu ngapain ha…? sudah besar nggak tau malu huh..!”<br />
Au cuek saja, malah aku langsung melepas selimut dan meraih celanaku sehingga kemaluanku yang tegang tampak lagi oleh kakakku.<br />
“Iiihhh… nggak tau malu, barang gituan dipamerin,” ia bergidik.<br />
“Biar aja… yang penting nikmat,” jawabku enteng, kakak perempuanku yang satu ini memang blak-blakan juga sih. Ia menatapnya dengan santai, kemudian matanya tertuju pada baby oil yang tergeletak di kasurku.<br />
“Sialan… kamu memakai baby oil-ku yah? Dasarrr!”<br />
Ia ngomel-ngomel dan berlalu, aku pun hanya tertawa cekikikan. “Brak!” terdengar suara pintu dibanting olehnya, “Dasar perempuan! nggak boleh liat cowok seneng,” gerutuku.<br />
Aku pun dengan santainya keluar kamar dan sarapan sebelum mandi, kulihat kakak perempuanku sedang lihat TV.<br />
“Eh… Kak minta sampoonya dan sabunnya dong!” pintaku.<br />
“Ogah ah… entar kamu buat macam-macam, pokoknya nggak mau,” jawabnya ketus.<br />
“Huhh.. weee!” aku mencibir.<br />
Aku langsung saja mandi dan sarapan. Sekitar pukul 08:00 kustater Land Rover kesayanganku dan langsung kupacu ke tempat Ema, mungkin ia sudah menungguku. Benar juga sampai di depan pagar rumahnya ia sudah menungguku di depan teras rumahnya.<br />
“Haii… kok agak terlambat sih Say?” tanyanya.<br />
“Eh… sori nih trouble dengan kakak perempuan,” dalihku.<br />
“OK lah, mari kita berangkat!”<br />
Kami pun langsung tancap menuju tempat tujuan kami yaitu kolam renang di kawasan Cipanas. Yah, maklum saja itu hari Rabu maka perjalanan kami lancar karena tidak terjebak macet. Kurang lebih 2 jam perjalanan santai kami sampai di tempat tersebut.<br />
“Eh.. yang sini sajalah, tempatnya enak loh,” pintanya.<br />
“Baiklah Sayaang…” kataku.<br />
Kami berdua langsung saja masuk.<br />
“Yang, aku ganti dulu yah… kamu ikut nggak?” ajaknya.<br />
“Yuk, sekalian saja aku juga mau ganti.”<br />
Di kolam renang itu paling hanya terdapat segelintir orang yang sedang berenang, karena tempat itu ramai biasanya pada hari Minggu.<br />
“Emmm… kita ganti baju bersama saja yah? biar asyikk..” katanya.<br />
Aku spontan menganggukkan kepalaku. Di dalam ruang ganti kami pun segera meletakkan tas kami dan segera melepas baju, Yayangku ganti baju terlebih dahulu. Ia mencopot dulu kaosnya, Ema memang penyuka kaos ketat dan celana jins, melihatnya melepas kaosnya aku pun hanya terpaku tak berkedip.<br />
“Kenapa Sayang… ayolah lepas bajumu,” katanya sambil tersenyum.<br />
“Habbis… aku suka memandangmu waktu begitu sih,” dan dia hanya tertawa kecil.<br />
Aku pun segera mencopot t-shirtku dan celana panjangku dan cuma CD yang kutinggalkan. Tanpa ragu-ragu aku pun memelorotkan CD-ku di depan pacarku karena ingin ganti dengan celana renang, “Wahhh… Yayang ni..” katanya sedikit terkejut. Rupanya ia agak kaget juga melihat batang kemaluanku yang setengah ereksi.<br />
“Kok tegang sih Say?” selidiknya manja.<br />
“Habis kamu montok sih..” jawabku seraya memakai celana renang yang super ketat.<br />
“Wahhh… hemmm,” goda pacarku ketika melihat kemaluanku tampak menyembul besar di balik celana renang itu, dia itu memang asyik orangnya.<br />
“Nahh… aku sudah beres,” kataku setelah memakai celana itu.<br />
“Eh.. bantu aku dong!” dia tampaknya kesulitan melepas branya.<br />
“Sini aku lepasin…” kataku.<br />
Kemudian kulepaskan branya. Astaga, sepasang daging montok dan putih terlihat jelas, hemmm spontan saja batang kemaluanku tegang dibuatnya.<br />
“Ah… sayang, dadamu indah sekali,” kataku sambil berbisik di belakang telinganya.<br />
Langsung saja ia kupeluk dari belakang dan kuciumi telinganya.<br />
“Eeh.. kamu ingin ML di sini yah?” jawabnya sambil memegang tengkukku.<br />
Aku tidak menjawab. Tanganku langsung bergerilya di kedua gunung kembarnya, kuremas-remas dengan mesra dan kupelintir lembut putingnya yang masih merah segar, “Ah… Sayang!” desahnya pendek, batang kemaluanku yang sudah tegak kugesek-gesekkan di pantatnya, wahhh.. nikmat sekali, dia masih memakai celana sih.<br />
“Aduh… keras sekali, Yayang ngaceng yah…” godanya.<br />
“Dah tau nanya.. hhh,” kataku terengah.<br />
Buah dadanya semakin keras saja, rupanya ia mulai terangsang dengan remasanku dan ciumanku di telinganya.<br />
“Ehhhmm… uhhh,” lenguhnya sambil memejamkan mata.<br />
Melihat gelagat tersebut aku menurunkan tanganku ke ritsleting celananya, kulepas kancingnya dan kupelorotkan ritsletingnya, ia agaknya masih agak ragu juga, terbukti dengan memegang tanganku berupaya menahan gerakan tanganku yang semakin nakal di daerah selangkanganya. Tetapi dengan ciumanku yang membabi buta di daerah tengkuknya dan remasanku yang semakin mesra, akhirnya tanganku dilepasnya, kelihatannya ia sudah terangsang berat. Tanpa basa-basi tanganku langsung menelusup ke CD-nya. Wahh… terasa bulu-bulu halus menumbuhi sekitar liang kemaluannya. Kuraba klitorisnya, “Aghhh… oouhh.. sayang kamu nakal deh,” dengusnya sambil mengerjap. Ia langsung membalikkan tubuhnya, memelukku erat dan meraih bibirku, “Cupppp…” wah ia lihai juga melakukan French Kiss. Dengan penuh nafsu ia melahap bibirku. Cewekku yang satu ini memang binal seperti singa betina kalau sudah terangsang berat.<br />
Agak lama kami ber-French Kiss ria, perlahan ia mulai menurunkan kepalanya dan ganti memangsa leherku, “Aahhh… geli sayang,” kataku. Rupanya debar jantungku yang menggelegar tak dirasakan olehnya. ia langsung mendorongku ke tembok, dan ia pun menciumi dadaku yang bidang dan berbulu tipis itu. “Wah… dadamu seksi yah…” katanya bernafsu. Menjulurlah lidahnya menjilati dadaku “Slurrppp…” jilatan yang cepat dan teratur tersebut tak kuasa menahan adikku kecil yang agak menyembul keluar di balik celana renangku. Jilatannya semakin lama semakin turun dan akhirnya sampai ke pusarku. Tangan pacarku kemudian merabai batang kemaluanku yang sudah keras sekali. Aku pun sangat bernafsu sekali karena mengingatkanku pada gadis panti pijat yang merabai lembut kemaluanku. “Ahhh.. Sayang…” desahku tertahan. Dengan cekatan ia memelorotkan celana renangku yang baru saja kupakai, alhasil batanganku yang keras dan panjang pun mendongak gagah di depan mukanya.<br />
“Ihh… gila punyamu Sayang…” katanya.<br />
“Ema… hisap dong Sayang!” pintaku.<br />
Ia agak ragu melakukan itu, maklum ia masih virgin sih. Ia belum menuruti permintaanku, ia hanya mengocok pelan namun gerakan kocokannya pun masih kaku, sangat berbeda dengan gadis pemijat tempo hari.<br />
“Ssshhh… uahhh…” aku pun mendesah panjang menahan kenikmatanku.<br />
“Sss… sayang hisap dong!”<br />
Aku pun menarik kepalanya dan mendekatkan bibirnya yang mungil ke kepala kemaluanku, sekali lagi ia agak ragu membuka mulut.<br />
“Aah… nggak mau Say, mana muat di mulutku…” jawabnya ragu.<br />
“Egh… tenang saja sayang, pelan-pelan lah,”<br />
Dia agaknya memahami gejolakku yang tak tertahan. Akhirnya ia memegang batanganku dan menjulurkan lidahnya yang mungil menjilati kepala kemaluanku.<br />
“Slurpp… slurpp…” sejuk rasanya.<br />
“Mmhhh… ahh, nah begitu Sayang… ayo teruss… ahh ssshh, buka mulutmu sayang.”<br />
Ia masih saja menjilati kepala dan leher kemaluanku yang mengacung menantang langit, lama-lama ia pandai juga menyenangkan lelaki, jilatannya semakin berani dan menjalar ke kantong semarku. “Ih… bau nih sayang.. tadi nggak mandi ya?” katanya menggoda ketika menjilati buah zakarku yang ditumbuhi bulu-bulu halus, aku memang merawat khusus adikku yang satu ini. “Ihh.. nggak lah sayang, kan yang penting nikmat,” kataku tertahan. Mulut mungil Ema perlahan membuka, aku pun membimbing batang kemluanku masuk ke mulutnya. “Mmhh.. eghh…” terdengar suara itu dari mulut Ema ketika batangku masuk, tampaknya ia menikmatinya. Ia pun mulai menghisapnya dengan bernafsu.<br />
“Slerpp.. cep..”<br />
“Ahhh… mmmm.. oohhh…” desahku penuh kenikmatan.<br />
“Mmmhh… sayang, nikmatttt sekali…” gumamku tidak jelas.<br />
Setelah agak lama, aku pun menarik kemaluanku dari mulut Ema. Segera kubopong tubuhnya ke bangku panjang di dalam ruang ganti. Kurebahkan badannya yang lencir dan montok di sana, dengan keadaan pusakaku yang masih mengacung, kupelorotkan celana jins Ema dengan penuh nafsu, “Syuutt…” dan tak lupa CD-nya. Ia pun tampaknya pasrah dan menikmatinya karena tangannya merabai sendiri puting susunya.<br />
Kemudian tampaklah lubang kemaluannya yang merah dan basah, aku pun segera mendekatkan kepalaku dan… “Slurp,” lidahku kujulurkan ke klitorisnya.<br />
“Hemmm… slurp…”<br />
“Aachhh… uhhh!” desahnya panjang menahan kenikmatan yang dirasakan tarian lidahku di kemaluannya yang sangat lincah, makanya Ema mati keenakan dibuatnya.<br />
“Sssh… sshhss…” desisnya bagaikan ular kobra.<br />
“Andraaa… aku nggak tahan lagiii…” ia menggeliat tak karuan.<br />
“Akuuu… nyampai nihhh…”<br />
Jilatanku semakin kupercepat dan kutambah ciuman mesra ke bibir kemaluannya yang harum, “Cup… cupp,” kelihatannya ia hampir mencapai puncak karena kemaluannya memerah dan banjir.<br />
“Sshh… aahh… oohhh Yaangg… aku keluarrr…” erangnya menahan kenikmatan yang luar biasa.<br />
Benar juga cairan kemaluannya membanjir menebar bau yang khas. Hemm enak, aku masih saja menjilatinya dengan penuh nafsu.<br />
“Aduhhh… hhh… Sayang, aku udah nihh…” katanya lemas.<br />
“Ma, aku masih konak nih…” kataku meminta.<br />
Langsung saja tanganku ditariknya dan mendudukkanku di atas perutnya, batang kemaluanku yang masih tegang menantang belum mendapat jatahnya. Langsung saja Ema mengambil lotion “Tabir Surya” dan mengolesinya ke batang kemaluanku dan ke dadanya yang montok, dan ia segera mengapitkan kedua gunung geulis-nya agar merapat. Ia mengambil lagi lotion itu, dan mengusapkan ke kemaluanku, “Ahhhh…” aku pun hanya merem-melek. Kemudian ia menarik batang kemaluanku di antara jepitan gunung kembarnya. Wahh… nikmat juga rasanya, aku pun memaju-mundurkan pantatku layaknya orang yang sedang bersetubuh.<br />
“Bagaimana rasanya sayang…” tanyanya manja dan memandangku sinis.<br />
“Aahhh… mmmm… ssss nikmat sayang…” ia pun tertawa kecil.<br />
Ia merapatkan lagi gunungnya sehingga rasanya semakin nikmat saja.<br />
“Uuahhh… nikkmattt sayangg…!” erangku.<br />
Ia hanya tersenyum melihat mukaku yang merah dan terengah menahan nikmat.<br />
“Rasain… habis kamu nakal sih…” katanya.<br />
“Tapi lebih… nikmat memekmu sayang.”<br />
“Hush…” katanya.<br />
Gerakanku semakin cepat, aku ingin segera mencapai puncak yang nikmat.<br />
“Uuhhh… uhhh… mmm… arghh…” erangku tertahan.<br />
Tak lama aku merasa hampir keluar.<br />
“Sayy… aku hampir nyampe nihh…” desahku.<br />
“Keluarin aja Ndra… pasti nikmatt…”<br />
Tak lama batang kemaluanku berdenyut dan…<br />
“Crottt… crutt…”<br />
“Uuahhh… hemmm… ssshh!” nikmat sekali rasanya.<br />
Spermaku memancar dengan deras dan banyak.<br />
“Ooohh…” gumamku.<br />
Spermaku memancar membasahi leher Ema yang jenjang dan mengena juga janggut dan bibirnya.<br />
“Ihhh… baunya aneh ya..”<br />
Ia mencoba membersihkan cairan kental itu dengan tangannya, aku pun turun dari atas tubuhnya. “Aahhh… nikmat Sayang…” tapi dalam hatiku aku belum puas jika belum menjebol liang kemaluan Ema. Ema pun segera membersihkan maniku yang belepotan.<br />
“Iihhh… kok kayak gini sih?” tanyanya penuh selidik.<br />
“Itu namanya cairan kenikmatan sayang…” jawabku enteng.<br />
“Ooo…” katanya pura-pura tahu.<br />
“Habis bercinta enaknya berenang yuk?” ajaknya.<br />
“OK,” kataku.<br />
Ema pun segera berpakaian renang dan aku juga. Setelah siap kami pun keluar kamar, wah ternyata di luar sepi sudah tidak ada orang lagi, padahal masih menunjukkan pukul 2:00 siang. Ternyata lama juga kami bercinta. “Byurrr…” kami berdua pun mencebur dan berenang, aku yang sudah terkuras kejantanannya semenjak kemarin malam segera ketepi dan hanya melihat Ema berenang. Gerakan renangnya yang bagai ikan duyung, dibalut baju renangnya yang seksi serta kulitnya yang putih mulus, membangkitkan lagi gairahku. Terbesit di pikiranku untuk bercinta di kolam renang, kebetulan tidak ada orang dan petugas jaganya jauh.<br />
“Ema sini sayang…!” panggilku.<br />
“OK… ada apa Ndra?”<br />
Ia berenang mendekat ke arahku, aku pun masuk ke air, aku langsung memeluknya dan mencium bibirnya dengan ganas.<br />
“Kamu membuatku nggak tahan sayang…” kataku.<br />
Untung saja kolam renangnya tidak dalam sehingga bisa enak kami bercinta. “Ughhh…” desahnya agak terkejut, ia pun membalas ciumanku. Aku tidak melucuti pakaian renangnya, aku cuma menyibakkan sedikit cawat bawahnya sehingga liang kemaluannya kelihatan. Uhhh, kelihatan menggairahkan sekali kemaluannya di dalam air yang jernih itu. Dengan ganas aku menciumi bibirnya yang basah serta meremas lembut dadanya yang terbalut baju renang yang tipis itu. Ema kelihatan sangat cantik dan segar dengan badan dan rambut yang basah terurai.<br />
“Ahhh… sayang… nanti kelihatan orang,” katanya khawatir.<br />
“Tenang Sayang… tak ada yang melihat kita begini…” kataku.<br />
“Baiklah… Ndra kubuat kamu ‘KO’ di kolam,” tantangnya.<br />
Ia langsung memelorotkan celana renangku, batang kemaluanku yang sudah tegang pun menyembul dan kelihatan asyik di dalam air. Ema mengocok kemaluanku di dalam air. “Mmm…” geli dan sejuk rasanya. Tanpa menunggu lama lagi aku ingin memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya.<br />
“Ema… kumasukin yah?”<br />
Ema pun tanpa ragu menganggukkan kepala tanda setuju.<br />
“Baik Sayang…”<br />
Kudekap erat tubuhnya agar dekat, ternyata Ema sudah membimbing batang kemaluanku masuk ke lubang kemaluannya.<br />
“Argghh…” ia menyeringai ketika kepala kemaluanku menyentuh bibir kemaluannya.<br />
Aku pun segera mengangkat Ema ke pinggir kolam dan kubaringkan dia, kutekuk lututnya sehingga lubang kemaluannya kelihatan menganga.<br />
“Siap Sayang…”<br />
Aku mulai memasukkan sedikit.<br />
“Uhhhh…” padahal baru kepalanya saja yang masuk.<br />
“Aahhh.. Sayang, punyamu terlalu besarr…”<br />
Aku pun segera menekan lagi dan akhirnya “Blesss…” seluruhnya bisa masuk.<br />
“Uhhh… ahhh… mmmhhh,” erangnya menahan gesekanku.<br />
“Sshhh… ssss, enak kan Sayyy…” kataku terengah.<br />
“Huuff… uhhh… ayoo terus Ssayy… ennnakk…”<br />
Terdengar bunyi yang tak asing lagi, “Crep.. crepp… sslepp…” asyik kedengarannya, aku semakin giat memompanya. Kemudian aku ingin ganti posisi, aku suruh Ema menungging.<br />
“Ayolah Sayang… puaskan aku…”<br />
Ia pun menungging dengan seksinya, terlihat lubang kemaluannya merekah, menarik untuk ditusuk. “Sleppp…” batang kemaluanku kumasukkan.<br />
“Ahhh.. ssss… ahhh…” desahnya penuh kenikmatan.<br />
Nafasnya semakin memburu.<br />
“Huff… ehhh… mmm…” aku terengah.<br />
Kupercepat gerakanku, “Slep… slep.. slep.. slep…”<br />
“Ahhh… Ssayangg… bentar lagi aku nyampe nihh…” kataku terburu.<br />
“Aakuu… jugaa…”<br />
Himpitan liang kemaluan Ema yang kencang dan basah membuat maniku tak kuasa lagi untuk keluar, dan akhirnya Ema pun mencapai puncaknya.<br />
“Ooohhh… akuu lagi Sayanggg…”<br />
Cairan kemaluannya pun membanjir, hal ini semakin membuatku juga tidak tahan.<br />
“Aaahhh… aku juga Sayangg!” erangku penuh kenikmatan.<br />
“Cepat cabut… keluarin di luarr…!” sergahnya.<br />
Dengan cepat segera kucabut kemaluanku, Ema pun tanggap ia pun memegangnya dan mengocoknya dengan cepat.<br />
“Aauuhhh! nikmattt!”<br />
“Crut…” spermaku pun keluar.<br />
“Eerghhh… ahh…” tapi sedikit, maklum terforsir.<br />
“Aahh… kok sedikit Sayanggg…” katanya meledek.<br />
“Eemmhh… ah… habis nih cairanku…”<br />
Aku pun lemah tak berdaya dan ia pun berbaring di pangkuanku. Aku mengelus rambutnya yang basah, kukecup keningnya, “Cup! I love you Sayang…”<br />
Sejak itulah kami sering melakukannya, baik di mobil maupun pada di sebuah gubuk di hutan kala kami berburu bersama. Dalam hatiku aku berkata, gadis pemijatlah yang membuatku jadi begini, membuatku menjadi begini, membuatku menjadi “bercinta”. Yah…!Cerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-54690203688568972942010-11-07T01:33:00.003+07:002010-11-07T03:27:29.884+07:00Gairah Nafsu Bu SoniSebenarnya saya malu untuk menuliskan cerita ini, tetapi karena sudah banyak yang menggunakan media ini untuk menuliskan cerita-cerita tentang seks walaupun saya sendiri tidak yakin apakah itu semuanya fakta atau fiksi belaka. Memang cerita yang saya tulis ini cukup memalukan tetapi di samping itu ada kejadian yang lucu dan memang <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5469020368856897294" id="AdBriteInlineAd_Sama" name="AdBriteInlineAd_Sama" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">sama</a> sekali belum pernah saya alami.<br />
<a name='more'></a><br />
Awal mula dari cerita ini <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5469020368856897294" id="AdBriteInlineAd_adalah" name="AdBriteInlineAd_adalah" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">adalah</a> ketika saya baru saja tinggal di sebuah daerah perumahan yang relatif baru di daerah pinggiran kota-maaf, nama daerah tersebut tidak saya sebutkan mengingat untuk menjaga nama baik dan harga diri keluarga terutama suami dan kedua anak saya. Saya tinggal di situ baru sekitar 6 bulanan.<br />
Karena daerah perumahan tersebut masih baru maka jumlah keluarga yang menempati rumah di situ masih relatif sedikit tetapi khusus untuk blok daerah rumah saya sudah lumayan banyak dan ramai. Rata-rata keluarga kecil seperti keluarga saya juga yaitu yang sudah masuk generasi Keluarga Berencana, rata-rata hanya mempunyai dua anak tetapi ada juga yang hanya satu anak saja.<br />
Sudah seperti biasanya bila kita menempati daerah perumahan baru, saya dengan sengaja berusaha untuk banyak bergaul dengan para tetangga bahkan juga dengan tetangga-tetangga di blok yang lain. Dari hasil bergaul tersebut timbul kesepakatan di antara ibu-ibu di blok daerah rumahku untuk mengadakan arisan sekali <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5469020368856897294" id="AdBriteInlineAd_dalam" name="AdBriteInlineAd_dalam" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">dalam</a> sebulan dan diadakan bergiliran di setiap rumah pesertanya.<br />
Suatu ketika sedang berlangsung acara arisan tersebut di sebuah rumah yang berada di deretan depan rumahku, pemilik rumah tersebut biasa dipanggil Bu Soni (bukan nama sebenarnya) dan sudah lebih dulu satu tahun tinggal di daerah perumahan ini daripada saya. Bu Soni bisa dibilang ramah, banyak ngomongnya dan senang bercanda dan sampai saat tulisan ini aku buat dia baru mempunyai satu anak, perempuan, berusia 8 tahun walaupun usia rumah tangganya sudah 10 tahun sedangkan aku sudah 30 tahun. Aku menikah ketika masih berusia 22 tahun. Suaminya bekerja di sebuah perusahaan swasta dan kehidupannya juga bisa dibilang kecukupan.<br />
Setelah acara arisan selesai saya masih tetap asyik ngobrol dengan Bu Soni karena tertarik dengan keramahan dan banyak omongnya itu sekalipun ibu-ibu yang lain sudah pulang semua. Dia kemudian bertanya tentang keluargaku, “Jeng <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5469020368856897294" id="AdBriteInlineAd_Mar" name="AdBriteInlineAd_Mar" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">Mar</a>. Putra-putranya itu sudah umur berapa, sih, kok sudah dewasa-dewasa, ya?” (Jeng Mar adalah nama panggilanku tetapi bukan sebenarnya) tanya Bu Soni kepadaku.<br />
“Kalau yang pertama 18 tahun dan yang paling ragil itu 14 tahun. Cuma yaitu Bu, nakalnya wah, wah, waa.. Aah benar-benar, deh. Saya, tuh, suka capek marahinnya.”<br />
“Lho, ya, namanya juga anak laki-laki. Ya, biasalah, Jeng.”<br />
“Lebih nikmat situ, ya. Anak cuma satu dan perempuan lagi. Nggak bengal.”<br />
“Ah, siapa bilang Jeng Mar. <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5469020368856897294" id="AdBriteInlineAd_sama" name="AdBriteInlineAd_sama" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">Sama</a> kok. Cuma yaitu, saya dari dulu, ya, cuma satu saja. Sebetulnya saya ingin punya satu lagi, deh. Ya, seperti situ.”<br />
“Lho, mbok ya bilang saja sama suaminya. ee.. siapa tahu ada rejeki, si putri tunggalnya itu bisa punya adik. Situ juga sama suaminya kan masih sama-sama muda.”<br />
“Ya, itulah Jeng. Papanya itu lho, suka susah. Dulu, ya, waktu <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5469020368856897294" id="AdBriteInlineAd_kami" name="AdBriteInlineAd_kami" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">kami</a> mau mulai berumah tangga sepakat untuk punya dua saja. Ya, itung-itung mengikuti <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5469020368856897294" id="AdBriteInlineAd_program" name="AdBriteInlineAd_program" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">program</a> pemerintah, toh, Jeng. Tapi nggak tahu lah papanya tuh. Kayaknya sekarang malah tambah asik saja sama kerjaannya. Terlalu sering capek.”<br />
“O, itu toh. Ya, mbok diberi tahu saja kalau sewaktu-waktu punya perhatian sama keluarga. ‘Kan yang namanya kerja itu juga butuh istirahat. Mbok dirayu lah gitu.”<br />
“Wah, sudah dari dulu Jeng. Tapi, ya, tetap susah saja, tuh. Sebenernya ini, lho, Jeng Mar. Eh, maaf, ya, Jeng kalo’ saya omongin. Tapi Jeng Mar tentunya juga tau dong masalah suami-istri ‘kan.”<br />
“Ya, memang. Ya, orang-orang yang sudah seperti kita ini masalahnya sudah macem-macem, toh, Bu. Sebenarnya Bu Soni ini ada masalah apa, toh?”<br />
“Ya, begini Jeng, suami saya itu kalo’ bergaul sama saya suka cepet-cepet mau rampung saja, lho. Padahal yang namanya istri seperti kita-kita ini ‘kan juga ingin membutuhkan kenikmatan yang lebih lama, toh, Jeng.”<br />
“O, itu, toh. Mungkin situ kurang lama merayunya. Mungkin suaminya butuh variasi atau <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5469020368856897294" id="AdBriteInlineAd_model" name="AdBriteInlineAd_model" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">model</a> yang agak macem-macem, gitu.”<br />
“Ya, seperti apa ya, Jeng. Dia itu kalo’ lagi mau, yang langsung saja. Saya seringnya nggak dirangsang apa-apa. Kalo’ Jeng Mar, gimana, toh? Eh, maaf lho, Jeng.”<br />
“Kalo’ saya dan suami saya itu saling rayu-merayu dulu. Kalo’ suami saya yang mulai duluan, ya, dia biasanya ngajak bercanda dulu dan akhirnya menjurus yang ke porno-porno gitulah. Sama seperti saya juga kalau misalnya saya yang mau duluan.””Terus apa cuma gitu saja, Jeng.”<br />
“O, ya tidak. Kalo’ saya yang merayu, biasanya punya suami saya itu saya pegang-pegang. Ukurannya besar dan panjang, lho. Terus untuk lebih menggairahkannya, ya, punyanya itu saya enyot dengan mulut saya. Saya isep-isep.”<br />
“ii.. Iih. Jeng Mar, ih. Apa nggak jijik, tuh? Saya saja membayangkannya juga sudah geli. Hii..”<br />
“Ya, dulu waktu pertama kali, ya, jijik juga, sih. Tetapi suami saya itu selalu rajin, kok, membersihkan gituannya, jadi ya lama-lama buat saya nikmat juga. Soalnya ukurannya itu, sih, yang lumayan besar. Saya sendiri suka gampang terangsang kalo’ lagi ngeliat. Mungkin situ juga kalo’ ngeliat, wah pasti kepengen, deh.”<br />
“Ih, saya belon pernah, tuh, Jeng. Lalu kalo’ suaminya duluan yang mulai begimana?”<br />
“Saya ditelanjangi sampai polos sama sekali. Dia paling suka merema-remas payudara saya dan juga menjilati putingnya dan kadang lagaknya seperti bayi yang sedang mengenyot susu.”, kataku sambil ketawa dan tampak Bu Soni juga tertawa.<br />
“Habis itu badan saya dijilati dan dia juga paling suka menjilati kepunyaan saya. Rasanya buat saya, ya, nikmat juga dan biasanya saya semakin <a href="http://ceritadewasaku.com/">terangsang</a> untuk begituan. Dia juga pernah bilang sama saya kalo’ punya saya itu semakin nikmat dan saya disuruh meliara baik-baik.”<br />
“Ah, tapi untuk yang begituan itu saya dan suami saya sama sekali belum pernah, lho, Jeng. Tapi mungkin ada baiknya untuk dicoba juga, ya, Jeng. Tapi tadi itu masalah yang situ dijilatin punyanya. Rasa enaknya seperti apa, sih, Jeng.”<br />
“Wah, Bu Soni ini, kok, seperti kurang pergaulan saja, toh.”<br />
“Lho, terus terang Jeng. Memang saya belon pernah, kok.”<br />
“Ya, geli-geli begitulah. Susah juga untuk dijelasin kalo’ belum pernah merasakan sendiri.” Lalu kami berdua tertawa.<br />
Setelah berhenti tertawa, aku bertanya, “Bu Soni mau tau rasanya kalau gituannya dijilati?”<br />
“Yah, nanti saya rayu, deh, suami saya. Mungkin nikmat juga ya.” Ucapnya sambil tersenyum.<br />
“Apa perlu saya dulu yang coba?”, tanyaku sambil bercanda dan tersenyum.<br />
“Hush!! Jeng Mar ini ada-ada saja, ah”, sambil tertawa.<br />
“Ya, biar tidak kaget ketika dengan suaminya nanti. Kita ‘kan juga sama-sama wanita.”<br />
“Wah, kayak lesbian saja. Nanti saya jadi ketagihan, lho. Malah takutnya lebih senang sama situ daripada sama suami saya sendiri. Ih! Malu’ akh.”, sambil tertawa.<br />
“Atau kalo’ nggak mau gitu, nanti saya kasih tau gimana membuat penampilan bulu gituannya biar suaminya situ tertarik. Kadang-kadang bentuk dan penataannya juga mempengaruhi rangsangan suami, lho, Bu Soni.”<br />
“Ah, Jeng ini.”<br />
“Ee! Betul, lho. Mungkin bentuk bulu-bulu gituannya Bu Soni penampilannya kurang merangsang. Kalo’ boleh saya lihat sebentar gimana?”<br />
“Wah, ya, gimana ya. Tapii.. ya boleh, deh. Eh, tapi saya juga boleh liat donk punyanya situ. Sama-sama donk, ‘kan kata Jeng tadi kita ini sama-sama wanita.””Ya, ‘kan saya cuma mau bantu situ supaya bisa usaha untuk punya anak lagi.””Kalo’ gitu kita ke kamar saja, deh. Suami saya juga biasanya pulang malam. Yuk, Jeng.”<br />
Langsung kita berdua ke kamar Bu Soni. Kamarnya cukup tertata rapi, tempat tidurnya cukup besar dan dengan kasur busa. Di dindingnya ada tergantung beberapa foto Bu Soni dan suaminya dan ada juga foto sekeluarga dengan anaknya yang masih semata wayang. Saya kemudian ke luar sebentar untuk telepon ke rumah kalau pulangnya agak telat karena ada urusan dengan perkumpulan ibu-ibu dan kebetulan yang menerima suamiku sendiri dan ternyata dia setuju saja.<br />
Setelah kita berdua di kamar, Bu Soni bertanya kepadaku, “Bagaimana Jeng? Kira-kira siap?”<br />
“Ayolah. Apa sebaiknya kita langsung telanjang bulat saja?”<br />
“OK, deh.”, jawab Bu Soni dengan agak tersenyum malu. Akhirnya kita berdua mulai melepas pakaian satu-persatu dan akhirnya polos lah semua. Bulu kemaluan Bu Soni cukup lebat juga hanya bentuknya keriting dan menyebar, tidak seperti miliku yang lurus dan tertata dengan bentuk segitiga ke arah bawah. Lalu aku menyentuh payudaranya yang agak bulat tetapi tidak terlalu besar, “Lumayan juga, lho, Bu.” Lalu Bu Soni pun langsung memegang payudaraku juga sambil berkata, “Sama juga seperti punya Jeng.” Aku pun minta ijin untuk mengulum kedua payudaranya dan dia langsung menyanggupi.<br />
Kujilati kedua putingnya yang berwarna agak kecoklat-coklatan tetapi lumayan nikmat juga. Lalu kujilati secara keseluruhan payudaranya. Bu Soni nampak terangsang dan napasnya mulai memburu. “Enak juga, ya, Jeng. Boleh punya Jeng saya coba juga?””Silakan saja.”, ijinku. Lalu Bu Soni pun melakukannya dan tampak sekali kalau dia masih sangat kaku dalam soal seks, jilatan dan kulumannya masih terasa kaku dan kurang begitu merangsang. Tetapi lumayanlah, dengan cara seperti ini aku secara tidak langsung sudah menolong dia untuk bisa mendapatkan anak lagi.<br />
Setelah selesai saling menjilati payudara, kami berdua duduk-duduk di atas tempat tidur berkasur busa yang cukup empuk. Aku kemudian memohon Bu Soni untuk melihat liang kewanitaannya lebih jelas, “Bu Soni. Boleh nggak saya liat gituannya? Kok bulu-bulunya agak keriting. Tidak seperti milik saya, lurus-lurus dan lembut.” Dengan agak malu Bu Soni membolehkan, “Yaa.. silakan saja, deh, Jeng.” Aku menyuruh dia, “Rebahin saja badannya terus tolong kangkangin kakinya yang lebar.” Begitu dia lakukan semuanya terlihatlah daging kemaluannya yang memerah segar dengan bibirnya yang sudah agak keluar dikelilingi oleh bulu yang cukup lebat dan keriting. mm.. Cukup merangsang juga penampilannya.<br />
Kudekatkan wajahku ke liang kewanitaannya lalu kukatakan kepada Bu Soni bahwa bentuk kemaluannya sudah cukup merangsang hanya saja akan lebih indah pemandangannya bila bulunya sering disisir agar semakin lurus dan rapi seperti milikku. Lalu kusentuh-sentuh daging kemaluannya dengan tanganku, empuk dan tampak cukup terpelihara baik, bersih dan tidak ada bau apa-apa. Nampak dia agak kegelian ketika sentuhan tanganku mendarat di permukaan alat kelaminnya dan dia mengeluh lirih, “Aduh, geli, lho, Jeng.”<br />
“Apa lagi kalo’ dijilat, Bu Soni. Nikmat, deh. Boleh saya coba?”<br />
“Aduh, gimana, ya, Jeng. Saya masih jijik, sih.”<br />
“Makanya dicoba.”, kataku sambil kuelus salah satu pahanya.<br />
“mm.. Ya, silakan, deh, Jeng. Tapi saya tutup mata saja, ah.”<br />
Lalu kucium bibir kemaluannya sekali, chuph!! “aa.. Aah.”, Bu Soni mengerang dan agak mengangkat badannya. Lalu kutanya, “Kenapa? Sakit, ya?” Dia menjawab, “Geli sekali.” “Saya teruskan, ya?” Bu Soni pun hanya mengangguk sambil tersenyum. Kuciumi lagi bibir kemaluannya berkali-kali dan rasa geli yang dia rasakan membuat kedua kakinya bergerak-gerak tetapi kupegangi kedua pangkal pahanya erat-erat. Badannya bergerinjal-gerinjal, pantatnya naik turun. Uh! Pemandangan yang lucu sekali, aku pun sempat ketawa melihatnya. Saya keluarkan lidah dan saya sentuhkan ujungnya ke bibir kemaluannya berkali-kali. Oh! Aku semakin terbawa napsu. Kujilati keseluruhan permukaan memeknya, gerakanku semakin cepat dan ganas. Oh, Bu Soni, memekmu nikmaa..aat sekali.<br />
Aku sudah tak ingat apa-apa lagi. Semua terkonsentrasi pada pekerjaan menjilati liang kewanitaan Bu Soni. Emm.., Enak sekali. Terus kujilati dengan penuh napsu. Pinggir ke tengah dan gerakan melingkar. Kumasukan lidahku ke dalam celah bibir kemaluannya yang sudah mulai membuka. Ouw! Hangat sekali dan cairannya mulai keluar dan terasa agak asin dan baunya yang khas mulai menyengat ke dalam lubang hidungku. Tapi aku tak peduli, yang penting rasa kemaluan Bu Soni semakin lezat apalagi dibumbui dengan cairan yang keluar semakin banyak. Kuoleskan ke seluruh permukaan kemaluannya dengan lidahku. Jilatanku semakin licin dan seolah-olah semua makanan yang ku makan pada saat acara arisan tadi rasanya tidak ada apa-apanya. Badan Bu Soni bergerinjal semakin hebat begitu juga pantatnya naik-turun dengan drastis. Dia mengerang lirih, “aa.. Ah, ee.. Eekh, ee.. Eekh, Jee.. Eeng, auw, oo.. Ooh. Emm.. Mmh. Hah, hah, hah,.. Hah.” Dan saat mencapai klimaks dia merintih, “aa.., aa.., aa.., aa.., aah”, Cairan kewanitaannya keluar agak banyak dan deras. OK, nampaknya Bu Soni sudah mencapai titik puncaknya.<br />
Tampak Bu Soni telentang lemas dan aku tanya, “Bagaimana? Enak? Ada rasa puas?” “Lumayan nikmat, Jeng. Situ nggak jijik, ya.”<br />
“Kan sudah biasa juga sama suami.” Kemudian aku bertanya sembari bercanda, “Situ mau coba punya saya juga?”<br />
“Ah, Jeng ini. Jijik ‘kan.”, sembari ketawa.<br />
“Yaa.. Mungkin belon dicoba. Punya saya selalu bersih, kok. ‘Kan suami saya selalu mengingatkan saya untuk memeliharanya.” Kemudian Bu Soni agak berpikir, mungkin ragu-ragu antara mau atau tidak. Lalu, “Boleh, deh, Jeng. Tapi saya pelan-pelan saja, ah. Nggak berani lama-lama.”<br />
“Ya, ndak apa-apa. ‘Kan katanya situ belum biasa. Betul? Mau coba?” tantangku sembari senyum. Lalu dia cuma mengangguk. Kemudian aku menelentangkan badanku dan langsung kukangkangkan kedua kakiku agar terlihat liang kewanitaanku yang masih indah bentuknya. Tampak Bu Soni mulai mendekatkan wajahnya ke liang kewanitaanku lalu berkata, “Wah, Jeng bulu-bulunya lurus, lemas dan teratur. Pantes suaminya selalu bergairah.” Aku hanya tertawa.<br />
Tak lama kemudian aku rasakan sesuatu yang agak basah menyentuh kemaluanku. Kepalaku aku angkat dan terlihat Bu Soni mulai berani menyentuh-nyentuhkan ujung lidahnya ke liang kewanitaanku. Kuberi dia semangat, “Terus, terus, Bu. Saya merasa nikmat, kok”. Dia hanya memandangku dan tersenyum. Kurebahkan lagi seluruh tubuhku dan kurasakan semakin luas penampang lidah Bu Soni menjilati liang kewanitaan saya. Oh! Aku mulai terangsang. Emm.. Mmh. Bu Soni sudah mulai berani. oo.. Ooh nikmat sekali. Sedaa.. Aap. Terasa semakin lincah gerakan lidahnya, aku angkat kepalaku dan kulihat Bu Soni sudah mulai tenggelam dalam kenikmatan, rupanya rasa jijik sudah mulai sirna. Gerakan lidahnya masih terasa kaku, tetapi ini sudah merupakan perkembangan. Syukurlah. Mudah-mudahan dia bisa bercumbu lebih hebat dengan suaminya nanti.<br />
Lama-kelamaan semakin nikmat. Aku merintih nikmat, “Emm.. Mmh. Ouw. aa.. Aah, aa.. Aah. uu.. uuh. te.. te.. Rus teruu..uus.” Bibir kemaluanku terasa dikulum oleh bibir mulut Bu Soni. Terasa dia menciumi kemaluanku dengan bernafsu. Emm.. Mmh, enaknya. Untuk lebih nikmat Bu Soni kusuruh, “Pegang dan elus-elus paha saya. Enak sekali Bu.” Dengan spontan kedua tangannya langsung mengayunkan elusannya di pahaku. Dia mainkan sampai pangkal paha. Bukan main! Sudah sama layaknya aku main dengan suamiku sendiri. Terlihat Bu Soni sudah betul-betul asyik dan sibuk menjilati liang kewanitaanku. Gerakan ke atas ke bawah melingkar ke seluruh liang kewanitaanku. Seolah-olah dia sudah mulai terlatih.<br />
Kemudian aku suruh dia untuk menyisipkan lidahnya ke dalam liang kewanitaanku. Dahinya agak berkerut tetapi dicobanya juga dengan menekan lidahnya ke lubang di antara bibir kemaluan saya. “Aaa.. Aakh! Nikmat sekali. Aku mulai naik untuk mencapai klimaks. Kedua tangannya terus mengelus kedua pahaku tanpa henti. Aku mulai naik dan terasa lubang kemaluanku semakin hangat, mungkin lendir kemaluanku sudah banyak yang keluar. Akhirnya aku pun mencapai klimaks dan aku merintih, “aa.. Aah, uuh”. Sialan Bu Soni tampaknya masih asyik menjilati sedangkan badanku sudah mulai lemas dan lelah. Bu Soni pun bertanya karena gerak kaki dan badanku berhenti, “Gimana, Jeng?” Aku berkata lirih sambil senyum kepadanya, “Jempolan. Sekarang Bu Soni sudah mulai pinter.” Dia hanya tersenyum.<br />
Aku tanya kembali, “Bagaimana? Situ masih jijik nggak?”<br />
“Sedikit, kok.”, jawabnya sembari tertawa, dan akupun ikut tertawa geli.<br />
“Begitulah Bu Soni. Mudah-mudahan bisa dilanjutkan lebih mesra lagi dengan suaminya, tetapi jangan bilang, lho, dari saya.”<br />
“oo.., ya, ndak, toh, Jeng. Saya ‘kan juga malu. Nanti semua orang tahu bagaimana?””Sekarang yang penting berusaha agar putrinya bisa punya adik. Kasihan, lho, mungkin sejak dulu dia mengharapkan seorang adik.”<br />
“Ya, mudah-mudahan lah, Jeng. Rejeki akan segera datang. Eh! Ngomong-ngomong, Jeng mau nggak kalo’ kapan-kapan kita bersama kayak tadi lagi?”<br />
“Naa.., ya, sudah mulai ketagihan, deh. Yaa, itu terserah situ saja. Tapi saya nggak tanggung jawab, lho, kalo’ situ lantas bisa jadi lesbian juga. Saya ‘kan cuma kasih contoh saja.”, jawabku sembari mengangkat bahu dan Bu Soni hanya tersenyum.<br />
Kemudian aku cepat-cepat berpakaian karena ingin segera sampai di rumah, khawatir suamiku curiga dan berprasangka yang tidak-tidak. Waktu aku pamit, Bu Soni masih dalam keadaan telanjang bulat berdiri di depan kaca menyisir rambut. Untung kejadian ini tak pernah sampai terbuka sampai aku tulis cerita yang aneh dan lucu ini. Soal bagaimana kemesraan Bu Soni dan suaminya selanjutnya, itu bukan urusan saya tetapi yang penting kelezatan liang kewanitaan Bu Soni sudah pernah aku rasakan.Cerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-59284792317798487452010-11-07T01:32:00.001+07:002010-11-07T03:27:43.877+07:00Sopir BiadabMalam itu aku sendirian di rumah, ayahku sedang di kantor sedangkan ibuku sedang ikut seminar yang ada hanya aku dan sopirku yang sekaligus sebagai pembantu di rumahku. Nama sopirku Toni, usianya 35 tahun dan ia sudah menikah tetapi istrinya tinggal di kota lain.<br />
<a name='more'></a><br />
Aku merasakan kecapekan setelah seharian aku jalan-jalan dan aku ingin sekali tidur tetapi entah mengapa aku tidak bisa memejamkan mataku ini lalu aku mempunyai ide <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5928479231779848745" id="AdBriteInlineAd_untuk" name="AdBriteInlineAd_untuk" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">untuk</a> menelepon temanku Dita untuk aku ajak ngobrol melalui telepon. Telepon Dita angkat awalnya <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5928479231779848745" id="AdBriteInlineAd_kami" name="AdBriteInlineAd_kami" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">kami</a> ngobrol biasa saja tetapi tidak tahu kenapa tiba-tiba Dita nafasnya memburu dan terdengar teriakan-teriakan juga suara seorang cowok yang seperti suara pacar Dita. Aku hanya memdengar suara-suara teriakan kesakitan tetapi juga seperti merasakan sesuatu kenikmatan dan teleponpun terputus dengan sendirinya.<br />
Pikiranku melayang kemana-mana dan aku mulai memikirkan tentang seseorang yang sedang berhubungan badan. Aku semakin terangasang setelah mendengar suara Dita juga khayalanku sendiri dan akupun membuka kaos ketatku, bra, serta celana <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5928479231779848745" id="AdBriteInlineAd_dalam" name="AdBriteInlineAd_dalam" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">dalam</a> aku meremas payudaraku dan memasukkan jariku ke vaginaku. Aku kocok vaginaku hingga aku pun menyapai <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5928479231779848745" id="AdBriteInlineAd_orgasme" name="AdBriteInlineAd_orgasme" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">orgasme</a> ditempat tidur, aku merasa puas dan akupun memakai bajuku lalu merencanakan untuk pergi makan.<br />
Aku cari sopirku kemana-mana tetapi tidak ada hingga aku temukan dia dikamar tidurnya, dia tertidur pulas dengan hanya mengunakan kaos tanpa lengan dan sarung. Aku mau membangunkan dia tetapi melihat dia tertidur pulas akupun mengurungkan niatku untuk membangunkan dia, kasihan dia kecapekan setelah mengantar aku seharian jalan-jalan pikirku.<br />
Sebelum aku meninggalkan kamarnya mataku tiba-tiba tertuju pada tonjolan yang ada dibalik sarungnya sehingga membuat aku ingin mengetahui bagaimana wujud tonjolan itu. Aku beranikan diri untuk melihat tonjolan itu <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5928479231779848745" id="AdBriteInlineAd_dari" name="AdBriteInlineAd_dari" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">dari</a> bawah lalu aku singkapkan sarungnya secara perlahan, aku terkejut melihatnya karena dia tidak memakai celana dalam sehinnga aku bisa melihat dengan leluasa <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5928479231779848745" id="AdBriteInlineAd_penis" name="AdBriteInlineAd_penis" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">penis</a> yang agak berdiri dan membuat aku ingin memegang, mengelus, dan mengulumnya.<br />
Aku ingin sekali memegangnya tetapi aku takut sopirku nanti terbangun dan dia akan marah terhadapku, dengan tangan yang gemetaran juga dingin dan jantung yang berdetak kencang aku beranikan diri untuk memegangnya. Aku singkapkan sarungnya <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5928479231779848745" id="AdBriteInlineAd_lebih" name="AdBriteInlineAd_lebih" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">lebih</a> keatas dan akupun mulai memegangnya, terasa hangat dan membuat tanganku yang tadinya dingin menjadi hangat.<br />
Aku semakin tertarik untuk menikmatinya <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6643282339295879862&postID=5928479231779848745" id="AdBriteInlineAd_lagi" name="AdBriteInlineAd_lagi" style="background: url("http://files.adbrite.com/mb/images/green-double-underline-006600.gif") repeat-x scroll center bottom transparent; color: #006600; cursor: pointer; margin-bottom: -2px; padding-bottom: 2px; text-decoration: none;" target="_top">lagi</a>, aku elus berkali-kali penisnya hingga berdiri dan semakin panjang penis itu. Jantungku semakin berdetak kencang tetapi keinginanku untuk melakukan yang lebih lagi juga semakin besar maka ku putuskan untuk mencoba mengulumnya. Ku jilati serta memberikan gigitan kecil pada buah pelirnya yang berwarna kecoklatan hingga membuat aku makin bernafsu dan sedikit demi sedikit aku mulai menuju penis yang telah berdiri.<br />
Aku masukkan secara perlahan terasa hangat yang disertai rasa asin dan masuklah penis itu sampai pada ujung tenggorokanku, aku coba masuk dan keluarkan sehingga membuat tubuhku mengeluarkan keringat yang di ikuti rasa gemetaran. Payudaraku terasa semakin membesar dan mengeras sehingga membuat braku terasa sesak juga vaginaku yang terasa mengeluarkan cairan. Akupun semakin tidak bisa menahan nafsuku yang sudah memuncak lalu aku semakin mempercepat kulumanku sehingga membuat penis sopirku licin karena liurku.<br />
Di saat aku sedang keenakkan melakukan kuluman di penis sopirku tiba-tiba aku terkejut oleh teriakan sopirku dan mencabut penisnya dari mulutku. Dia lalu berdiri dan memarahi aku, dia merasa bersalah pada orang tuaku karena membiarkan aku melakukan hal ini, akupun tidak mau menyerah begitu saja dan karena aku tidak bisa menahan nafsuku lagi yang seperti mau meledak akupun mengancam sopirku dengan mengatakan pada ayahku bahwa aku telah diperkosa sopirku juga akan mengatakan pada istrinya kalau tidak mau melayani kenginanku. Dia ketakutan dan menyerah padaku, akupun tidak menyia-nyiakannya langsung saja aku melepas sarungnya dan aku jongkok didepannya. Kulihat wajah sopirku terlihat wajahnya menampakkan kesedihan tetapi aku tidak mempedulikannya.<br />
Aku tidak peduli bagaimana perasaan sopirku, aku hanya ingin kenikmatan seperti yang telah temanku rasakan. Aku ingin membuat dia agresif terhadapku dan melupakan istrinya sesaat, karena keinginanku itu aku mulai melakukan rangsangan terhadapnya. Kukulum lagi penisnya yang telah lemas tanpa canggung dan takut lagi pada sopirku, kupercepat kulumanku sehingga membuat penisnya kembali berdiri. Aku sangat menikmati penis.<br />
“Ehhmm.. Enak.. Ehmm” dan aku merasa bahagia karena membuat dia mulai terangsang yang mulai menunjukkan ke agresifannya. Sopirku mendesis menikmati kulumanku.<br />
“Ough.. Terus.. Cepat.. Ouh Melda”<br />
Hanya itu saja kata yang keluar dari mulutnya akupun semakin bersemangat dan semakin mempercepat kulumanku. Hingga beberapa kuluman penisnya terasa semakin membesar dan menegang juga disertai denyutan dan dia pun memegang kepalaku juga memcambak rambutku dengan kasar dia semakin memaju mundurkan kepalaku dan akupun semakin bersemangat karena aku tahu dia akan sampai.<br />
“Ouhh.. Ouuhh aku sampai aku sampai Melda ough” dan keluarlah spermanya ke mulutku hingga mulutku tidak muat untuk menampungnya. Spermanya terasa hangat, asin, dan baunya membuat diriku ingin memuntahkan sperma itu dari mulutku tetapi dia menarik kepalaku lalu mencium aku. Ciumannya yang sangat bersemangat kepadaku membuat aku terpakasa untuk menelan spermanya untuk mengimbangi permainan bibir itu.<br />
Aku merasa kerepotan untuk mengimbanginya karena baru kali ini aku dicium oleh cowok, dia terus mencium aku dan tangannya mulai menyelinap masuk ke kaosku. Tangannya menuju ke payudaraku, dia meremas-remasnya sehingga membuat nafasku semakin memburu yang disertai degupan jantung yang cepat. Dia semakin agresif dengan membuka kaos ketatku, rok, bra serta celana dalamku.<br />
Terbukalah sudah apa yang selama ini aku tutupi, aku merasa risih karena baru kali ini aku telanjang dihadapan cowok sehinnga tangankupun secara spontan menutup vaginaku juga payudaraku. Tetapi karena nafsuku yang semakin memuncak maka aku biarkan tubuhku telanjang dan akupun dengan agresif melucuti kaosnya. Sekarang kita benar-benar <a href="http://ceritadewasaku.com/">telanjang bulat</a>, kita saling berhimpitan sehingga penis yang telah mengacung itu menempel pada vaginaku. Aku ingin sekali merasakan penis itu masuk ke vaginaku dan aku telah mencoba memasukannya tetapi tidak bisa, dengan terpaksa aku hanya mengesekkan penisnya ke vaginaku dan itu membuat aku semakin bernafsu.<br />
Setelah dia puas mencium aku dia menurunkan kepalanya menuju kaki, dia menciumi kakiku sampai ke vaginaku. Dia menjilati vaginaku, menyedot vaginaku dan juga memberikan gigitan kecil pada vaginaku sehingga membuat aku tak bisa menahan getaran tubuhku.<br />
Semakin dia mempercepat jilatannya semakin keras pula erangan serta desissan yang keluar dari mulutku. Tanganku berpegangan pada kepalanya dan akupun menekan kepalanya serta mengangkat salah satu kakiku kepundaknya agar bisa semakin masuk ke vaginaku, jilatan dia membuat aku tak bisa lagi menahan tubuhku sendiri. Tubuhku melengkung ke belakang dan kepalaku medongak keatas yang disertai keringat yang semakin mengucur deras.<br />
“Auhh.. Ouhh..”<br />
Dia terus menjilati vaginaku sehingga membuat aku semakin tidak tahan “Ough.. Yes.. Ouugh.. Aku keluar” dan akupun mengalami orgasmeku yang pertama, aku merasa kenikmatan yang luar biasa karena baru kali ini kali mengalami orgasme bersama cowok. Sopirku menghisap-hisap vaginaku hingga terasa kering, nafasku yang tadinya memburu sekarang sudah mulai reda. Aku yang telah mengalami orgasme terasa badanku lemas tetapi sopirku masih saja semangat, dia mengendongku ke tempat tidur dan menjatuhkanku.<br />
Dia bermain di payudaraku yang berukuran sedang putih bersih kemerahan, sopirku mengulum, menyedot, meremas dan juga menggigit-gigit payudaraku. Permainan mulutnya sanggup menaikkan kembali nafsuku, sopirku sangat menikmati payudaraku dan dia selalu memuji payudaraku yang kenyal dan kencang itu. Aku yang ingin kembali menikmati penis sopirku segera aku menggulingkan sopirku disampingku, aku menindihnya dengan vaginaku menghadap ke muka sopirku dan kita pun saling melakukan rangsangan. Aku kembali mengulum penisnya sedangkan dia menjilati vaginaku. Permainan lidahnya yang liar di vaginaku membuat tak kuasa menahan nafsuku yang mau meledak dan dengan segera akupun minta untuk memasukkan penisnya ke vaginaku dan diapun mengijinkannya.<br />
Aku membalikkan badan dan sekarang penis itu tepat di bawah vaginaku, aku memegang penis itu dan mengarahkannya ke vaginaku tetapi aku tidak bisa memasukkannya terasa sulit walaupun vaginaku telah basah. Penis sopirku seperti tidak mau masuk penisnya selalu ke kanan atau ke kiri. Sopirku pun membantuku, dia memegang penisnya sedangkan tangan satunya menuju vaginaku dan memasukkan jarinya ke vaginaku, akupun terkaget dan berteriak “Ouhh”.<br />
Jarinya maju mundur dan seperti mengaduk vaginaku, sopirkupun mengeluarkan jarinya lalu mencoba memasukkan penisnya ke vaginaku. Secara mengejutkan penis itu masuk dengan mudah, aku terkaget merasakannya lalu berteriak “Auhh.. Ough..”<br />
Dan mataku melotot serta kepalaku mendongak ke atas. Vaginaku terasa penuh dan disertai rasa nyeri yang sangat hebat tetapi sopirku duduk menghiburku dengan menciumku.<br />
Dia menyuruhku naik turun tetapi itu sulit bagiku karena baru yang pertama aku melakukannya, aku mencoba naik turun rasanya nikmat sekali merasakan dua alat kelamin bergesekan tetapi tetap rasa nyeri tetap ada. Akhirnya akupun lancar menaik-turunkan, melihat itu sopirku semangat dia mulai meremas payudaraku dan mulai melakukan gerakan juga. Lama-kelamaan rasa nyeri itu berubah menjadi rasa nikmat tiada duanya dengan cepat aku menaik turunkan. Gesekan itu sangat nikmat ditambah lagi remasan sopirku di payudaraku.<br />
“Uhh.. Aauhh.. Oouughh” aku terus mendesis.<br />
Malam yang sunyi kembali berisik oleh bunyi kocokan serta teriakanku, kulihat sopirku sekali memejamkan mata menikmati kocokanku. Hingga beberapa lama kita tetap pada posisi itu dan akupun merasakan sesuatu yang mau meledak di vaginaku.<br />
“Ouhh.. Ouughh.. Aku sampai” akupun merasakan orgasme yang kedua kali.<br />
Tenaga yang habis membuat aku tidak dapat menahan tubuhku dan akupun rubuh diatas sopirku. Dengan penis yang masih menancap di vaginaku sopirku membalikkanku hingga dia berada diatas, dia kembali mengocok vaginaku yang telah kelelahan dengan semangat yang masih memburu diapun ingin mengalami orgasme maka akupun melayani dia walaupun tenagaku sudah habis.<br />
Sopirku merasa tidak puas dengan posisi dia diatas dan dia meminta aku untuk duduk dipangkuannya dan dia dengan semangat kembali mengocok. Aku yang sudah lemas masih mencoba mengimbagi kocokannya, aku mencoba memaju-mundurkan pantatku walaupun sudah lemas. Dia semakin semangat untuk mengocokku dengan buas dia juga menggigit payudaraku dan itu sangat membuat diriku kembali terangsang.<br />
“Oouuh.. Ouuhh.. Uuhh”<br />
Akupun di buat tidak berdaya dan lagi-lagi aku dibuat orgasme untuk ketiga kalinya.<br />
“Uuhh.. Ouugh.. Kau hebat Toni.. Ouugh”.<br />
Dengan orgasmeku yang ketiga tubuhku semakin lemas tak berdaya, posisi kami tetap duduk dan aku terus saja memuji dia “Kau hebat Toni” kataku.<br />
Sopirku menyuruhku untuk menungging dengan lemas dan antara sadar dan tidak aku masih menurutinya. Dia masih tidak bosan mengerjai vaginaku. Dia masih dengan semangat tetap mengocok serta meremas payudaraku dan kadang-kadang meremas pantat ku. Jarinya juga masuk ke anusku.<br />
“Ouugh.. Ougghh.. Ougghh” kataku semakin menikmati, dengan kasar dia mengocok vaginaku dan juga anusku. Dengan kocokan dari anus dan vagina tubuhku semakin tak karuan dibuatnya.<br />
“Ouuhh.. Ougghh.. Terus Toni”<br />
Tak berselang lama aku merasakan lagi orgasme yang ke empat.<br />
“Oouuhh.. Kau hebat.. Oughh.. Aku aku dapat ough..”<br />
Dan dia pun mengikuti mengalami klimaks dengan sperma yang masih banyak. Semprotan spermanya membuat mataku terbelalak dan aku pun merasakan kenikmatan, spermanya tidak dapat tertampung di vaginaku sehingga jatuh ke sprei. Kitapun terjatuh bersamaan di tempat tidur, sopirku berada disampingku dan dia masih mencium serta meremas pantat dan payudaraku. Setelah nafasku mulai reda akupun langsung keluar dari kamarnya dengan masih telanjang dan berjalan dengan gontai, sopirku pun tertidur lagi.Cerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-31973021280797665452010-11-07T01:30:00.001+07:002010-11-07T03:28:11.073+07:00Ngentot Tante Sexy yang HotGw Krisna. Umurku 23 tahun, dan sekarang sedang kuliah di tingkat terakhir di sebuah PTS di Jakarta. Asalku dari Bandung, dimana gw menghabiskan masa anak-anak dan remaja gw, sampai kemudian gw pindah ke Jakarta empat tahun yang lalu. gw pun hidup prihatin di ibukota ini, terkadang seharian gw hanya makan supermie saja untuk mengganjal perutku. gw pikir tidak mengapa, asal gw bisa hemat untuk bisa membeli buku kuliah dan lain sebagainya, sehingga gw bisa lulus dan membanggakan kedua orang tugw. Terkadang gw iri melihat teman-teman kuliahku. Mereka sering dugem, berpakaian bagus, bermobil, mempunyai HP terbaru, dll.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Salah satu dari teman kuliahku bernama Kristina. Dia seorang gadis cantik dan kaya. Ia anak seorang direktur sebuah perusahaan besar di Jakarta. Percaya atau tidak, dia adalah pacarku. Kadang gw heran, kok dia bisa tertarik pada gw. Padahal banyak teman laki-laki yang bonafid, mengejarnya. Ketika kutanyakan hal ini, ini bukan ge-er, dia bilang kalau menurutnya gw orang yang baik, sopan dan pintar. Disamping itu, dia suka dengan wajahku yang katanya “cute”, dan perawakanku yang tinggi, tegap, kekar, dan berisi. Nggak percuma juga gw sering latihan karate, renang, bola, dan voli waktu di Bandung dulu.<br />
<br />
Kristina dan gw telah berpacaran semenjak dua tahun belakangan ini. Walaupun kami berbeda status sosial, dia tidak tampak malu berpacaran denganku. gwpun sedikit minder bila menjemputnya menggunakan motor bututku, di rumahnya yang berlokasi di Pondok Indah. Sering orang tuanya, mereka juga baik padgw, menawarkan untuk menggunakan mobil mereka jika kami akan pergi bersama. Tetapi gw memang mempunyai harga diri atau gengsi yang tinggi (menurut Kristina pacarku, gengsiku ketinggian), sehingga gw selalu menolak. Kemana-mana gw selalu menggunakan motor bersama Kristina! Kristina pun tidak berkeberatan bahkan mengagumi prinsip hidupku. Saat makan atau nonton, gw selalu menolak bila dia akan mentraktirku. gw bilang padanya sebagai laki-laki gw yang harus bayarin dia. Meskipun tentu saja kami akhirnya hanya makan di rumah makan sederhana dan nonton di bioskop yang murah. Itupun gw lgwkan kalau sedang punya uang. Kalau tidak ya kami sekedar ngobrol saja di rumahnya atau di tempat kostku.<br />
<br />
Kristina adalah gadis baik-baik. gw sangat mencintainya. Sehingga dalam berpacaran kami tidak pernah bertindak terlalu jauh. Kami hanya berciuman dan paling jauh saling meraba. Memang benar kata orang, bila kita benar-benar mencintai seseorang, kita akan menghormati orang tersebut. Kristina pernah bilang padgw, kalau ia ingin mempertahankan keperawanannya sampai ia menikah nanti. Terlebih gwpun waktu itu masih perjaka. Mungkin hal ini sukar dipercaya oleh pembaca, mengingat trend pergaulan anak muda Jakarta sekarang.<br />
<br />
Keadaanku mulai berubah semenjak beberapa bulan yang lalu. Saat itu gw ditawari sebuah peluang untuk berwiraswasta oleh seorang temanku. gw tertarik mendengar cerita suksesnya. Terlebih modal yang dibutuhkanpun sangat kecil, sehingga gw berpikir tidak ada salahnya untuk mencoba.<br />
<br />
Hasilnya ternyata luar biasa. Mungkin memang karena bidang ini masih banyak peluang, disamping strategi pemasaran yang disediakan oleh program ini sangat jitu. Penghasilankupun per bulan sekarang mencapai jutaan rupiah. Mungkin setingkat dengan level manajer perusahaan kelas menengah. <br />
<br />
Bekerjanyapun dapat part-time sambil disambi kuliah. Memang beruntung gw menemukan program ini.<br />
Semenjak itu, penampilanku berubah. Gaya hidup yang sudah lama gw impikan sekarang telah dapat kunikmati. HP terbaru, pakaian bagus, sudah dapat gw beli. Semakin sering gw mengajak Kristina untuk makan di restoran mahal serta nonton film terbaru di bioskop 21. Kristina sempat kaget dengan kemajuanku. Sempat disangkanya gw berusaha yang ilegal, seperti menjual narkoba. Tetapi setelah gw jelaskan apa bisnisku, dia pun lega dan ikut senang. Disuruhnya gw bersyukur pada Tuhan karena telah memberikan jalan kepadgw.<br />
<br />
Hanya satu saja yang masih kurang. gw belum punya mobil. Setelah menabung dari hasil usahgw selama berbulan-bulan, akhirnya terkumpul juga uang untuk membeli mobil bekas. Kulihat di suratkabar dan tertera iklan tentang mobil Timor tahun 1997 warna gold metalik. gw tertarik dan langsung kutelpon si penjualnya.<br />
<br />
“Ya betul… mobil saya memang dijual”. Suara seorang wanita menjawab di ujung telepon.<br />
“Harganya berapa Bu?”<br />
“Empat puluh delapan juta”<br />
“Kok mahal sih Bu?”<br />
“Kondisinya bagus lho.. Semuanya full orisinil”<br />
Dengan cepat kukalkulasi dangw. Wah.. Untung masih cukup, walaupun gw harus menjual motorku dulu. Tetapi gwpun berpikir, siapa tahu harganya masih bisa ditawar. Kuputuskan untuk melihat mobilnya terlebih dahulu.<br />
“Alamatnya dimana Bu?”<br />
Diapun kemudian memberikan alamatnya, dan gw berjanji untuk datang ke sana sore ini sehabis kuliah.<br />
*****<br />
Setelah mencari beberapa lama, sampai juga gw di alamat yang dimaksud.<br />
“Selamat sore” sapa gw ketika seorang wanita cantik membuka pintu.<br />
“Oh sore..” jawabnya.<br />
gw tertegun melihat kecantikan si ibu. Usianya mungkin sekitar 33 tahunan, dengan kulit yang putih bersih, dan badan yang seksi. Susunya yang tampak penuh di balik baju “you can see” menambah kecantikannya. Agar pembaca dapat membayangkan kecantikannya, gw bisa bilang kalau si ibu ini 80% mirip dengan Sally Margaretha, pemain sinetron itu!hehehe...<br />
“Saya Krisna yang tadi siang telepon ingin melihat mobil ibu”<br />
“Oh.. Ya silakan masuk.”<br />
gwpun masuk ke dalam rumahnya.<br />
“Tunggu sebentar ya kris. Mobilnya masih dipakai sebentar menjemput anakku les. Mau minum apa?”<br />
“Ah.. Nggak usah ngerepotin.. Apa saja deh Bu”<br />
gwpun kemudian duduk di ruang tamu. Tak lama si ibu datang dengan membawa segelas air sirup.<br />
“Kamu masih kuliah ya,” tanyanya setelah duduk bersamgw di ruang tamu<br />
“Iya Bu.. Hampir selesai sih “<br />
“Ayo diminum.. Beruntung ya kamu.. Dibelikan mobil oleh orang tuamu” si ibu berkata lagi.<br />
Kuteguk sirup pemberian si ibu. Enak sekali rasanya menghilangkan dahaggw.<br />
“Oh.. Ini saya beli dari usaha saya sendiri, Bu. Mangkanya jangan mahal-mahal dong” jawabku.<br />
“Wah.. Hebat kamu kalau gitu. Memang usaha apa kok masih kuliah sudah bisa beli mobil”<br />
“Yah usaha kecil-kecilan lah” jawabku seadanya.<br />
“Ngomong-ngomong mobilnya kenapa dijual Bu?”<br />
“Aduh kamu ini ba Bu ba Bu dari tadi. Saya kan belum terlalu tua. Panggil saja tante Merry.” jawabnya sambil sedikit tertawa genit.<br />
“Mobilnya akan saya jual karena mau beli yang tahunnya lebih baru”<br />
“Oh begitu..” jawabku.<br />
Kemudian tante Merry tampak melihatku dengan pandangan yang agak lain. Agak rikuh gw dibuatnya. Terlebih tante Merry duduk sambil menumpangkan kakinya, sehingga rok mininya agak sedikit terangkat memperlihatkan pahanya yang putih mulus.<br />
“Anaknya berapa tante. Terus suami tante kerja dimana?” tanygw untuk menghilangkan kerikuhanku.<br />
“Anakku satu. Masih SD. Suamiku sudah nggak ada. Dia meninggal dua tahun yang lalu” jawabnya.<br />
“Waduh.. Maaf ya tante”<br />
“Nggak apa kok kris.. Kamu sendiri sudah punya pacar?”<br />
“Sudah, tante”<br />
“Cantik ya?”<br />
“Cantik dong tante..” jawabku lagi.<br />
Duh, gw makin rikuh dibuatnya. Kok pembicaraannya jadi ngelantur begini. Tante Merry kemudian beranjak duduk di sebelahku.<br />
“Cantik mana sama tante..” katanya sambil tangannya meremas tanganku.<br />
“Anu.. Aduh.. Sama-sama, tante juga cantik” jawabku sedikit tergagap.<br />
“Kamu sudah pernah begituan dengan pacarmu?”.<br />
Sambil berkata, tangan tante Merry mulai berpindah dari tanganku ke pahgw.<br />
“Belum.. Tante.. Saya masih perjaka.. Saya nggak mau begituan dulu” jawabku sambil menepis tangan tante Merry yang sedang meremas-remas pahgw.<br />
Jujur saja, sebenarnya gwpun sudah mulai terangsang, akan tetapi saat itu gw masih dapat berpikir sehat untuk tidak mengkhianati Kristina pacarku. Mendengar kalau gw masih perjaka, tampak tante Merry tersenyum.<br />
“Mau tante ajarin caranya bikin senang wanita?” tanyanya sambil tangannya kembali merabai pahgw, dan kemudian secara perlahan mengusap-usap penisku dari balik celana.<br />
“Aduh.. Tante.. Saya sudah punya pacar.. Nggak usah deh..”<br />
“Mobilnya kapan datang sih?” lanjutku lagi.<br />
“Sebentar lagi.. Mungkin macet di jalan. Mau minum lagi? “<br />
Tanpa menunggu jawabanku, tante Merry pergi ke belakang sambil membawa gelasku yang telah kosong. Lega juga rasanya terlepas dari bujuk rayu tante Merry. Beberapa menit kemudian, tante Merry kembali membawa minumanku.<br />
“Ayo diminum lagi” kata tante Merry sambil memberikan gelas berisi sirup padgw.<br />
Kuteguk sirup itu, dan terasa agak lain dari yang tadi. Tante Merry kemudian kembali duduk di sebelahku.<br />
“Ya sudah.. Kamu memang setia nih ceritanya.. Kita ngobrol aja deh sambil menunggu mobilnya datang, OK?”<br />
“Iya tante..” jawabku lega.<br />
“Kamu ngambil jurusan apa?”<br />
“Ekonomi, tante”<br />
“Kenal pacarmu di sana juga?”<br />
Waduh.. gw berpikir kok si tante kembali nanyanya yang kayak begituan.<br />
“Iya dia teman kuliah”<br />
“Ceritain dong gimana ketemuannya”<br />
Yah daripada diminta yang nggak-nggak, gw setuju saya menceritakan padanya tentang kisahku dengan Kristina. Kuceritakan bagaimana saat kami berkenalan, ciri-cirinya, acara favorit kami saat pacaran, tempat-tempat yang sering kami kunjungi.<br />
Setelah beberapa lama bercerita, entah mengapa nafsu birahiku terangsang hebat. gwpun merasakan sedikit keringat dingin mengucur di dahiku.<br />
“Kenapa kris.. Kamu sakit ya” tanya tante Merry tersenyum sambil kembali meremas tanganku.<br />
Tangannya kemudian beralih ke pahgw dan kembali diusap dan diremasnya perlahan.<br />
“Anu tante rasanya kok agak aneh ya?” jawabku.<br />
“Tapi enak kan?”<br />
Tante Merrypun kemudian mendekatkan wajahnya ke wajahku, dan kemudian bibir kamipun telah saling berpagut. Tak kuasa lagi gw menolak tante Merry. Nafsuku telah sampai di ubun-ubun.<br />
“Saya tadi dikasih apa tante” tanygw lirih.<br />
“Ah.. Cuma sedikit obat kok. Supaya kamu bisa lebih rileks” jawabnya sambil tangannya mulai membuka retsleting celangw.<br />
“Ayo, tante ingin merasakan penismu yang masih perjaka itu” lanjutnya sambil kembali menciumi wajahku.<br />
Tante Merrypun kemudian membuka celangw beserta celana dalamnya sekaligus.<br />
“Hmm.. Besar juga ya punyamu. Tante suka tongkol besar anak muda begini”.<br />
Tangannya mulai mengocok penisku perlahan. Kemudian tante Merry merebahkan kepalanya dipangkuanku. Diciumnya kepala penisku, dan lantas dengan bernafsu dikulumnya penisku yang sudah tegak menahan gairah berahi.<br />
“Ah.. Tante..” desahku menahan nikmat, ketika mulut tante Merry mulai menghisap dan menjilati penisku.<br />
Tangan tante Merrypun tak tinggal diam. Dikocoknya batang penisku, dan diusap-usapnya buah zakarku. Setelah sekian lama penisku dipermainkannya, kembali tante Merry bangkit dan menciumiku.<br />
“Kita lanjutin pelajarannya di kamar yuk sayang..” bisiknya.<br />
gwpun sudah tak kuasa menolak. Nafsu berahi telah menguasai diriku. Kamipun beranjak menuju kamar tidur tante Merry di bagian belakang rumah. Sesampainya gw di kamar, tante Merry kembali menciumiku. Kemudian tangankupun diraihnya dan diletakkan di Susunya yang membusung.<br />
“Ayo sayang.. Kamu remas ya”<br />
Kuikuti instruksi tante Merry dan kuremas Susu miliknya. Tante Merrypun terdengar mengerang nikmat.<br />
“Sayang… tolong bukain baju tante ya”.<br />
Tante Merry membalikkan badan dan gwpun membuka retsleting baju “you can see”nya. Setelah terbuka, tante Merry kembali berbalik menghadapku.<br />
“BHnya sekalian donk sayang..” ujarnya.<br />
Kuciumi kembali wajahnya yang ayu itu, sambil tanganku mencari-cari pengait BH di punggungnya.<br />
“Aduh.. Kamu lugu amat ya.. Tante suka..” katanya disela-sela ciuman kami.<br />
“Pengaitnya di depan, sayang..”<br />
Kuhentikan ciumanku, dan kutatap kembali BHnya yang membungkus Susu tante Merry yang besar itu. Kubuka pengaitnya sehingga Susu kenyal itupun seolah meloncat keluar.<br />
“Bagus khan sayang.. Ayo kamu hisap ya..”<br />
Tangan tante Merry merengkuh kepalgw dan didorong ke arah dadanya. Tangannya yang satunya lagi meremas Susunya sendiri dan menyorongkannya ke arah wajahku.<br />
“Ah.. Enak.. Anak pintar.. Sshh” desah tante Merry ketika gw mulai menghisap Susunya.<br />
“Jilati putingnya yang..” instruksi tante Merry lebih lanjut. Dengan menurut, gwpun menjilati puting Susu tante Merry yang telah mengeras.<br />
Kemudian gw kembali menghisap sepasang Susunya bergantian. Setelah puas gw hisapi Susunya, tante Merry kemudian mengangkat kepalgw dan kembali menciumiku.<br />
“Sekarang kamu buka rok tante ya”<br />
Tante Merry merengkuh tanganku dan diletakkannya di pantatnya yang padat. Kuremas pantatnya, lalu kubuka retsleting rok mininya. gw terbelalak melihat Tante Merry ternyata menggunakan celana dalam yang sangat mini. Seksi sekali pemandangan saat itu. Tubuh tante Merry yang padat dengan Susu yang membusung indah, ditambah dengan sepatu hak tinggi yang masih dikenakannya.<br />
Kembali tante Merry mencium bibirku. Lantas ditekannya bahuku, membuatku berlutut di depannya. Tangan tante Merry lalu menyibakkan celana dalamnya sehingga Memeknya yang berbulu halus dan tercukur rapi nampak jelas di depanku.<br />
“Cium di sini yuk sayang..” perintahnya sambil mendorong kepalgw perlahan.<br />
“Oh..my god.. Sshh” erang tante Merry ketika mulutku mulai menciumi Memeknya.<br />
Kujilati juga vagina yang berbau harum itu, dan kugigit-gigit perlahan bibir Mekinya.<br />
“Ahh.. Kamu pintar ya.. Ahh” desahnya.<br />
Tante Merry lantas melepaskan celana dalamnya, sehingga gwpun lebih bebas memberikan kenikmatan padanya.<br />
“Jilat di sini sayang..” instruksi tante Merry sambil tangannya mengusap klitorisnya.<br />
Kujilati klitoris tante Merry. Desahan tante Merry semakin menjadi-jadi dan tubuhnya meliuk-liuk sambil tangannya mendekap erat kepalgw. Beberapa saat kemudian, tubuh tante Merrypun mengejang.<br />
“Yes.. Ah.. Yes..” jeritnya.<br />
Liang vaginanya tampak semakin basah oleh cairan kewanitaannya. Kusedot habis cairan vaginanya sambil sesekali kuciumi paha mulus tante Merry. Tak percuma ilmu yang kudapat selama ini dari pengalamanku menonton dan mengkoleksi video porno.<br />
“Kita terusin di ranjang yuk..” ajaknya setelah mengambil nafas panjang.<br />
gwpun kemudian melucuti semua pakaianku. Tante Merry lalu membuka sepatu hak tingginya, sehingga sambil telanjang bulat, kami merebahkan diri di ranjang.<br />
“Ciumi susu tante lagi dong yang..”<br />
gw dengan gemas mengabulkan permintaannya. Susu tante Merry yang membusung kenyal, tentu saja membuat semua lelaki normal, termasuk gw, menjadi gemas. Sementara mulutku sibuk menghisap dan menjilati puting Susu tante Merry, tangannya menuntun tanganku ke vaginanya. gwpun mengerti apa yang ia mau. Tanganku mulai mengusap-usap vagina dan klitorisnya.<br />
Tante Merry yang sexy kembali mengerang ketika nafsu berahinya bangkit kembali. Ditariknya wajahku dari Susunya dan kembali diciuminya bibirku dengan ganas. Selanjutnya, tante Merry menindih tubuh atletisku. Dijilatinya dada bidangku dan kedua putingnya dan kemudian perut sixpackku pun tak lupa diciuminya.<br />
Sesampainya di penisku, dengan gemas dijilatinya lagi batangnya. Tak lama kemudian, kepala tante Merrypun sudah naik turun ketika mulutnya menghisapi penisku.<br />
“Sekarang tante pengin ambil perjakamu ya..”<br />
Sambil berkata begitu, tante Merry menaiki tubuhku. Diarahkannya penisku ke dalam vaginanya. Rasa nikmat luar biasa menghinggapiku, ketika batang penisku mulai menerobos liang vagina tante Merry.<br />
“Uh.. Nikmat sekali.. Tante suka tongkolmu.. Enak..” desah tante Merry sambil menggoyangkan tubuhnya naik turun di atas tubuhku.<br />
“Heh.. Heh.. Heh..” begitu suara yang terdengar dari mulut tante Merry. Seirama dengan ayunan tubuhnya di atas penisku.<br />
“Tante suka.. Ahh.. Ngent*tin anak muda.. Ahh.. Seperti kamu.. Yes.. Yes..”<br />
Tante Merry terus meracau sambil menikmati tubuhku. Tangannya kemudian menarik tanganku dan meletakkannya di Susunya yang bergoyang-goyang berirama. gwpun meremas-remas Susu kenyal itu. Suara desahan tante Merry semakin menjadi-jadi.<br />
“Enak.. Ahh.. Ayo terus.. ent*tin tante.. Ah.. Anak pintar.. Ahh..”<br />
Tak lama tubuh tante Merrypun kembali mengejang. Dengan lenguhan yang panjang, tante Merry mengalami orgasme yang kedua kalinya. Tubuh tante Merry kemudian rubuh di atasku. Karena gw belum orgasme, nafsukupun masih tinggi menunggu penyaluran. Kubalikkan tubuh tante Merry, dan kugenjot penisku dalam liang kewanitaannya. Rasa nikmat menjalari seluruh tubuhku. Kali ini eranganku yang menggema dalam kamar tidur itu.<br />
“Oh.. Enak tante.. Yes.. Yes..” erangku ditengah suara ranjang yang berderit keras menahan guncangan.<br />
“Krisna mau keluar tante..” katgw ketika gw merasakan air mani sudah sampai ke ujung penisku.<br />
“Keluarin di mulut tante, sayang..”<br />
gwpun mencabut keluar penisku dan mengarahkannya ke wajah tante Merry. Tangan tante Merry langsung meraih penisku, untuk kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya.<br />
“Ahh.. Tante..” jeritku ketika gw menyemburkan air maniku dalam mulut tante Merry.<br />
Tante Merry lantas mengeluarkan penisku dan mengusap-usapkannya pada seluruh permukaan wajahnya yang cantik.<br />
<br />
Setelah membersihkan diri, kamipun kembali duduk di ruang tamu.<br />
“Enak kris?” tanyanya sambil tersenyum genit.<br />
“Enak tante… memang tante sering ya beginian”<br />
“Nggak kok.. Kalau pas ada anak muda yang tante suka saja..”<br />
“Oh.. Tante sukanya anak muda ya..”<br />
“Iya kris.. Disamping staminanya masih kuat.. Tante juga merasa jadi lebih awet muda.” jawab tante Merry genit.<br />
Tak lama mobil yang dinantipun datang. Akhirnya gw jadi membeli mobil tante Merry itu. Disamping kondisinya masih bagus, tante Merry memberikan korting Lima juta rupiah.<br />
“Asal kamu janji sering-sering main ke sini ya” katanya sambil tersenyum saat memberikan potongan harga itu.<br />
Kejadian ini berlangsung sebulan yang lalu. Sampai saat ini, gw masih berselingkuh dengan tante Merry yg Hot. Sebenarnya gw diliputi perasaan berdosa kepada Kristina pacarku. Tetapi apa daya, setelah kejadian itu, gw jadi ketagihan bermain seks. gw tetap sangat mencintai pacarku, dan tetap menjaga batas-batas dalam berpacaran. Tetapi untuk menyalurkan hasratku, gw terus berhubungan dengan tante Merry! Bisniskupun makin lancar. Keuanganku semakin membaik, sehingga gw sanggup memberikan hadiah-hadiah mahal pada Kristina untuk menutupi rasa bersalah pada pacarku! wow....ga rugi dech gw beli mobil tante girang ini kerana plus dapat ngentot tante sexy dan Hot ini!Cerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-74242266257874644282010-11-07T01:29:00.001+07:002010-11-07T03:28:25.661+07:00Pengalaman Making Love Pertama gwNamaku Bunga, sekarang umurku sudah 26 tahun, sulung dari tiga bersaudara yang smuanya wanita . Tinggi badanku 170 cm, cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita. Bentuk tubuhku langsing dan sexy, wajahku juga terbilang cukup cantik hingga sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar gw sudah menjadi primadona di sekolahku. Sekarang Statusku masih single. Tapi bukan berarti gw masih seorang gadis lho, karena gw memang sudah tidak perawan lagi. Keperawananku sudah kupersembahkan pada teman kuliahku yang kisahnya akan kupersembahkan pada tulisanku kali ini, namun terlebih dahulu akan gw paparkan sedikit tentang diriku sebagai prolog. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Biasanya para kaum wanita kalau berkuliah kebanyakan suka memakai celana panjang, namun gw lebih suka tetap memakai rok saja untuk bawahannya kalau sedang ke kampus. Rokku mini sekali dengan bawahan yang lebar, bentuknya seperti yang biasa dipakai oleh para cheerleader (pemandu sorak). Yang membedakan hanya dalamannya saja, biasanya para cheerleader masih menggunakan celana pendek di dalamnya walau agak mini untuk membungkus celana dalam yang mereka pakai. Bedanya dengan diriku, gw tidak pernah memakai penutup lain untuk menutupi bagian tubuhku yang paling vital kecuali celana dalam. <br />
<br />
celana dalam yang kupakai sangat mini dan sexy, bentuknya G String dua jenis, yang satu model berenda dan yang satu lagi model tali tang terbuat dari nylon. Sexy sekali karena hanya ada seutas yang melingkari pinggangku, bedanya hanya yang tali nylon dengan ikatan di kiri kanan pinggangku, selebihnya sama saja ada bagian yang hanya selebar ukuran satu jari turun dari belakang pinggang mengitari selangkangan melalui belahan pantatku. Hanya ada secarik kain yang lebarnya tidak lebih dari ukuran dua jari di bagian depan yang fungsinya hanya mampu menutupi lubang Memek ku. Yang berenda berbentuk hati kecil ada renda di pinggirannya, sedang yang model bertali, bentuk penutup bagian depannya berbentuk segitiga kecil, tipis dari bahan sutera. <br />
<br />
Sebagai atasannya gw lebih sering memakai hem lengan pendek agak longgar. Kupilih ini karena gw memang tidak pernah memakai BH di dalamnya. Seperti kisahku terdahulu, gw memang sejak kecil tidak suka dan tidak pernah memakai BH hingga tak heranlah sampai detik ini gw juga tidak mengetahui berapa besar ukuran Susuku. <br />
<br />
Payudar gw tidak terlalu besar. Ukurannya sedang-sedang saja tetapi bentuknya cantik dan padat. Warna puting susuku dan sekitarnya merah muda sedikit kecoklatan, sungguh menggairahkan sekali. Untuk yang satu ini gw sering mendapat pujian dari kaum lelaki yang sudah pernah melihat atau meremas susuku. <br />
<br />
Terus terang dosenku yang cowok sering kali harus menelan ludah apa bila melihat penampilanku. Apa lagi saat melihatku duduk dengan berpangku kaki hingga bagian atas pahaku tersingkat sedikit ke atas. Pahaku yang mulus itu juga ditumbuhi bulu-bulu halus yang menurut istilah beberapa orang temanku, itu namanya bulu-bulu monyet. <br />
<br />
gw kuliah di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, mengambil jurusan kedokteran hewan dan saat ini gw sudah menjadi seorang dokter hewan yang magang di Kebun Binatang Surabaya (KBS). Kali ini gw ingin menuliskan kisahku tentang pengalaman pertamaku bercinta sungguhan (making Love) yang kulakukan saat masih duduk di bangku kuliah. <br />
<br />
gw berkenalan dengan seorang mahasiswa yang juga mengambil jurusan yang sama denganku, namanya Wahyu asal Surabaya juga, namun akhirnya Wahyu tidak meneruskan kuliahnya karena patah hati denganku. Sekarang entah Wahyu ada dimana gw sendiri juga tidak pernah tahu. <br />
<br />
Hubunganku dengan Wahyu akrab sekali, sehingga pertama kali gw melakukan hubungan sex yang sebenarnya juga dengannya. Kupersembahkan kegadisanku pada Wahyu yang betul-betul sangat mencintaiku. Namun gw masih tidak ingin melanjutkan hubungan itu dengan serius karena apa yang kulakukan bersama Wahyu bagiku hanyalah suatu pelampiasan atas kebutuhan biologisku saja. <br />
<br />
Hal ini rupanya membuat Wahyu patah hati dan akhirnya drop out dari kampus, dan entah kini kemana dia gw juga tidak pernah mendengar kabar beritanya lagi sejak kami berpisah dulu. Kalau kebetulan Wahyu yang kumaksud sedang membaca kisahku ini, gw mohon maaf padamu, karena gw memang belum bisa jatuh cinta dengan siapapun hingga saat ini. <br />
<br />
Hubunganku dengan Wahyu sebenarnya biasa saja seperti remaja lain saat berpacaran. Kami sering berciuman baik di mobil, di kampus maupun di rumah, pokoknya di mana saja kalau ada kesempatan untuk melakukannya. Kami juga sering saling meraba bagian-bagian sensitif kami. Lebih sering Wahyu mengajakku ke rumahnya yang keadaannya memang selalu sepi itu, karena Wahyu adalah anak tunggal yang kedua orang tuanya selalu sibuk di luar, jadi sekali lagi praktis rumah Wahyu yang tidak terlalu besar di kawasan Ngagel itu selalu dalam keadaan sepi. <br />
<br />
Hal ini sangat menguntungkan bagi kami berdua. Di rumahnya itulah gw pertama kalinya merasakan nikmatnya making Love. Kami bercumbu, berciuman di atas tempat tidur di kamar Wahyu. Mulut Wahyu menciumi bibirku yang mungil dan tipis, lumatannya membuatku sangat bergairah sekali. <br />
<br />
Sambil melumat bibirku, jari tangan Wahyu melepaskan kancing bajuku satu persatu hingga terlepas semua dan langsung ditanggalkannya hem yang kukenakan hingga bagian atas tubuhku terbuka polos tanpa sehelai benang pun. Wahyu langsung memegang dan meremas-remas susu ku hingga gw jadi sangat terangsang oleh perlakuannya. <br />
<br />
Kulepas dengan menarik ke atas kaos yang dipakai Wahyu dan dia pun membantu untuk melepaskannya. Selanjutnya kubuka kancing celana jeans yang ia pakai, kuturunkan gespernya dan Wahyu pun membantu untuk melepaskan sendiri celana yang masaih ia kenakan berikut celana dalam-nya sehingga Wahyu terlebih dahulu telanjang bulat di hadapanku. <br />
<br />
Lalu kuraba seluruh bagian tubuhnya, kuraih batang kemaluannya yang sudah mengeras dan berdiri tegak bagaikan tugu pahlawan. gw merasa sedikit aneh karena tanganku tidak menyentuh bulu kemaluan Wahyu. Rupanya Wahyu rajin mencukur habis bulu kemaluannya sehingga bagian kemaluannya tampak bersih dan polos. Hanya ada sedikit bulu di bagian tertentu saja. Ada bagian yang terasa sedikit kasar karena bulu-bulu kemaluannya mulai tumbuh, sehingga ujung-ujungnya yang tajam terasa sedikit kasar bila tersentuh, namun ini justru membuat rangsangan tersendiri bagiku. Penis Wahyu lumayan besar dan panjang, diameternya sekitar 6 cm dengan panjangnya sekitar 17 cm. <br />
<br />
Mulut Wahyu menjelajahi wajahku hingga seluruh bagian leher dan telingaku. Lidahnya dijulurkan menjilati seluruh bagian leherku. Sesekali Wahyu memberikan kecupan di leherku dan lidahnya menjalar ke bagian belakang telingaku. Lubang telingaku pun tak luput dari sapuan lidahnya. Tangannya membuka pengait rok miniku dan kini kubantu memerosotkannya dengan bantuan kedua kakiku. Tangan Wahyu langsung meraba bagian luar celana dalam yang kupakai. Ikatan tali nylon G Stringku di samping pinggang ditariknya sehingga terlepas sudah penutup akhir di tubuhku dan celana dalam-ku dilempar jauh ke lantai. <br />
<br />
Kini kami sudah sama-sama bugil, telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh kami lagi. Lalu kami saling bergumul, bibir kami kembali saling lumat dan tangan kami pun saling meraba bagian sensitif lawan masing-masing. Nafsu birahiku naik ke ubun-ubun rasanya. Memek ku yang sudah basah sejak tadi jadi menjadi semakin basah saja. <br />
<br />
Cairan bening yang mengalir keluar dari dalam liang Memek seakan tak terbendung lagi, semakin lama alirannya semakin deras saja. Entah sudah berapa banyak cairan kenikmatanku keluar membanjir hingga sekitar selangkanganku. Kemudian kuraih batang kemaluan Wahyu sambil kukocok-kocokkan dengan sedikit kasar karena menahan gejolak rangsangan yang kualami. <br />
<br />
Mulut Wahyu mencium bagian susu gw. Kedua susu ku dicium dan dijilatinya secara bergantian. Lidahnya menyapu rata puting susuku. Ujung putingku dijilat dan dihisapnya sehingga menimbulkan rasa geli bercampur nikmat. Tangan Wahyu mulai menelusuri selangkanganku, seluruh bagian luar kemaluanku pun tidak luput dari belaian tangannya. <br />
<br />
Jari-jarinya digaruk-garukkan di belahan bibir memek ku, hingga gw sedikit mendesah tertahan. Ujung jari tangan Wahyu mulai memainkan klitorisku. Ujung klitorisku sedikit ditekan dengan ujung jarinya kemudian digesek-gesekkan secara teratur hingga gw mengaduh tapi bukan karena kesakitan. <br />
<br />
Aa.. Aacch! pekikku nyaring sambil menggeliat tidak karuan. <br />
<br />
Rupanya gw telah mencapai orgasme hingga lendirku menyembur memenuhi bagian dalam liang senggamaku. Dapat kurasakan memek mengedut sambil melepas lendir. Wahyu semakin bergairah mencium dan menjilati bagian depan tubuhku. Jilatannya mengarah turun ke bawah menyapu setiap jengkal kulit tubuhku. Perut hingga lubang pusarku disapu dengan lidahnya. Dia semakin ke bawah ke arah paha, kembali naik ke atas menjilati bagian dalam paha, semakin naik lagi hingga pangkal paha, kemudian bibirnya menciumi bibir memek ku. Dengan tanpa sedikit pun merasa jijik Wahyu menjilati dan menelan cairan lendir bening dari memekku. <br />
<br />
Bibirnya mengulum bibir memek ku dan lidahnya dijulurkan di antara belahan bibir memek ku. Dapat kurasakan ujung lidahnya menyeruak masuk ke dalam liang memek ku sambil sesekali menyentuh dinding luar memek ku yang kembali membasah lagi. Lidah Wahyu menyapu ujung klitoris lalu mulutnya dibenamkan ke memek ku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. <br />
<br />
Aku kembali tidak mampu membendung gelombang orgasmeku yang mengulung-gulung liar dari dalam tubuhku. Kujambak rambut Wahyu yang kepalanya masih membenam di selangkanganku. Kutarik kepalanya agar lebih terbenam lagi di selangkanganku, kujepit kepalanya sambil kurasakan semburan lendir kembali membasahi liang memek ku. <br />
<br />
Wahyu kembali menjilat dan menelan habis cairan yang keluar dari dalam liang memek ku sebelum dia merambat naik kembali melumat bibirku sambil memegang dan mengarahkan batang kemaluannya di depan liang memek ku. Digesek-gesekkan sebentar kepala kemaluannya di belahan bibir memek ku, baru kemudian didorongnya sedikit hingga kepala kemaluannya mulai memasuki liang memek ku. <br />
<br />
uhhhhhh..! Sakit..! Pelan dong! jeritku menahan sakit yang bercampur nikmat. <br />
<br />
Wahyu memberiku waktu untuk menarik napas sejenak, kemudian kembali dia mendorongkan batang kemaluannya agar masuk sedikit lebih dalam lagi. <br />
<br />
ohhhhhh.. Uuhh! Aduuh..! jeritku kembali menahan rasa perih di dalam liang memek ku. <br />
<br />
Wahyu bukannya menarik keluar batang kemaluannya dari dalam liang memek ku, tetapi dia malah menekan lebih dalam lagi, dan tekanannya se makin kuat dan akhirnya.. <br />
<br />
Crottttttt.. Uu.. Uucch! Sleep..! Aa.. Aacch! Sleep..! Oo.. Oohhh! suara desahanku seakan bersahutan dengan suara pompaan batang kemaluan Wahyu. <br />
<br />
Rasa sakit yang kualami juga sudah semakin menghilang bersamaan dengan deru pompaan batang kemaluan Wahyu yang memompa liang memek ku yang semakin lama semakin kencang. Aku rasanya benar-benar hampir pingsan, tidak tahu harus berbuat apa dan harus bagaimana. Aku tidak mampu melukiskan kenikmatan yang kualami saat itu dengan kata-kata. <br />
<br />
Yang kuingat adalah akhirnya kami mengalami orgasme yang waktunya hampir bersamaan. Dan sejak saat itu kami jadi rutin melakukan hubungan seperti itu lagi. Aku benar-benar suka dan menikmatinya, hampir secara rutin tiga kali seminggu kami melakukan making Love, dimana saja, kapan saja seperti minum minuman ringan saja.Cerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-14362703593244945872010-11-07T01:26:00.001+07:002010-11-07T03:29:12.784+07:00ngentot dengan teman di chat!ama gw Novi Gelis!huehuehue…gw dari Bandung dan gw mempunyai teman chating yang selalu setia menemani gw sepanjang malam namanya dedy dia anak Jakarta! Dedy merupakan anak yang baik dan ceplas ceplosan kalau ngomong di chat! dan pembicaraan Kita sudah melewati masa-masa hehehe..sensor dulu yahhh dan kadang berakhir dengan cyber sex! Bukan hanya sekedar chat sex tapi juga sex yg memuaskan, yah walaupun hanya di chat. Akhirnya setelah sekian lama, gw lah yg memberanikan diri datang ke ibu kota untuk menemuinya. Sekalian hangout gitu! Dan malam ini, Dedy berjanji akan mengajakku makan malam bersama. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Malam ini dedy berencana mengajaku makan malam di sebuah tempat yang special katanya! Kami belum pernah ketemu secara langsung dan antara gw dan dedy hanya bertemu di dunia maya saja yaitu chat sama facebook! Alasannya, ya karena gw tidak tinggal di kota yg sama dengannya. Bakalan mahal jika ingin sering bertemu!hehehe…maklum gw anak kere! Keinginan bertemu bukan hanya karena ingin saling kenal lebih dekat tapi juga karena semakin memanasnya pembicaraan kita di chat! Dan akhirnya malam itu kami pun kopi darat di hotel tempat gw menginap <br />
<div align="justify"><br />
Tepat pukul 7 malam suara bel kamar hotel gw berbunyi ! gw segera menghampiri pintu dan saat gw buka.., Dedy kulihat berdiri di depan. Tampak gagah dan maskulin. Ternyata tidak jauh berbeda dari foto yg ada pada facebook sama pict di YMnya! Sebaliknya, kulihat Dedy tertegun dengan apa yang kupakai malam ini. gw mengenakan gaun tipis krem sepaha dengan tali kecil di pundak. Matanya masih tertegun melihat bercak 2 bulatan BH 34B di dadaku dan g-string yg tembus pandang tersorot lampu di depan kamar hotel. "Silakan masuk.." kata gw sambil menarik tangannya dengan manja. Hanya saja Dedy sepertinya tidak sabar dengan kedatangan gw yg sudah ditunggu-tunggunya. Tangan gw ditariknya lembut, badan gw dipeluknya dengan hangat. Hingga wajah gw tepat berada di depan wajahnya. "Aku kangen banget sama lo, honey" ucapnya sambil berniat mencium bibir gw. gw berusaha menjauh, tapi tak kulepas dekapannya. Kututup bibirnya dengan telunjukku. "Eiitt.. sabar dong, ded. Masak mau serobot aja sih. " gw mengerling nakal padanya. Dan langsung gw ajak ke sofa di kamar itu. Gw biarkan dia duduk di sana dan bukan di tempat tidur yg terbentang di depan Kita. <br />
<br />
"Mau minum apa? gw hanya punya bir dan coca cola kaleng," ucap gw seraya melangkah ke kulkas. "Bir saja, enak minum bir dengan wanita cantik seperti lo," Dedy mulai sadar rupanya.. hingga bisa berbicara lebih banyak. gw tersenyum mendengar ucapannya. gw ambil bir buatnya dan coca cola buat gw sendiri. gw duduk di sebelah kanannya. Saat kuteguk minumanku, kaki kananku kusilakan di atas kaki kiriku. Karena bajuku tidak seberapa panjang, terbuka deh pahaku. Walaupun Dedy juga sedang menegak minumannya, matanya tidak henti-hentinya melihat pahaku yg putih mulus. <br />
"Lo cantik sekali, Novi," tangannya mulai berkelana. Kali ini mengusap-usap pahaku. Dan menggeser badannya. "Lo juga ganteng," bisikku manja di telinganya. Semakin tidak sabaran dia. Nafasnya kudengar sudah tidak teratur. Kaleng birnya dan kaleng coca colaku ditaruhnya di atas meja kecil sebelahnya. <br />
<br />
"Aku kangenn banget sama kamu. gw ingin 'telen' kamu.. Sar" gitu istilah Dedy jika ingin mulai main. Kecupan kecil mendarat di bibirku. gw balas dengan lembut. Kulihat matanya penuh dengan rasa kangen. Kecupannya berubah menjadi ciuman yang lebih bernafsu. Lidahnya bermain-main dengan penuh nafsu di mulutku diikuti dengan nafasnya yang tak tertahankan. Begitu lincahnya membuat gw pun mulai terangsang, kubalas juga dengan permainan lidahku di mulutnya. Kehangantan meliputi Kita berdua. Duduk Kita semakin mendekat. Tangan kanannya memelukku dg lembutnya. Tangan kirinya sudah mulai berjalan lebih jauh di pahaku. "hmm.. hmm.." desahku seirama permainan lidah Kita. Kulingkarkan kedua lenganku di lehernya. "Aku kangen lo juga, win" di sela-sela permainan lidah Kita. <br />
<br />
Hingga akhirnya Dedy tak tahan, dan dengan perlahan namun pasti Dedy membuka gaunku tanpa mengurangi kehangatan Kita. Sekarang tinggal bra tanpa tali dan g-string putihku. Kulihat matanya terpukau dengan pemandangan di depannya. "Bikin lo tambah kepingin, ya win," kerlingku nakal. "Iya, honey.." jawabnya sambil tangannya mulai menjelajahi lipatan gunungku. Dielusnya, dipandangnya, dielusnya lagi dan dikecupnya bra ku. Ahh.. lembutnya. "Kita ga jadi makan malam, ded?" tanyaku mangingatkan. "Ga laper gw, gw lebih laper kamu.." senyumnya. Sambil perlahan berdiri, gw tarik tangannya. Dengan isyarat mataku, Dedy tahu gw minta dia berpindah ke tempat tidur. Kudorong dia, mengisyaratkan supaya dia berbaring di tempat tidur. Kubiarkan dia bertanya-tanya dalam hati. Dengan pakaian yang lengkap kubiarkan dia berbaring. gw naik juga ke tempat tidur, dengan hanya mengenakan bra dan g-string. gw naik ke atasnya. Kucium lembut bibirnya. Perlahan gw buka kancing kemejanya. Dibantunya gw dengan sedikit mengangkat badannya, hingga gw bisa melepaskan kemejanya dengan mudah. Di hadapanku sekarang terbentang dada bidangnya. Kucium perlahan dadanya. Kujilat-jilat putingnya, yang kiri .. yang kanan. gw tak tahu apa yg dirasakannya. Yang kutahu tangannya mengelus-elus lembut rambutku. "Novi.. enak honey.." lidahku meneruskan perjalanannya. Sedikit ke bawah, jilatanku semakin membuatnya semakin gemas mengusap-usap rambutku. Perutnya pun tak lepas dari jilatanku. "Lo pintar ya.." bisiknya tertahan. <br />
<br />
Hingga ke bawah perut. Masih ada celana panjang yg menutup gerakan-gerakan tak karuan dibaliknya. Ada onggokan yg ingin segera terlepaskan. gw lirik Dedy, dan matanya memintaku untuk membebaskan. gw menggeleng nakal.. "Ngga, ah.. sabar dong.." gw lanjutkan lagi kecupanku. gw kecup tonjolan itu. Cup..cup..cup.. gw tersenyum lebar, sewaktu kulihat matanya memohon dengan sangat. "Tunggu ya.. gw pingin kecup dari luar dulu." gw kecup lagi. gw masukan tonjolan itu di mulutku. "Novi nakal ya.. buka dong, honey. gw ngga tahan, nih" Akhirnya kubuka ikat pinggangnya. Dan resletingnya. Kulirik lagi, matanya sudah semakin memohon. Akhirnya kubuka celana panjangnya. Terpikir lagi keinginan untuk mengganggunya. Kubiarkan CD nya. Kukecup lagi tonjolannya yang sudah semakin besar itu. Ahh.. kalo mau jujur, gw juga sudah tidak tahan melihatnya. Ingin kutelan rasanya. Tapi gw ingin mengganggunya juga.. hehe.. gw masukan tonjolan itu ke mulutku. Kukulum perlahan. Ahh.. gerakannya semakin tak karuan. "Novi.. buka honey, bukaa.." <br />
<br />
Aku buka juga akhirnya. WOW.. besaarr sekalii.. gw tak percaya mataku. Dengan tak sabar kupegang batang besar itu. gw usap-usap. "Suka honey?" tanya Dedy. "Suka banget. Punyamu besar banget!! gw jilat-jilat pinggirannya. Dari atas ke bawah, gw balik lagi dari bawah ke atas. Sesekali kurasakan gerakannya yg semakin tak henti. "Enakk honeyg.. teruuss.." pintanya. Kujilat belahannya. Lidahku bermain-main di sana. Membuat gerakan nakal. Semakin cepat, seirama kocokan tanganku yang juga semakin cepat. gw masukan kepalanya ke mulutku. gw sedot seperti makan es krim. Sesekali lidahku bermain di belahannya. "Aghh.. enakk.." gw semakin menjadi-jadi mendengar erangannya. Kubuka bra ku. Biar gerakanku semakin lepas. Kusentuh buah dadaku dengan kontolnya. Kuputar-putar kontolnya mengelilingi dadaku. Melingkari bongkahanku dan putingku. Yg kiri.. yg kanan.. ahh.. enaknya. Kumasukan lagi ke mulutku, kali ini lebih dalam. Hampir menyentuh ujung mulutku. Aghh.. sedapnya. Aku sedoott lebih lama. "srrpp.. srpp.." gw mainkan juga lidahku di dalam sana. Kuempot sampe terdengar suaraku sendiri. "Aghh.. enak honey. Enak banget. Lo pinterr.. terus honey.." erangnya. Kulepas lagi.. kali ini tanganku yg bermain. Kukocok perlahan, perlahan dan akhirnya lebih cepat. Matanya terpejam menahan gejolak yg ada. Kutahu.. pasti dia tidak mau keluar sekarang. Hehe.. dasar cowok. gw mau kerjain lagi ahh.. <br />
<br />
Kulepas batangnya. Dedy terkaget-kaget. "Kok udahan, honey. gw belum puas nih.." gw hanya tersernyum. gw kecup bibirnya dan memintanya untuk berlutut di ujung tempat tidur. Gantian gw yang merebahkan tubuhku di hadapannya. "Mainkan kontolmu, ded.. kocok-kocok sendiri ya. gw suka liat cowok mengocok kontolnya. " Dia mengerti maksudku. gw memang suka bangeett. Hadiahnya, gw juga mau beronani di hadapannya. gw pejamkan mataku.. tanganku bergerilya di tubuhku. Tangan kiri dan kananku bermain di dadaku. Ahh.. enaknya sentuhanku sendiri. gw basahi jari telunjuk tangan kananku dengan memasukkan ke mulutku. Kubuka mataku, ingin kuliat apa yg sedang Dedy perbuat. Ah gantengnya. Dengan kontol yang sudah membesar, dikocok-kocoknya terus batangnya. Bikin gw semakin terangsang. </div><div align="justify"><br />
Aku masukan jariku perlahan ke mulutku.. kukulum jariku..kusedot. Kunikmati getaran yg ada. "Ehmm..mhhmm.." sambil mendesah-desah, badanku kugoyangkan. Kubasahi putingku dg jariku. Kulingkari putingku, sambil kulirik Dedy dengan lirikan nakal. "Lo nakal, yaa.." sahut Dedy sambil mengocok kontolnya. Matanya memancarkan kesenangan sekaligus, kelaparannya.. Kubasahi lagi sebelah buah dadaku. Kulingkari lagi.. "Uuughh.. " erangku menahan sensasi. Kemudian tangan kananku turun ke bawah.. ke perutku.. "Ughhghh.." badanku kuangkat sedikit ke atas. "Terus honey.." Dedy tak tahan lagi menunggu jalannya tanganku. Kuturunkan lagi. Ke atas g-stringku. Kugosok-gosok perlahan. Sambil mendesah.."mmhhmm..ehmm.." Kuselipkan satu jari ke baliknya. "Aghh..".. kurasakan memek gw sudah basah. Semakin mudahnya gw memainkan jariku di sana. "Kasih liat dong honey.." Dedy memohon supaya gw membuka g-stringku. gw semakin menjadi-jadi.. "Sabar dong, win.." sambil jariku kumasukan ke memek gw.."AGGgghh.." oh nikmatnya.. tangan kiriku semakin gencarnya meremas-remas buah dadaku. Gerakan badanku semakin tak karuan. Bergoyang ke sana kemari. <br />
<br />
Akhirnya kubuka g-stringku. Kuturunkan perlahan. Sampai di lututku.."Bukain dong, win.." dengan cepat ditariknya g-stringku. "Ngga tahan ya.." kerlingku lagi. Kubuka pahaku lebar-lebar. Biar Dedy bisa melihat lebih jelas. Kumasukkan jari telunjuk kananku ke memek gw. "Aaagghh..nikmat.." maju mundur.. pelan-pelan. Kunikmati sensasi yg ada. memek gw semakin basah. Kutambahkan jariku, kali ini 2 jari. "Aghh.. " kugoyangkan badanku. Ketika jariku keluar, kuarahkan badanku ke jari. Ketika kumasukan kumundurkan badanku. Semakin licinn.. semakin dalamm.. semakin menggila kumasukan jarikuu.. "Oghh..Oghh.." Tangan kiriku berpindah. Kugunakan jari kiriku memainkan klitorisku. "aghh.. " semakin lama semakin tak terbendung lagi.. kugerak-gerakkan terus jariku. Keluar masuk. Keluar masuk. Semakin cepat. Akhirnya.. "Ahh.." gw tak tahan lagii.. becek deh. Basah. Becek. gw lemas.. Di ujung sana, Dedy tersenyum puas melihat pemandangan tadi. "Lo cantik sekali, honey.. gw suka melihatnya." Dedy mendekatkan wajahnya ke wajahku. <br />
<br />
"Masih mau gw?" tanyaku. "Mau dong honey.." Kita berciuman lagi. kontolnya yg besar, terasa di belahan pahaku. Kadang terasa menyenggol memek gw. Ciumannya yg lembut sangat menyentuh. Lidahnya mencari-cari lidahku. Dedy tahu sekali menghidupkan gariahku kembali. Nakal dia, di awal-awal chat Kita, dia menyelidiki apa yang gw suka. Kini badan Kita yg tanpa benang sehelaipun saling berpelukan dalam kehangatan. "mmhh..hmm." desahku merasakan lembut ciumannya. Ciuman Dedy berpindah ke leherku, dijilatnya leherku, yg semakin membuat gw terangsang! "Dedyy..""Ya honey.." Jilatannya semakin turun, ke dadaku.. ke buah dadaku. "Aghh.." kurasakan buah dada kiriku basah oleh jilatannya. Sementara yg kanan diremas-remas olehnya. "Enak, ded.." dijilatnya yg kanan, dan yg kiri diremas-remasnya. "Ded.. teruss.. turun win.." Mukanya terangkat.. "Sabar dong honey.." gantian lirikan nakalnya menggangguku. "Lo jahatt.. " ujarku sambil mengelus-elus kepalanya. Jilatannya semakin turun. Perutku kena gilirannya. Diputar-putar lidahnya di pusarku. "Aghh.." semakin turun lagi. Dibukanya pahaku lebih lebar. Jarinya membuka memek gw. Kurasakan klitorisku dijilatnya lembut.. "Ughh.. enak ded.." Dikulumnya hangat. Semakin lama semakin cepat. "ded.. enakk.." bukan lagi klitorisku yg dijilatnya. Semakin ke bawah.. memek gw dibukanya dengan kedua jarinya. Supaya lidahnya bisa masuk leluasa.."Oughh.. ennaakk .. ded.." pantatku melonjak-lonjak kenikmatan. </div><br />
Dimasukkan lagi lidahnya lebih dalam, bikin gw semakin tak kuasa menahan gerakan pinggulku. "Enak ded.. ohh..oh.. enak ded.." Dedy semakin bernafsu mendengar eranganku. Sodokan lidahnya semakin menjadi-jadi. Biarpun badanku tak bisa diam, Dedy tak perduli.. "Dedyn.. enak bangett..teruuss" pantatku sedikit diangkatnya. Sekarang bukan hanya memek gw yg dijilat tapi juga lubang anusku. Dijilatinya memutar lubang anusku. Sensasinya berbeda sekali. Jilatannya kembali ke memek gw. Dengan posisi memek gw agak di atas, dimasukannya memek gw ke dalam mulutnya. gw kaget sekali tapi enakk.. "Dedyn.. lo apain memek gw.." Dedy tak menggubris, semakin dilahapnya memek gw. Diisep, dijilat, trus diisep lagi .. disedotnya klitorisku dengan sedotan yg wowww.. gw ga tau lagi apa perasaanku yg ada gw menjeritt.. "Agghh.. Dedyn.." kurasakan cairan hangat keluar dari memek gw. Gilaa.. lemes gw. <br />
<br />
Tapi Dedy ngga mau menunggu lama lagi. Ditindihnya tubuhku. Dibukanya pahaku. Didekatkannya batangnya ke lubang memek gw. Digesek-gesek.. "ouhh.." dimasukkannya perlahan-lahan .. "Aahh.." rintihku. Kupejamkan mataku menikmati. Oughh.. nikmatnya. Sedikit demi sedikit batangnya menembus lebih dalam. "Achh.. enakk..teruss ded.." Dedy menggerak-gerakkan badannya. Didorongnya perlahan.. "AAagghh.. yg cepat win.. yg keras.. " pintaku. Gerakannya berubah cepat. Dorongannya pun semakin keras, hingga badanku ikut terdorong. "Ooohh enakk.. teruuss.." kontolnya terasa nikmat. "Enak honeyyyyy..?" . "Iya.. teruss ded.." Aku semakin menggila, kakiku kuangkat dan kulipat mengelilingi pinggangnya. Kujepit lama tatkala Dedy mendorong masuk. "Ohh.." Gerakannya bukan hanya semakin keras tapi juga semakin cepat. Tubuhku juga semakin cepat bergerak mengikuti iramanya. "Aghh.. Sar, memiaw lo enakk.." kali ini bukan hanya eranganku, tapi juga erangannya. "Punyamu juga enak, honeyg.." <br />
<br />
Tak disangka, Dedy mencabut kontolnya dan mengubah posisiku ke doggy style. Sleebb.. kontolnya menembus memek gw yang basah kuyub. "Oughh.. ennaakk honeyg.." kuputar-putar pantatku mengimbangi permainannya. "Novih.. gila kamuu.."".. teruuss masukin memek gw. Yang keras ded.." Dedy semakin mengganas, erangannya pun tak kalah ganas.."Agghh.. memek lo novi..enakk.. enak ngentot sama lo honeyg..aghh.." kata-katanya sudah tak beraturan. Badannya terus bergerak. Mendorong kontolnya yg uenakk banget. Dikecupnya punggungku, diremasnya buah dadaku. Semakin membuatku ke puncak kenikmatan.. "Ded.. gw mau keluaar..""Tunggu honeyg.. tahan bentarr.." gerakannya semakin cepat dan semakin liar "Aghh.." erangannya semakin tak karuan. Semakin cepat, semakin liar.. gw semakin tak tahan.. "Ded.. " bersamaan.. jeritanku berpadu dengan jeritan keras Dedy.. "Achh.. gw keluar honeyg.. achh.." kurasakan cairan hangat membasahi memek gw berpadu dengan cairanku. Lemasnya lemasnya.. <br />
<br />
Tubuh Dedy memeluk erat tubuh gw dan gw menjatuhkan diri ke tempat tidur. gw balikkan badan ku yang masih telanjang bulat tanpa sehelai pakaianpu. Kupeluk erat tubuhnya " terima kasih cinta. sudah memuaskan gw." dedy mengecup kening gw! <br />
"Ternyata lo seperti yg gw bayangkan. Cantik dan liar di tempat tidur. gw suka banget! Kitapun berpelukan, lupa akan janji Kita malam itu, untuk makan malam bersama!hehehe…keenakan ngentot jadi lupa makan niCerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-68141571830888742712010-11-07T01:25:00.001+07:002010-11-07T03:29:27.575+07:00eksekusi smu perawan di warnetNamaku wawan,sekarang aku masih menyelesaikan kuliah di salah satu universita ternama di kotaku. Kejadian ini kualami ketika aku masih duduk di bangku SMA,dan aku melakukannya dengan tetanggaku sendiri, yang bernama tiya.Dari segi fisik dia memang cantik,dari raut wajahnya yang oriental, sampai ke lekuk tubuhnya tidak ada yang cacat apalagi payudaranya yang membuat semua laki laki yang melihatnya pasti menelan ludah.Ceritanya sex dewasanya begini,Ketika itu aku bersama tiya pergi ke warnet untuk mencari tugas, kebetulan kami sekelompok jadi kami mengerjakan tugas harus bersama. Ketika kami sampai di warnet kami langsung mengambil tempat masing masing dan mulai searching di om google tugas yang diberikan oleh pak guru <br />
<a name='more'></a><br />
<div align="justify">Setelah beberapa jam tugas yg ku cari telah terkumpul.Untuk menghilangkan jenuh,dengan iseng aku membuka situs situs porno.Karena keasikan aku sampai ngak sadar kalo tiya meperhatikanku dari belakan"Wahh lu ya di suruh cariin tugas malah nonton bokep "kata tiya.aku pun langsung nge respon" nona yg cantik tugasnya udah selesai jadi apa salahnya dong kalo gue nyantai dulu,klo lu mau ikut duduk ajah,ngak usah malu malu!! Kataku padanya,dan iapun mau.setelah selesai satu video kulihat dari raut wajahnya ternyata ia mulai terangsan oleh video tadi.Muncullah pikiran usil di benaku.Mula mula aku bertaanya padanya " Tiya video nya bagus ngak??"bagus jawabnya dengan santai.kalo gitu kita lanjutin aja videonya.tanpa ragu ragu ia pun mau.Jurus pertama aku langsung mengangkat tanganku dan ku sandarkan di pundaknya,dia pun tidak ngerespon"bagus kataku dalam hati" Jurus kedua aku langsung mendekatkan wajah ku dekat dengan wajahnya,dan menghembuskan nafas di telinganya,dia pun langsung meresponnya dengan langsung melumat bibirku. </div><div align="justify">kebetulan warnet tersebut biliknya berbentuk kamar kecil dng ukuran 150 X 150M,dan ada pintunya,jadi aku lebih leluasa untuk bermain di dalamnya pikirku dalam hati.Beberapa lamanya ia melumat bibirku,aku pun memcoba membuka bajunya,dan ahha!!!,ternyata ia tidak marah.kugunakan kesempatan ini untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.setelah kubuka bajunya kini branya yang kubuka,dan terlihat payudaranya yang montok,kencang,dengan puting berwarna merahmuda.Akupun langsung menghisap payudara kanannya,sementara itu,tangan kiriku meremas remas yang sebelah kirinya.Setelah puas bermain yang di atas,kini aku mulai membuka celananya,tapi dia menolak"pank gue masih virgin,lu mau bertanggung jawab dengan apa yg akan lu lakukan terhadap gue.dengan eteng ku jawab YA!.Akhirnya ia pun mau. wawan ,lo nggak adil,masa dari tadi lu saja yang main,katanya merasa tidak adil.Oke lah kalo begitu lo pernah ngak mengoral kontol cowok.kataku padanya.belum,jawabnya,kalo begitu sekarang lu oralin kontol gue.Tanpa ragu ragu ia pun langsum mengoral kontol ku yang sudah tegang.sekitar 6 menit ia mengoral kontolku,aku merasakan maniku akan keluar.rasasanya aku ingin berteriak,tapi aku takut akan kedengaran oleh orang lain,tapi aku pun berpikir ah tidah mungkin,kan disini musiknya kencang jadi jika aku berteriak tdak ada yang akan mendengar.Akhirny aku menumpahkan hormonku di dalammulutnya,dan iya menelannya hinga tidak ada sisanya.anehnya setelah itu kontolku tidak langsung layu,tapi malah menantang tegangnya.Aku pun langsung menyuru tiya untuk duduk di atas meja yang tidak begitu besar,dan akupun siap bertempur.</div>Mulamula aku menggesek gesekkan kepala kontolku di bibir vagina nya,kemudian aku mulai menyodoknya kedalam.terdengar teriakan kecilnya"uuuwwwh..."kusodokan lebih dalam lagi,dan"slop"begitu bunyi memek perawannya,dan dia pun ber desis"ahhh...."kemudian aku parkirkan kontolku di dalam memeknya,untuk membiasakan otot otot kontolku didalamnya.sekitar 1 menit,aku pun langsung menyodoknya secara berlahan tapi pasti.Semakin lama semakin cepat,dia pun hanya bisa bertereriak"ooooohh....aaahhhhhh....uhhhh.setelah capek dengan gaya tersebut aku langsung duduk di kursi,dengan tanpa di perinta ia pun langsung duduk tepat di atas kontolku,dan dimasukannya kontolku di dalam memeknya,dan ia mulai memompanya."awwwwwwhhhh owhhhhhhh uhhhhhh" shshsss Awwhwwwwhhh begitulah suarah yang di keluarkannya.setelah kurang lebih 15 menit ia berkta"say gue mau keluar "ok oke,tapi kita keluarnya barengan aja,gue juga udah mu keluar,dan crot crot crot, maniku tumpah di dalamnya,bersamaan dengan darah perawannya.setelah itu aku langsung berpakaian kembali,dan membersihan darah,dan mani yang tumpah di lantai.Akhrnya sekitar pukul 06.30.malam aku pulang dengan hati gembira karena baru menikmati perawan cantik.Dan mulai hari itulah aku jadian dengannya,dan sering melakukan hubungan tersebut,bahkan pernah di perpustakaan sekolah.Cerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-61073129094028951702010-11-07T01:24:00.001+07:002010-11-07T03:29:43.926+07:00sex party bertukar pasanganKami adalah pasangan suami istri yang bahagia dalam perkawinan kami dan sama sama saling mecintai, tetapi dalam kehidupan sex, kami pasangan yang open-minded alias tanpa prasangka, dan suka mengexplor gairah sex kami. Gw merupakan seorang istri dengan seorang anak yang masih kecil. Umur gw maih belia yaitu 27 tahun!hihii… namun diusigw ini body gw masih termasuk kategori sexy dan montok dan Suamiku umur 29 tahun, belakangan ini kami telah melgwkan tukar pasangan dengan pasangan lain, dengan hasil yang merangsang selera libido sex kami. Pada saat gw disetubuhi oleh pria lain gw sengaja memperlihatkan kontolnya lelaki itu masuk dalam liang memek ku, dan itu membuatnya on dan terangsang sekali, dan juga pada saat kuoral kontol dengan nafsu dan menyemprot spermanya di mulutku atau dimuka gw. Tapi sebaliknya gw juga nikmat melihat dia di oral ama cewek lain. <br />
<a name='more'></a><br />
Pada hari sabtu teman business suami gw namanya Anton ulang tahun yang ke 27, dia tergolong pria muda yang cepat melejit menjalankan usahanya. Mengadakan pesta ulang tahunnya di sebuah diskotik ternama dan terkenal di jakarta, dia mengundang kami dan beberapa teman dekatnya, juga rekan bisnisya. Ada beberapa dari mereka yang kami kenal, ketemu beberapakali, pada saat gw menemani suami sgw kerja. Mereka masih ter golong muda yang paling tua umur 31, seperti Alit 25 tahun tampan tubuh atletik juga di undang. <br />
<br />
Hari sabtu gw mempersiakan diri gw agak sexy untuk hangout ntar malam, dengan mengunakan rok mini berwarna merah menyala dan agak transparan dan celana dalam jenis G-string yang matching, kucukur bulu memek gw sampai halus agar tidak kelihatan keluar dari G-string dan memakai minyak wangi agar badan berbau wangi dan exotic gw siap untuk hangout. Begitu suami melihat gw berhenti sejenak dengan expresi terpesona, wah wah gwng lo kelihatan sexy sekali malam ini. Gw senyum sambil mengoda dia dengan bungkuk dan mengoyangkan pantat gw yang sexy kekanan kekiri kaya penari striptise, dan berkata “mau gwng” he3 <br />
<br />
Dan kita berangkat dan tiba di TKP, dan kamipun segera menuju keruangan yang telah dibooking Anton. Saat kami masuk ruang yang exclusive itu, dengan sofa yang kelihatannya nyaman, dan para tamu sudah datang termasuk Alit yang membawa pasangan dia Wulan berumur 20 tahunan, tubuhnya sangat sexy dengan bentuk payudara yang menonjol ukuranya sekitar 36 B dan muka yang manis dan sangat cantik, Wulan memakai rok mini coklat dengan sepatu hak tinggi coklat. Tapi aneh gw merasah semua laki laki di situ memandang ke gw, dan gw merasa dilihat dari ujung kaki sampai ujung dada, kami di perkenalkan sama Anton kepada teman2 nya, Agus umur 24 thn tampang ABG banget cukup ganteng, Roni umur 30 thn dengan penampilam bersih dan rapi, dan tentu Alit yang sudah gw kenal sebelumnya! dia merangkul dan mencium pipiku, sambil membuatku terkejut tangan kanan dia meraba dan meremas pantatku tanpa sepengetahuan suamiku, itu membuatku malu, terangsang dan pipiku memerah. <br />
<br />
Tak lama kemudian cewek masuk dengan pakaian sangat sexy sepatu boot hitam yang tinggi selutut, dada membusung kedepan, dan berjalan dengan PD sekali bernama Putri (menurut gw Putri orangnya sangat liar, cantik dan centil), kata suamiku itu cewek stripper untuk mebuat malam lebih asik. Setelah semua duduk di sofa yang telah tersedia botol miniman dan gelas yang sudah penuh minuman. Alit bediri dan mengambil minuman yg dimeja dan bersulang untuk ulang tahunnya Anton, semua bertepuk tangan dan mengambil minuman, dengan lampu di padamkan sedikit agar remang remang, dan kami semua minum, Anton bilang “Habiskan yaaa” minumannya sangat terasa sekali alkoholnya. Dan setelah kami semua minum habis Alit tertawa sambil berkata “nikmati malam ini karena minuman itu telah dicampur Inek hadiah dari Anton” kami semua berseru mantabssss!!!. Saat itu juga lagu techno membuat suasana menjadi tambah hidup! <br />
<br />
Gak lama badanku merasa ringan tangan mulai dingin, dan perasaan enak dan horny mulai terasa emang setiap dikasi inex bawaan gw horney aja. Dan kamipun berdiri sambil berpelukan dan bergoyang dalam irama denyutan music yang ada. Baru terasa dada suami gw bergesekan dengan dada gw, membuatnya putingku berdiri tegak dan seirama dengan dada gw menyeterum ke memek ku mulai terasa basah. Tiba2 suami melepaskan gw untuk mengambil minum di meja. Sendiri gw bergoyang didepan dan serasa semua mata laki2 disitu melihat gw Alit, Agus, Roni, dan Anton, gwpun mulai bergoyang lebih erotis dan memeluk org didekat gw, tanpa sadar Putri sang stripper bergoyang dan merangkul gw, karena gw asik aja, kita berdua bergoyang erotis berdempetan dan tangan Putri berada didada gw yg berdiri on. Gw melihat suamiku lagi asik dengan Wulan meraba raba pantatnya sambil bergoyang diantara selangkangan Wulan dan Wulanpun memegang kepala suami gw didepan dadanya yang montok sambil digoyangkan. Gw pun tak perdulikan gw lagi didunia enak banget. <br />
<br />
Tak sadar kalau Anton mendekat dan gabung ama kita berpelukan sambil tangan kanannya berada di dalam rok mini Putri. Dan yang kiri memelukku dari pundak dan tangannya meremas remas dada gw dan gw sangat menikmatinya ! Anton meninggalkan kita dan tanpa gw sadar memberi aba aba ke Putri untuk mulai melepaskan pakaiannya (striptease), Putri mulai bergoyang lebih erotis didepan gw dan mengunakan tubuhku seakan akan gw cowok, dia melekuk lekuk sambil meraba tubuhku dari leher, ke dada, dan ke pantatku berulangkali dia lakukan itu Putri meminta gw untuk membuka kancing rok mini yang dia kenakan, dengan kondisi horny dan fly gw turuti, dan terdengar suara siul2 dari cowok cowok, sampai kancing terahir rok mini Putri kubuka dan sekarang kelihatan jelas BH berwarna hitam dan CD tembus pandang berwarna hitam yang memperlihatkan memeknya yang tanpa bulu sehelaipun. Dengan gaya erotis Putri menjilat, dan memilin dada gw dan putting ku dari luar rokku sambil bergoyang goyang erotis, sedangkan tangannya meraba raba pantat gw sambil menaikan rok miniku sampai terlihat G-stringku seirama denyutan music yang ada, dan sekali kali meraba memek gw dengan jarinya secara lembut dan erotis dari luar CDku (hal itu membuat memek gw on dan basah). Gw merasa sudah didunia nikmat dan gak perduli yang melihat gw. Gw berbalik untuk melihat suasana dan suamiku yang masih dengan Wulan, dia sedang meraba raba dada Wulan dari dalam BHnya dan tangan satunya berada diselangkangan Wulan sedang memainkan memeknya, kulihat suamiku sedang on berat dan horny banget kayaknya. <br />
<br />
Kembali gw menikmati goyangan serta rabaan Putri kepada tubuhku. ternyata Putri telah melepaskan BH dan CDnya dan bergoyang telanjang bulat, siulan kembali ku dengar dan membuatku lebih liar dan berani. Putri mulai melepaskan rokku dengan pelan dan lembut dan berhenti pada kancing yang didepan perutku, membuat BHku kelihatan bagi yang mau lihat dada gw, dengan cepat dan lembut Putri telah melepaskan kaitan belakang BHku dan BHku jatuh kelantai memperlihatkan dada gw yang Putri dengan putin yg sedang berdiri menunjukan betapa hornynya gw, dengan gerakan erotisnya Putri bergoyang dengan memainkan dada dan memilin putinku yang telanjang sambil diisep, dan dijilat dengan lembut, dengan tangannya bergerak untuk melepaskan rokku dari pundakku, dengan kenikmatan yang ku rasakan gw tidak memperdulikan rok miniku jatuh ke lantai, membuat gw topless dan bergoyang hanya dengan G-stringku. <br />
<br />
Gerakan Putri tambah hot dan erotis melekuk lekuk dan mengerakan pinggangnya seolah olah dia lagi fishing gw, dan tambah ganas Putri mengisep isep dada gw dan tangannya mengelus elus vagina gw sambil jarinya keluar masuk, dia tahu betapa basahnya vagina gw, yang sudah keluar lendir menembus G-stringku. Gw buka mata gw gw melihat Alit berada di belakang Putri dengan tangan yang bergerilia ke dada dan memeknya, dan mencium Putri dengan lidah dijulurkan kemulutnya yg disambut juga dengan lidah Putri didepan mata gw. Gw termenung melihat mereka sampai gw tak sadar kalau Putri melepaskan G-Stringku, yang membuatku telanjang bulat dan bergoyang, gw segera melihat reaksi suamiku yang ternyata dia lagi sibuk sendiri dengan Wulan yang sekarang juga tidak memakai sehelai pakaianpun, dan lagi mengoral suamiku sambil mengocok kontolnya, dan Agus pun menunggu giliranya <br />
<br />
Tiba tiba gw terkejut dengan sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh memek gw, gw berbalik dan melihat kepala Putri berada diselangkanganku dan menjilatin memek gw sedangkan Alit memelukku dari belakang sambil meremas dada gw. Putri dan Alit mengiring gw ke sofa dan sampai di sofa mereka melanjutkan menjilatin vagina gw dan Alit mengisap dan menjilat dada gw, kenikmatan menerpa tubuhku, tiba tiba gw merasa ada org duduk di sebelah kanan dan kiriku, <br />
<br />
Ternyata Anton dan Roni. Roni melihat sambil meraba raba dada gw yg satu lagi, gw malu, terangsang. dikelilingin tiga cowok sambil diisepin vagina gw oleh Putri, gw mendesah keenakan. Posissi Putri digantikan oleh Anton yang sekarang menjilatin vagina ku uhhh….. nikmat banget rasanya! Rangsangan yang hebat gw rasakan dari dada yg diisep 2 cowok dan vagina gw yang basah dan horny dilahap abiz oleh mr Anton. Desahanku membuat para cowok memperlakukan gw lebih liar. Putri ke sebelah Roni dan melepaskan pakaiannya sambil mengoral kontolnya sampai ngeceng, dan berikutnya Alit dan Anton, sampai mereka semua tenlanjang bulat, ku lirik kontolnya Alit begitu tebal dan panjang 17 cm, Anton 19 cm dengan ketebalan yg sama, lalu gw meraba punya Roni karena gw tidak dapat melihatnya, ternyata lebih besar dari semuanya dan tebal sekali sampai jariku tidak dapat melingkari kontolnya, Anton memasukan jarinya kedalam vagina gw sambil clitorisku diisep dan dijilat membuat badanku bergetar dengan maut gw keluaaaaarrr …..ohhhhhh……. ahhhh….. cairan hangatku mengalir keluar dari vagina gw terasa tak henti hentinya mengalir keluar, semua terkena mulut Anton yang melahap dan menjilatin semua cairanku yang keluar. Anton memberi gw waktu untuk menikmati orgasmeku sebelum dia mengarahkan kontolnya ke vagina gw dengan pelan dia masukan kontolnya, sampai kontolnya masuk semua baru dia maju mundurkan kontolnya membuat gw mengikuti irama yang nikmat dia buat. <br />
<br />
Anton mendorong pinggangnya kedepan agar kontolnya masuk semua ke vagina gw. Dengan tak sabar Alit berdiri dan mekangkangi muka gw sampai kontolnya didepan mulutku, dan kuraih dengan nafsu dan kumasukan kontolnya kedalam mulutku, kulirik ke kiriku untuk melihat Roni, entah kemana Roni tetapi sudah tidak berada di sampingku lagi, Putri memainkan dada gw dengan tangan dan mulutnya. sambil kontol Alit kuoral dan ku jilat bolanya sampai ujung kontolnya, sambil kontol Anton dalam vagina gw yang membuatku terangsang, seirama dengan jilatan Putri yg lembut di dada gw membuat gw mendesah aaaahhh….aaaahh…aaahh…, dan mebuatku lepas kendali, fuuuu..ckk…meee…fuuuuck…me.. Teeeddy… dengan gw mengerang membuat Anton nafsu dan menyodok vagina gw dengan keras dan badanku mulai bergetar lagi dan Arrrrrggg….. Arrrrrgg… aaahhhh….aaahhhh… kupegang pantat Anton dan kutarik kedalam agar kontolnya masuk lebih dalam lagi ke vagina gw…..oooohh…oooohhhh…Arrrrrgggg…. aaaah…..aaahhh…uuuhhhh… badanku bergetar getar dengan hebat. Melihat gw keluar Anton meyusul gw tahu dari denyutan kontolnya dalam diriku…tak lama Oooooo..... Oooohhhh.. akkk…uuu.. keeee…luaaa…rrr. Dia mencabut keluar kontolnya dan ternyata Putri telah menunggu dan Anton masukan kontolnya kedalam mulut Putri untuk menyemprotkan air maninya Aaaaa……hhh….aahhh….ahhh.. ooo… oooohhhh. ..banyaknya air mani yang keluar di mulut Putri sampai keluar kepipinya dan sisanya ditelan habis. Kebanyang olehku kenapa Anton tidak mengeluarkan dimulut gw (padahal gw belum pernah), Tapi minuman dan inek itu mebuat gw berbuat hal yang belum pernah gw inginkan sebelumnya dan sekarang gw sangat menginginkan. Sambil melamunkan tentang air mani Anton, tak sadar kontol Alit yang sedang ku oral dengan nafsu, sedang berdenyut denyut siap menyemburkan air maninya, gw terkejut tiba tiba Aaaa…hhhh….. Ooohhhh….ooohhh… giiiii…lllee… gw keluuuuuuuaarrr…..croooot…..crooot… mulutku dibanjirin air mani Alit, menyembur dengan keras ketongorokanku membuat gw batuk batuk, dan Alit mendorong kontolnya lebih dalam sambil memegang kepalgw sampai habis air maninya didalam kemulutku semua, banyak air maninya sampai sebagian tumpah ke sofa dan dada gw. Lemas lah Alit bersandar disebelahku. Kenikmatan pertamgw merasakan air mani keluar dimulutku membuat gw lupa sesaat akan suamiku, ternyata dia sedang duduk asik telanjang di oral oleh Putri dan kontol Agus dari belakang menyodok memeknya Putri dengan irama yang cepat celaaap…. ceeeeplok… celaaap…. Ceeeplok…. Terdengar suaranya. <br />
<br />
Gw mengambil minumku dan menuguk minumanku, lalu gw dengan setengah sempoyongan kekamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai gw kembali ke sofa dan minum sedikit lagi mereka santai asik minum2. sambil bergoyang telanjang. Gwpun bergabung dengan mereka di lantai bergoyang. Sambil menikmati denyutan lagu house music, gw masuk ke dunia kenikmatanku sendiri, Dan rasanya pada saat itu ingin memeluk semua orang yang hadir. Gw mengenali wajah-wajah yang ada namun pikiranku kosong. Gw pPutri bergoyang di atas meja, dan gw bergoyang erotis seolah gw stripper yang hot. Dengan menyambut tangan tangan yang meraba raba setiap lekukan tubuhku yang membuatku sangat horny lagi. dengan jari, lidah di vagina gw dan dada gw tubuhku merasa nikmat.<br />
Wulan naik keatas meja dan bergoyang bersamgw, goyangan kami seperti sepasang lesbi yang sedang terangsang. Wulan memasukan jarinya ke vagina gw dan lidahnya menjilatin dada gw dengan erotis sekali, tak lama Putri bergabug diatas meja dan kami bertiga kelihatan wanita lesbi yang hot dan heboh dikelilingi Alit, Roni, Anton, Agus, dan suamiku. Putri mengajak turun ke sofa dan gw terlentang diatas sofa dengan kaki dibuka lebar membuat akses yang mudah bagi Putri melahap vagina gw dan clitorisku, Anton menyuruh Wulan menduduki mukgw dengan gw ahirnya merasakan rasa memek wanita untuk pertama kali. <br />
<br />
Memek Wulan yang basah terasa asin, gurih, sedikit amis tapi tak tahu kenapa gw menikmatinya dan melahap memeknya dengan nafsu. Keahlian Putri menjilain clitorisku membuat gw mendesah. dan memegang kepala Putri dan mendorongnya ke vagina gw yang berdenyut denyut. Lidahnya dimasukan dalam memiawku membuat tubuhku bergetar keenakan tubuhku bergoyang maut merasakan Orgasme dari Putri keluarlah cairanku kemulut Putri yang mungil, dan bersamaan Wulan mendesah Auhhh….. Arrrggggghhhhhh…oooohhhhhhh cairan Wulan keluar dimulutku dan Wulan menekan memeknya kemukgw sampai hampir gw gak bisa bernafas, memaksakan gw menelan semua cairannya yang keluar dari memeknya, dan gw menelan dan mejilat memeknya sampai habis! Gw merasa sangat happy, horny, dan nikmat. Gw melihat para cowok (termasuk suamiku) memandangku sambil berbisik bisik. Kemudian Agus dan Roni menghampiri gw yang sedang terlentang telanjang bulat dapat mereka melgwkan semau mereka dan gw akan menikmatinya. Roni dengan kontolnya yang besar dan panjang berhenti didepan mukgw, Agus menyusul dan juga berhenti depan mukgw dengan kontol yang setengan berdiri. Suamiku meraih kedua tanganku dan menaruhnya dikedua kontol didepanku sambil mengedipkan matanya seolah gw harus melayani mereka. Dalam kondisi horny gw kocok sambil kutarik kontol mereka lebih dekat mulutku, ku oral secara bergantian, hanya kontol Roni lebih gw perhatikan, karena tak sabar gw mau merasakannya dalam vagina gw. Gw melihat suamiku, Wulan, Anton, Alit, dan Putri duduk mengelilingi gw, Agus dan Roni seolah menonton film porno, dan gw akan menyajikan tayangan yang seru bagi mereka. sambil bermain oral satu sama lain, tetapi pandangan mata mereka tertuju kepadgw melayani 2 cowok. Ku jilat bola Roni dan kusedot masuk kemulutku berulangkali hingga Roni mendesah Oooo… oooohh….. Aaaah…, dan kujilat batang kontolnya hingga ujung lobang baru kumasukan kemulutku, panjangnya kontol Roni hanya bisa setengah yang masuk ke mulutku.<br />
<br />
Kontol Agus kuperlgwkan sama dan diapun mendesah aaaa… Aaaahhh…. u uuuu…. Uuuuhhh.. tepuk tangan dari penoton claap….claapp… Hebat…Hebat.. membuat gw malu dan sangat terangsang secara bersamaan. Dada gw diremas remas dan putinku dipilin pilin oleh mereka berdua, yang memberiku sensai dan nafsu mengkulum kontol mereka. Jari Roni meraba sambil memasukan jarinya kedalam vagina gw yang hangat membuat gw mendesah ooooo…. Uuuuu….. aaaahhhh…., gw baru sadar kenapa lampu dalam terang sekali hanya dimana gw bermain dengan Roni dan Agus, seolah gw di atas panggung teater dan dikelilingi penonton. Mukgw memerah sebentar karena malu, tapi tubuhku yang horny banget mengalahkan maluku. Agus pPutri duduk di dada gw sambil kuoral, dan Roni diselangkaanku memainkan mengisap vagina gw sambil jarinya masuk keluar. desahanku yang keluar dari birahiku dengan tak sadar gw mendesah. Lagi2 tepukan tangan dari penonton bersuara dengan keras. Jilatan Roni membuatku meram melek dalam kenikmatan yang gw salurkan kekontolnya Agus yang sedang kusepong sepong dengan ganas. Gw merasa ujung kontol Roni berada didepan lubang vagina gw siap memasukannya, dengan pelan kepala kontolnya memasuki liang vagina gw, dan terasa amat besar masuk kepala kontolnya terasa sedikit sakit dan penuh vagina gw diisi kontolnya keluar suara dariku saat itu dengan pelan dia masukan semua sampai mentok dalam vagina gw yang merasa sangaaat penuh sekali. <br />
<br />
Gw berhenti mengoral kontol Agus dan merasakan kenikmatan kontol Roni yang sedang keluar masuk vagina gw dengan lembut dan pelan. Kenikmatan yang luar biasa kurasakan dalam liang vagina gw, dengan penuh nafsu kupegangang pantatnya Roni dank ku atur tempo keluar masuk kontolnya lebih cepatdesahan dan keliaranku keluar tanpa kusadari, dan tepuk tangan serta kata fish dia Roni ent*tin dia yang kencang dari penonton yang bergairah melihat gw di genjot oleh ****** Roni. Wulan menghampiriku dan gw dibalik dan diminta untuk nungging doggie style dengan Wulan dibawahku menjilat clitorisku yang sangat sensitive, dan Agus duduk di sofa depanku sambil kuoral, Roni kembali masukan kontolnya ke dalam vagina gw dari belakang. Kenikmatan yang belum gw merasakan melanda tubuhku, kenikmatan kontol dimulutku, vagina gw, clitorisku dijilatin sambil kontol yang besar keluar masuk vagina gw keliaranku mengambil alih! masukin Kontolmu yang lebih dalam dengan irama yang cepat membuatku Orgasme yang luar biasa dan tak bisa kutahan lagi bergetar, dan mengejang kejang, tubuhku sampai harus di pegangi Roni sambil dia menyodok dengan keras memasukan semua kontolnya ke dalam vagina gw, dan dia tahu gw sedang orgasme dia berhentikan agar gw dapat menikmatin orgasmeku. <br />
<br />
begitu kontol Roni dicabutnya, keluarlah cairanku dengan deras sekali ke mulut Wulan yang sedang menunggu, karena tubuhku bergetar sebagian masuk mulutnya, pipinya, hidungnya. Dan Wulan membersihkan semuanya sampai habis. Desahanku masih tak dapat ku kontrol karena lidah Wulan yang hangat dan lembut menyentuh clitorisku berkali kali … oooo…. Oooo…hhhh.. ooohhhhh… Giiiiilleeeee… aaaaa……aahh. Kontol Agus dimulutku kulumat habis, kusedot sedot dengan irama yang cepat keluar masuk mulutku. Sambil gw menikmati orgasmeku, Selesainya Wulan membersihkan vagina gw, Wulan berdiri disampingku menjilat dada gw sambil memijat bola Roni yang sedang kembali mengenjotku vagina gw kembali dengan irama yang sama cepatnya, sambil kontol Agus yang ku kelum dengan biji pelirnya Agus berayun ayun mengenai daguku. Dan suara biji pelir Roni yang menghantam memiawku ceelllakkk….ceeeeplloook… kenikmatan dalam tubuhku yang tiada habisnya membuatku tak tahan lama. Tubuhku mulai menegang sensai kenikmatan melanda tubuhku vagina gw terasa tersetrum, mulutku terasa penuh dengan kontol Agus, dada gw terasa geli nikmat dengan sekali kali gigitan sensai diputinku yang di lgwkan Wulan, bergetarlah tubuhku lagi gw! Tak lama Orgasmeku terulang lagi tapi yang ini lebih lama dan panjang!nafasku tersendat sendat. Ku rasakan Roni menyodok yodok gw dengan irama lebih cepat dan akhirnya crooooot… crooottt.. dia keluarkan air maninya di pinggangku dan meleleh kebawah sampai lubang pantatku terasa hangat. Kontol Agus ku kocok kocok dengan irama cepat sambil kubuka mulutku menanti yang air mani keluar dari kontolnya si Agus. melihat mulutku menunggu membuat Agus sangat terangsang! menyembur air mani Agus mengisi mulutku yang menunggu. Sambil dia kocok kocok sendiri kontolnya dia masukan kembali kemulutku dengan berkata ...“masukin semua” ...perintahnya kepada gw, dia masukan dalam sekali kemulutku semuanya sperma kutelan habis, membuatku tersedak sedak. sentakan keras yang disertai semburan cairan hangat gurih di tenggorokan ketika 2-3 menit dia mengosongkan kontolnya di mulutku.<br />
<br />
cerita sex party bertukar pasangan mungkin pengaruh miras sama inex atau memang gw menikmati sensasi seks dengan pria lain, membuat rasa spermanya begitu enak sekali ketika kutelan. Lemaslah kita berempat dan gw pun istirahat disofa terlentang. Suamiku membantu mengenakan pakaian gw karena tak terasa sudah jam 4 pagi dan pesta sudah mau berahir. Anton menghampiri dan berkata “ kamu sexy dan hot banget gak salah gw memilih kamu sebagai hadiahku malam ini ” thank U sambil mencium gw dengan mesera dan lidahnya bergelut dengan lidah gw. Lalu dia masukan jarinya kedalam vagina gw untuk terahir kalinya dan memasukan kedalam mulutnya untuk merasakan air maniku sambil tersenyum puas. Dan akhirnya kami semua meningakan ruangan itu kakiku sudah ga mampu lagi melangkah kerana abis digilir semalaman ama teman teman suami gw dan pengalaman indah ini tak akan pernah gw lupakan kerana kenikmatan malam itu sangat perfect banget!Cerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-14610966019789554212010-11-07T01:22:00.003+07:002010-11-07T03:29:58.752+07:00Ngentot Tante Seksi punya si Bos<div align="justify">Namaku Eko ( kali ini nama asli). Aku tinggal di kota Mataram Lombok. Ceritaku ini terjadi pada tahun 2007 silam. Pada waktu itu aku kuliah di sebuah di salah satu Perguruan Tingi Swasta di Lombok. Aku ambil cuti kuliah untuk bekerja di sebuah radio swasta yang sudah terkenal di kota itu. Waktu itu aku bekerja sebagai kru produksi. Pekerjaannya sangat sederhana yaitu merekam lagu, membuat iklan radio, dan mempersiapkan segala hal yang sifatnya off-air. Pemilik radio itu namanya Bapak Wirata! Dia mempunyai istri yang sangat cantik. Aku biasa menyebutnya dengan Ibu Diah, .Ibu Diah tingginya kira-kira 175cm, bahkan lebih tinggi dari suaminya. Ibu Diah bekerja di sebuah perusahaan swasta di Lombok. Sejak pertama kali bekerja di radio itu, aku udah jatuh cinta ama Ibu Diah untuk pertama kalinya. Ibu Diah ini sangat cantik, mungkin sensual. Tinggi kira-kira 170cm, Payudaranya tidak besar, sama sekali tidak besar. Tapi justru payudaranya yang kecil itu yang membuatku sangat penasaran. Aku selalu terobsesi dengan payudara yang kecil!hihihii..</div><a name='more'></a><br />
<div align="justify">Suatu ketika ibu diah menyuruh aku ke rumahnya untuk memperbaiki komputernya yang rusak.Sesampai di dalam rumah aku tidak menemukan siapa pun. Dimana Mbak Diah, pikirku. Kulangkahkan kakiku ke ruang tengah. Kosong juga. Wah, di mana nih. Perlahan aku berjalan ke dapur sambil berharap ketemu dengan sang idola. Kalo udah pada tidur ya aku pulang aja. Sampai aku dikejuntukan oleh sepasang tangan yang melingkar dipinggangku dari belakang.<br />
"malam ini temenin Mbak ya", terdengar bisikan di telingaku.<br />
Tanpa basa-basi aku segera memutar tubuhku dan di depanku telah berdiri Mbak Diah dengan paras yang sangat cantik. Wajah Mbak Diah persis di depanku. Hidungku nyaris bersentuhan dengan hidung Mbak Diah. Terasa hangat di wajahku ketika Mbak Diah menghembuskan nafas. Aku benar-benar dibuat terpesona. Mbak Diah sudah berganti pakaian dengan kimono warna pink. Matanya sayu menatapku. Entah keberanian dari mana yang mendorong wajahku sehingga bibirku mengecup lembut bibir Mbak Diah. Tidak ada perlawanan dari Mbak Diah. Bibirku terus bermain di bibir Mbak Diah beberapa lama. Kurasakan tangan Mbak Diah membuka lembut kemejaku. Aku mencoba melingkarkan tanganku di punggung Mbak Diah. Kuusap perlahan punggungnya sambil terus memainkan bibirku. Lidahku mulai menerobos masuk ke dalam mulut Mbak Diah. Bibir Mbak Diah lembut sekali, wangi dan itu membuatku semakin bernapsu.</div><div align="justify"><br />
Lidahku semakin liar bermain. Kuciumi lagi bibirnya, hidungnya, matanya, keningnya, pipinya, dagunya. Dan semuanya terasa lembut. Napas Mbak Diah semakin memburu. Tanganku bergerak ke bawah mencari2 tali kimono. Setelah ketemu, kubuka talinya pelan. Ketika berhasil kulepaskan, kimono tersebut merosot jatuh ke lantai, Kumundurkan tubuhku dan nampaklah pemandangan yang sangat indah yang sering kubayangkan selama ini. Mbak sudah tidak memakai bra dan cd. Payudara yang selama ini hanya ada dalam imajinasiku kini terpampang jelas di hadapanku. Tampak puting yang kecil berwarna coklat dan merah muda pada ujungnya. Bener-bener sesuai ama selera dan harapaku. <a href="http://situsgadisbugil.com/" style="color: black;" target="_blank">Payudaranya kecil</a>, mungkin ukuran 34a. Tapi aku suka banget ama yang segitu.<br />
"Eko Kenapa berhenti?", ucapnya lirih seraya matanya yang sayu memandangku. Tanpa pikir panjang kuhampiri Mbak Diah dan berlutut di depannya. Aku membungkuk dan mencium lembut jari kaki sebelah kirinya sementara tangan kananku membelai lembut betis kanan Mbak Diah. Yang kudengar saat itu hanya lenguhan nikmat dari Mbak Diah. Kudongakkan kepalaku menatap Mbak Diah. Mbak Diah hanya menatapku sayu dengan nafas yang memburu. Kuarahkan perhatianku lagi ke bawah. Kuciumi lagi kaki kiri dan kanan berganti sementara tanganku mengusap lembut betisnya. Mbak Diah terus mendesis sampai suatu saat Mbak Diah hampir terduduk karena menahan kenikmatan dari ciuman dan belaian di betisnya. Aku bangkit dan kusandarkan tubuh Mbak Diah di tembok dapur dengan posisi tubuh berdiri. Aku berlutut lagi dan kini yang menjadi sasaranku adalah pahanya. Kuciumi pelan paha kanan Mbak Diah. Tangan kanan Mbak Diah mencengkeram tembok. Kuciumi terus mulai dr atas lutut sampai mendekati pangkal pahanya. Tercium aroma yang membuatku semakin mabuk asmara ketika menciumi sekitar pangkal paha. Mbak Diah berusaha mengatupkan pahanya tapi aku menahannya dengan kedua tangan supaya tetap terbuka. Ciumanku pindah ke paha yang kiri sementara tangan kananku bergerak ke atas ke wilayah perut dan mengusap pelan dengan ujung jariku. Mbak Diah semakin mendesis tidak karuan.<br />
"Oh... Eko... Shh... sh..."<br />
Ciumanku terus naik mendekati pangkal pahanya. Dengan gerakan sedikit menyentak kurenggangkan lagi paha Mbak Diah.<br />
Oughhh... Mbak Diah melenguh panjang menerima perlakuanku yang tiba2. Kupandangi sejenak gundukan di depanku. Jembutnya lebat sekali dan baunya wangi. Sambil tetap memegangi kedua lutut Mbak Diah, kujulurkan hidungku menyapu jembutnya. Tubuh Mbak Diah bergetar menerima sapuan hidungku. Tampak samar belahan daging dan kucoba menjilat pelan membelah hutan jembut yang lebat itu.<br />
"Ouhh... Eko...", tangannya meraih rambuntuku dan menjambak pelan. Lidahku terus menjilat mencari-cari daging nikmat. Kurasakan ada cairan menempel dilidahku. Gurih terasa di muluntuku. Muluntuku pun mulai menghisap gundukan indah Mbak Diah.<br />
"oh... Sshh... Sshh... Eko... enak banget kooooo...", desah Mbak Diah. Desahan itu membuatku semakin ganas. Kontolku sudah tegang dari tadi tapi aku ingin bermain dengan Mbak Diah. Hisapanku di memek Mbak Diah semakin liar. Sementara Mbak Diah meliuk-liuk menerima serangan di memeknya.<br />
"Eko.. Kamu kok pinter banget sih...", kata Mbak Diah manja. Aku hanya tersenyum aja mendengarnya.</div><div align="justify">Perlahan ciumanku naik ke perut Mbak Diah. Tidak lama di situ aku berniat untuk langsung menyerbu payudara Mbak Diah. Aku segera bangkit. Kupandangi sejenak payudara Mbak Diah yang sedari tadi belum kusentuh sama sekali. Lalu kupandangi wajah Mbak Diah, titik2 keringat bermunculan di keningnya. Kumajukan wajahku ke arah payudara Mbak Diah, tanpa mengalihkan pandangan dari matanya. Sampai di payudara yang sebelah kiri kukecup pelan putingnya. Mbak Diah mendongakkan wajahnya menerima sensasi kecil di putingnya. Kukulum puting payudara kiri Mbak Diah. Terasa hangat di dalam muluntuku. Mbak mulai mendesis lagi.<br />
"terusin kooooooo... terusin",<br />
Aku semakin gencar mengulum puting payudara Mbak Diah. Sesekali kusedot dengan keras.<br />
"Ahh.!" Mbak Diah berteriak kecil.<br />
Aku melirik ke payudara yang sebelah kanan. Segera kuarahkan bibirku ke puting kanan. Perlakuanku beda kali ini. Aku menyerbu payudara kanan Mbak Diah dengan sangat liar sementara tangan kananku memegang dengan kuat payudara yang kiri. Menerima perlakuanku yang berubah drastis, Mbak Diah berteriak keras dengan menggoyangkan kepalanya kiri kanan. Keliaranku itu bertahan selama 10 menitan sementara kontolku sengaja kugesek-gesekkan ke memek Mbak Diah.<br />
Mbak Diah terus menerus meracau. Tidak jelas apa yang diucapkan. Aku sudah tidak tahan lagi. Segera kubalik tubuh Mbak Diah kupaksa untuk menungging. Mbak Diah menahan tubuhnya dengan tangan di tembok. Kuarahkan kontolku ke memek Mbak Diah. Pelan aku coba menerobos liang memek Mbak Diah. Agak susah juga mencari posisi lubang vagini Mbak Diah. Setelah beberapa saat akhirnya kontolku sudah berada dalam jepitan memek Mbak Diah.<br />
"Mbak..." aku menahan sebentar kontolku. Mbak Diah melenguh panjang.<br />
"ouhh...hss...koooooooooo..."<br />
aku segera menarik kontolku pelan sampai tersisa kepalanya dalam memeknya. Lalu kutusuk lagi dengan gerakan cepat. Mbak Diah lagi-lagi melenguh panjang. Kulakukan berulang kali sampai 15 menit. Tanpa berganti posisi aku percepat gerakanku. Tanganku kubiarkan bebas menggantung. Kontolku terus kupacu di dalam memek Mbak Diah. Sampai suatu ketika tubuh Mbak Diah mengejang hebat dan Mbak Diah melolong hebat merasakan orgasme pertamanya. Tubuh Mbak Diah bergetar beberapa saat. Aku harus menahan tubuhnya karena seperti mau terjatuh ke lantai. Sebenarnya aku juga sudah hampir sampai tapi sekuat tenaga aku bertahan. Aku tidak mau permainan ini cepat selesai.<br />
Kudiamkan sebentar kontolku di dalam memek Mbak Diah dan membiarkan Mbak Diah mengatur napasnya, menikmati orgasmenya.</div><div align="justify">Beberapa saat kemudian, aku melanjuntukan lagi serbuanku ke memek Mbak Diah.<br />
"Oh...uh...oh...uh", suara Mbak Diah keenakan.<br />
"Ko, enak banget", tambahnya lagi. Tangan kirinya meraih tangan kiriku dan meletakkannya di payudaranya. Sensasi di dua wilayah sensitifnya membuatnya buk diah ga semakin ga karuan. Sodokanku di memeknya kupercepat sementara tanganku semakin kuat di payudaranya. Akhirnya, aku mengeluarkan senjataku yang terakhir. Tangan kananku yang bebas kuarahkan ke lubang anusnya. Kuludahi anusnya dan kuusap keras bagian anus Mbak Diah. Sekarang 3 bagian sensitifnya habis aku garap. Mbak Diah semakin menikmati permainanku. Kepalanya terayun-ayun menambah keseksiannya. Badannya terus terguncang-guncang menerima sodokan kontolku. Aku pun mulai kacau merasakan sensasi di kontolku.<br />
"Mbak, enak banget Mbak", kataku?<br />
"heh...uh... terusin ko. Ahh..."<br />
Jariku mencoba menerobos ke liang anus Mbak Diah. Aku tidak berani terlalu dalam. Takut menyakiti Mbak Diah. Kontolku terus menghunjam di memek Mbak Diah. Sampai akhirnya aku merasakan gelombang sangat kuat yang siap menerobos keluar dari kontolku.<br />
"Mbak... Aku dah mo keluar Mbak... Mphhh..."<br />
Iiiiyyaaaa ko... mbak juga... aaayooo koooo..."<br />
Kupercepat gerakanku. Kontolku terus menerobos memek sampai akau tidak kuat lagi menahan gejolakku...<br />
Croot...croot...croot... Ah... Ah... Ah...<br />
Gerakan kontolku kuhentikan di dalam memek Mbak Diah. Dan tubuh Mbak Diah pun bergetar sangat hebat. Tangan kirinya mencengkeram tangan kiriku yang bermain di payudaranya dengan sangat kuat.<br />
"AHHH...ekooooo", teriaknya memenuhi ruangan dapur.<br />
Kujatuhkan kepalaku ke punggung Mbak Diah. Kutarik kontolku pelan-pelan, dan kuhunjamkan lagi ke dalam memek Mbak Diah tapi dengan gerakan yang sangat pelan. kedua tanganku memegang lembut payudara Mbak Diah. Nikmat banget. Sumpah nikmat banget. Kuciumi pelan punggung Mbak Diah sementara Mbak Diah ga tahan menerima orgasmenya.<br />
Setelah beberapa saat, aku tetap membiarkan kontolku bertahan di dalam memek Mbak Diah. Lalu, pelan-pelan kutarik kontolku. Mbak Diah melenguh merasakan gesekan pelan di memeknya.<br />
"Mbak... Nikmat banget. Mbak cantik sekali", bisikku pelan.<br />
"Eko... Kamu hebat. Hhh...mbak nggak ngira kamu mau ama mbak", katanya sambil membalikkan tubuhnya dan kini duduk terkulai lemas di lantai.<br />
Aku tersenyum aja mendengarnya.<br />
"Kapan-kapan, kalo mbak pengen, Eko mau ya nemenin Mbak lagi?"<br />
"Mmmmm... Siap Mbak! Apapun buat Mbak!", jawabku sambil tersenyum manis.</div>this is the fisrt my sex story with Tante Diah, istri bosku. Setelah hari itu, selama empat hari aku nemenin Mbak Diah tiap malam. Ga jadi nyesel deh, Pak Wir banyak ijinnya. Ijin terus aja Pak wirrrrr... Setiap bosku keluar kota aku selalu menemani Mbak Diah dan memberinya kepuasan. Demikian juga Mbak Diah memberiku pengalaman, dan sensasi sex luar biasa kepadakuCerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-75881689253232786952010-11-07T01:21:00.001+07:002010-11-07T03:30:14.761+07:00Ngentot Dukun Sexy demi jadi PNSPerkenalkan Nama gw Andika ( nama samaran )! Gw baru lulus kuliah dan kepengen sekali menjadi seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil ) masa depan cerah gitu kata orang! menjadi PNS merupakan impian bagi sebagian besar orang! Bergagai cara dilakukan agar bisa lolos tes CPNS. ikut bimbingan tes CPNS, mengasi uang pelicin, menyewa joki, sampai ke dukun sekalipun akan dilakukan. Entah karena putus asa setelah beberapa kali gagal dalam tes, akhirnya gw juga memakai jasa dukun atau orang pintar dan bukan mbak errot lho. Menurut info yang gw peroleh dari sahabatku , ada seorang dukun di pinggir kota yang dulu pernah meloloskannya menjadi PNS.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Malam itu gw sendirian pergi mencari rumah dukun itu. Setelah sempat muter-muter nanya sana-sini, akhirnya gw tiba di sebuah rumah sederhana yang nyaris tidak terlihat dari jalan raya. Halamannya yang luas dan tertutup rimbunnya pohon-pohon mangga membuat suasana menjadi sejuk dan tenang. Setelah beberapa kali mengetuk pintu, seorang wanita setengah baya dengan senyum ramahnya membukakan pintu.<br />
<br />
“Permisi, apa benar ini rumahnya Mbak Ayik ( nama samaran juga )?” tanya kemudian.<br />
<br />
“Oh iya, saya sendiri. Silakan masuk, Pak!” Setelah dipersilakan duduk, tanpa basa-basi gw segera memperkenalkan diri dan langsung mengutarakan maksud kedatanganku.<br />
<br />
“Ooo, jadi Pak Andika ini juga pengen jadi PNS tohhhh?”<br />
<br />
“Iya Mbak! Saya juga sudah membawa sebotol madu murni sebagai syarat, seperti yang dikatakan teman saya.” Gw menyodorkan satu botol madu murni kepada Mbak Ayik .<br />
<br />
“Kalau begitu, silakan Pak Andika ikut saya ke dalam!” Mbak Ayik beranjak dari duduknya sambil membawa botol madu yang gw berikan tadi. Beliau berjalan menuju ke sebuah kamar di ujung ruangan. Dari belakang gw membuntutinya sambil memperhatikan gerakan pantat montoknya yang membuatku menelan ludah.<br />
<br />
Sesampainya di dalam ruangan yang redup itu, Mbak Ayik menutup pintu dan menyuruhku membuka pakaianku.<br />
<br />
“Maaf ya Pak Pak ! Tolong pakaiannya di lepas dan silakan berbaring di ranjang itu! Kita akan segera memulai ritualnya!”<br />
“Semuanya, Mbak?” tanyaku malu-malu.<br />
<br />
Mbak Ayik tersenyum, “Pak Andika gak usah malu. Anggap saja saya tidak ada. Toh ini kan juga demi cita-cita Pak Andika !” Mbak Ayik benar, pikirku. Lagi pula gw sudah terlanjur datang ke sini, jadi gw tidak perlu malu lagi.<br />
Sementara Mbak Ayik menyiapkan kelengkapan ritual, gw segera menanggalkan semua busanaku kemudian berbaring di atas ranjang yang tidak terlalu empuk itu. Beberapa saat kemudian, dengan sebotol madu di tangannya, Mbak Ayik datang dan duduk di sampingku. Sesaat gw sempat melihat Mbak Ayik mengamati tubuh telanjangku. Pandangannya terkesan liar, seolah tengah melihat ayam panggang yang siap untuk di santap.<br />
<br />
Dengan duduk bersimpuh di sampingku, Mbak Ayik mulai menuangkan madu murni itu ke sekujur tubuhku. Gw memejamkan mata saat tangan lembut Mbak Ayik mulai menyentuh dada gw, meratakan madu yang lengket itu ke setiap sudut tubuhku. Jemarinya yang lentik dengan lihai menari-nari, meremas-remas dada bidangku dan putingnya, dan mempermainkan bulu-bulu halus yang tumbuh di atasnya. Gw menggigit bibirku sendiri, mencoba mengendalikan aliran darahku yang bergejolak menuju ke arah pangkal paha gw.<br />
<br />
“Pak Andika sudah punya pacar?” tanya Mbak Ayik memecah keheningan.<br />
“Eh, saya baru menikah enam bulan yang lalu, Mbak!”<br />
“ehmmm… jadi masih pengantin baru to! Wah, lagi panas-panasnya dong, Pak !” kata Mbak Ayik meledek.<br />
“Ah, Mbak Ayik ini bisa saja!” Tanpa sengaja tanganku menyentuh lutut Mbak Ayik ketika beliau memindahkan tanganku yang tadi menutupi kemaluanku. Gw juga sempat melirik pahanya yang sedikit tersingkap. Wah, mulus juga pahanya, pikirku. Tanganku jadi betah berlama-lama di atas paha mulus itu. Mbak Ayik membiarkannya ketika tanganku mengelusnya. Bahkan beliau malah melebarkan pahanya. Seolah memberikan tanganku peluang untuk bergerak menelusuri paha bagian dalamnya.<br />
<br />
Darahku semakin mendidih manakala dengan lincahnya jemari Mbak Ayik turun ke perutku, membelai bulu-bulu halusnya dan memijat perutku, yang keras dan liat.<br />
<br />
“Wah… badan Pak Andika kekar juga yah? Tinggi lagi. Pasti Pak Andika rajin olah raga.”<br />
“Ya, setiap enam hari dalam seminggu, setiap pagi dan sore saya usahakan untuk olah raga meskipun hanya sejam. Biasanya sih saya rutin fitnes.”<br />
“wahhhh.. pantesan adik Pak Andika gede!”<br />
“Maksud Mbak Ayik , adik yang mana?” tanyaku pura-pura bodoh.<br />
<br />
“Maksud saya adik yang ini…..” kata Mbak Ayik sambil meremas kejantananku tanpa rasa canggung. Ada rasa kaget sekaligus senang dengan perlakuan Mbak Ayik . Beliau dengan lembut melumuri kejantananku dengan madu, kemudian mengocoknya pelan.<br />
<br />
“opsttt … Mbak! Enak…!” gw melenguh nikmat. Gw juga semakin berani dengan menyingkap roknya dan memilin pahanya lebih jauh lagi. Dan ternyata Mbak Ayik menanggapi positif tindakanku itu. Terbukti dengan ia sedikit mengangkat pantatnya agar gw bisa mencapai pangkal pahanya. Wow! Sekali lagi gw terkejut sekaligus senang manakala tanganku menyentuh rambut-rambut halus di antara pangkal paha Mbak Ayik . Ternyata beliau sudah tidak memakai celana dalam.<br />
<br />
Perlahan-lahan gw mulai menggosok bibir memek Mbak Ayik yang sudah basah itu dengan jariku. Mbak Ayik bertambah kelojotan dan semakin bersemangat mengocok batang kontolku. Perlahan-lahan batang kejantananku itu mulai membesar dan mengeras. Tanpa rasa jijik, Mbak Ayik mulai menjilati sisa-sisa madu yang menempel di sekitar pangkal paha gw, melumat buah zakarku, kemudian bergerak naik menyapu urat-urat kontolku yang sudah bertonjolan.<br />
<br />
“Gimana Pak Pak ? Enak kan?” tanya Mbak Ayik di sela-sela aksinya.<br />
“Ahh… nikmat banget Mbak! Saya belum pernah merasakan senikmat ini!” Gw memang belum begitu berpengalaman dalam hal sex. Selama berhubungan dengan isteriku, kami hanya melakukan dengan cara konvensional saja. Namun kali ini Mbak Ayik memberikan pelajaran baru yang ekstrim. Ekstrim enak… Terbukti ketika Mbak Ayik dengan lembut memasukkan ujung kontolku ke mulut mungilnya, langsung saja berjuta kenikmatan menghampiriku.<br />
<br />
“ohhhhh..yeahhh nak, Mbak!” nafasku semakin memburu. gw merintih-rintih nikmat, namun Mbak Ayik masih asyik mempermainkan kontolku di dalam rongga mulutnya. Gw juga semakin berani. Kutarik roknya sampai terlepas. Bahkan Mbak Ayik juga turut melepaskan kaosnya sendiri. Gila! Di usianya yang sudah tidak muda lagi, ternya Mbak Ayik masih memiliki tubuh yang bagus. Kulitnya putih mulus, Tokednya yang kencang dan montok, serta pantatnya yang bulat menggemaskan membuatku seolah ingin mengunyahnya. Oh, sungguh seksi sekali dukun ini.<br />
<br />
“wakzzz…. kontol Pak Andika memang luar biasa besarnya. Hhhmmmm…. saya memang sudah lama mendambakan kontol sebesar ini.Hhhmmm…!” dengan rakus Mbak Ayik kembali melumat kejantananku. Kali ini beliau mengangkangi tubuhku dan menyodorkan memeknya tepat ke wajahku. Dengan naluriku, gw mendekatkan mulutku ke memek Mbak Ayik yang merekah merah. Bau harum yang keluar sangat merangsang syaraf otakku untuk menjilatnya.<br />
<br />
Perlahan-lahan kujulurkan lidahku, dan kusapu permukaan memeknya dengan lembut.<br />
<br />
“ohhhhh..yahhhhh… begitu Pak ! Jilat terus punya saya….!Oooghhh…tuhan!”<br />
<br />
Mbak Ayik bertambah semangat mempermainkan kontolku di dalam mulutnya. Sementara tangannya mengocok batang kontolku, kepalanya juga bergerak naik turun. Sesekali beliau menyedot-nyedot ujung kontolku kuat-kuat. Cukup lama kami dalam posisi ini, saling menjilat, mengulum dan mengocok kemaluan masing-masing.<br />
<br />
Berapa saat kemudian Mbak Ayik melepaskan kulumannya.<br />
<br />
“Gimana, Pak Andika Suka kan?” tanya Mbak Ayik sambil tersenyum pada gw.<br />
<br />
Gw hanya mengangguk pelan sambil menikmati jemari Mbak Ayik yang masih memijit-mijit batang kontolku.<br />
<br />
“Berdasarkan pengamatan saya, kebanyakan orang yang mempunyai kontol besar mempunyai keinginan yang besar pula. Saya yakin, kali ini Pak Andika pasti akan bisa jadi Pegawai Negeri.” kata Mbak Ayik menjelaskan. “Tapi sekarang, biarkan saya bersenang-senang dulu dengan kontol Pak Andika yang besar ini!”<br />
<br />
Mbak Ayik mengambil posisi duduk di atas paha gw. Perlahan-lahan beliau meraih kejantananku dan membimbingnya menuju ke liang sugawinya yang sudah basah. Dia terlihat meringis saat ujung kontolku mulai memasuki memiawnya yang hangat.<br />
<br />
Entah karena memiaw Mbak Ayik yang sempit, ataukah karena kontolku yang besar, proses penetrasi itu berjalan dengan lambat namun nikmat. Mbak Ayik tampak susah payah berusaha agar batang kontolku bisa masuk utuh ke dalam memiawnya. Sampai akhirnya…<br />
<br />
“Aaougghh…. aduh Pak Andika ! Gede banget kontolmu!” tubuh Mbak Ayik yang mulus tampak berkilat-kilat oleh cucuran keringatnya. Beberapa kali ia menghirup nafas dalam-dalam sambil membiarkan batang kontolku terbenam dalam rongga memeknya yang sempit. Beberapa saat kemudian Mbak Ayik mulai beraksi. Dengan kedua tangannya bertumpu pada dada bidangku, beliau mulai mengayunkan pantatnya naik-turun.<br />
<br />
“uuhhhhh… ohhhhhhhh…!” Gw mendesah-desah keenakan. Kedua tanganku memegang pinggul Mbak Ayik untuk mengatur gerakan naik-turunnya. Sesekali tanganku juga merayap naik, menggapai dua buah benda kenyal yang melambai-lambai indah seiring dengan gerakan naik turun tubuhnya. Dengan liar Mbak Ayik menghentak-hentakkan pantatnya, meliuk-liuk di atas tubuhku, seperti seekor ular betina yang tengah membelit mangsanya. Terkadang beliau juga membuat goyangan memutar-mutar pantatnya sehingga jepitan memeknya terasa mantap. Batang kontolku terasa seperti di pelintir dan dipijit-pijit di dalam lubang kenikmatan itu. Terasa sangat hangat dan nikmat. Ooouuuhhh…<br />
<br />
Semakin lama gerakan Mbak Ayik semakin liar tak terkendali. Menghujam-hujam kejantananku semakin dalam dan mentok sampai dinding terdalam rongga memeknya. Nafas kami juga semakin memburu, seperti bunyi lokomotif tua yang berjalan dengan sisa-sisa tenaganya.<br />
<br />
“Oh, Pak Andika …, saya…sudah…nggak kuat…lagi…! <br />
<br />
Mbak Ayik menjerit nikmat berbarengan dengan muncratnya magma panas dari dalam rahimnya. Beliau mencengkeram kuat-kuat dada gw. Seolah ingin menancapkan kuku-kukunya ke dalam bukit dada gw.<br />
“Ooohhh… sebentar lagi Mbak! Saya juga sudah mau keluar… ooohhh… yeaahhh….!”<br />
<br />
Gw juga mempercepat gerakanku. Meskipun Mbak Ayik terlihat lelah, namun gw masih bisa menopang tubuhnya dan menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah. Beberapa menit kemudian, gw merasakan batang kontolku semakin mengencang dan mulai berdenyut-denyut. Gw segera mempercepat gerakanku. Kuhentak-hentakkan tubuh Mbak Ayik . Bunyi berkecipak semakin terdengar nyaring. Sampai akhirnya…..<br />
<br />
“Saya… keluar Mbak! Oogghhh…!” gw meregang nikmat bersamaan dengan menyemburnya sperma di dalam rongga kenikmatan Mbak Ayik . Seketika tubuhku lemas. Gw sudah tak mampu lagi menopang beban Mbak Ayik yang berada di atas tubuhku. Beliau ambruk menindih tubuhku sementara batang kejantananku masih tetap menancap di memeknya yang hangat. Dalam hati gw kagum dengan wanita ini. Beliau telah memberikan pengalaman baru dalam bercinta. Belum pernah gw merasakan pengalaman senikmat ini dalam berhubungan sex.<br />
<br />
“Pak Andika memang benar-benar hebat!” kata Mbak Ayik sambil membelai dan sesekali menciumi bulu-bulu halus di dadaku.<br />
<br />
“Mbak juga hebat! Belum pernah saya sepuas ini, Mbak!” Gw mengecup kening beliau dan membelai-belai rambut dan Tokednya yang terurai panjang. Tak berapa lama kemudian kami pun terlelap saling berpelukan.<br />
<br />
Entah sudah berapa lama gw terpejam, ketika gw merasakan sesuatu yang merayap di atas perutku. Sesuatu yang hangat dan lembut. Perlahan gw membuka mataku, ternyata Mbak Ayik tengah asyik menciumi, menjilati dan melumat permukaan kulit perut sixpackku.<br />
<br />
“Aahhh…, Mbak Ayik masih pengen nambah lagi?” desahku pelan.<br />
<br />
Mbak Ayik tersenyum manja, “Habis…, kontol Pak Andika guede sih! Siapa sih yang gak ketagihan ama kontol segede ini!”<br />
<br />
“Ah, Mbak Ayik ini bisa aja!” gw hanya merem melek, menikmati tangan beliau yang bermain main nakal di selangkanganku. Dengan lembut Beliau membelai kejantananku dan mengurut-urutnya dengan jempol dan telunjuknya. Terasa nikmat memang. Mbak Ayik bertambah antusias ketika batang kontolku mulai membesar dan mengeras. Dan dengan rakus, Mbak Ayik mulai menjilatinya, melumat dan mengocok kejantananku dengan mulut mungilnya.<br />
<br />
“Aaahhh…, aaahhh…, enak Mbak! Oohhh…!” gw hanya bisa mengerang keenakan.<br />
<br />
“Hhhhmmm…., Pak Andika mau yang lebih enak lagi?” tanya Mbak Ayik menggoda.<br />
<br />
“Emang ada yang lebih nikmat, Mbak?”<br />
<br />
“Coba Pak Andika berdiri!” gw menuruti perintah Mbak Ayik . Dengan kondisi tubuhku masih telanjang bulat, gw berdiri di atas ranjang. Sementara itu, Mbak Ayik yang berlutut di hadapanku tampak memandangi batang kejantananku yang sudah berdiri mengangguk-angguk. Perlahan-lahan Mbak Ayik meraihnya dan mengocoknya dengan lembut. Kukira beliau akan memasukkan batang kontolku ke dalam mulutnya, tapi ternyata tidak. Beliau ternyata malah menggosok-gosokkan batang kontolku di permukaan Tokednya yang lembut.<br />
<br />
“Oohhh…. yaaahhh! Enak banget Mbak!”<br />
<br />
“Ini masih belum seberapa, Pak ! Coba Pak Andika rasakan yang ini…” Mbak Ayik menggeser batang kontolku dan menyelipkannya di antara belahan Tokednya. “Sekarang, coba ayunkan pantat Mas Andika !”<br />
<br />
Gw menurut saja. Perlahan-lahan gw mengayunkan pantatku maju dan mundur, sementara Mbak Ayik menekan-nekan Tokednya kencang sehingga batang kontolku terasa terjepit-jepit diantara susunya yang kenyal.<br />
<br />
“Oouuhhh…! Mbak Ayik memang benar-benar pandai memanjakan pria! Ini benar-benar luar biasa, Mbak!” gw mendesah-desah nikmat. Susu Mbak Ayik yang menekan-nekan kontolku membuat diriku serasa melayang. Lama juga kami melakukan foreplay ini. Sampai akhirnya Mbak Ayik meminta gw untuk segera menuntaskan permainan itu.<br />
<br />
“Aahhh…, Pak Andika ! Mbak sudah kepengen banget nih!” rengek Mbak Ayik . Beliau melepaskan jepitan susunya dan kemudian mengambil posisi seperti orang sedang menungging. Meskipun gw masih belum begitu pengalaman, namun gw sudah pernah melihat posisi seperti itu dalam film porno. Perlahan-lahan gw membimbing kejantananku yang sudah berdiri keras ke arah lubang kewanitaan Mbak Ayik yang menganga dari belakan. Mbak Ayik tampak menggigit bibir sendiri ketika gw mulai menggesek-gesekkan ujung kontolku di bibir memeknya.<br />
<br />
“Ooouhhh…, ooohhh…! Cepetan masukin dong Pak !” rengek Mbak Ayik .<br />
<br />
Pelan-pelan kutusukkan ujung kejantananku ke arah memek Mbak Ayik yang memerah.<br />
<br />
“Aahhhh…!” gw melenguh nikmat. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, tapi Mbak Ayik masih memiliki memiaw yang seret lagi keset. Jepitannya masih terasa kuat, seolah-olah ingin meremukkan batang kontolku. Terlebih ketika seluruh batang kontolku tertanam dan terhisap di dalam rongga memiawnya. Sesaat gw membiarkan kontolku tertancap. Kemudian, pelan tapi pasti gw mulai mengayunkan pantatku maju-mundur.<br />
<br />
“Aaaahhhh…, yeaahhh….! Sodokanmu mantep banget Pak Andika , Ooohhh…!” Mbak Ayik mengoceh tak karuan. Ah-uh-ah-uh, oh-yeh-oh-yeh! Beliau juga hanya bisa meremas-remas seprei kusut itu saat gerakanku mulai cepat. Lama juga kami bermain dalam posisi doggy itu, sampai akhirnya Mbak Ayik terlihat sangat lelah.<br />
<br />
“Aduh…, Oouhhh… kita istirahat dulu ya sayang! Ooohhh…!”<br />
<br />
Gw mencabut kontolku, sedangkan Mbak Ayik terguling ke samping dan terkapar dengan tubuh bersimbah keringat. Payudaranya yang montok tampak naik turun seiring dengan deru nafasnya yang terengah-engah. Setelah mengatur nafas beberapa saat, gwpun mulai melanjutkan aksiku. Kubentangkan kaki Mbak Ayik ke samping lebar-lebar, kuangkat kaki kanannya dan kuletakkan di atas bahuku. Perlahan-lahan kutarik pinggang Mbak Ayik dan kuarahkan batang kontolku menuju liang surgawinya yang menganga, dan sleeeep…!<br />
<br />
Kembali kejantananku tertanam dalam lobang hangat itu.<br />
<br />
“Aduuhh…, pelan-pelan dong sayang!” rintih Mbak Ayik .<br />
<br />
Kembali gw ayunkan pantatku perlahan-lahan namun pasti. Mbak Ayik yang berada di bawahku tampak kelojotan menikmati aksiku ini. Terlebih ketika gw membercepat ayunanku dan menekan kuat-kuat batang kontolku ke dalam rahimnya. Beliau hanya bisa mengerang nikmat sambil mencengkeram kuat-kuat otot-otot lengan dan dadaku. Sambil terus bergerak maju mundur, seskali gw meremas-remas, menjilat, dan menciumi Tokednya.<br />
<br />
“Iyaah…aaghhh! Terus sayang…yahhh…yaahh…oouugghhh….!” Mbak Ayik mengoceh tak karuan. Namun gw tidak menghiraukannya. Gw terus memompa tubuh seksinya dengan gerakan mengorek-ngorek lubang nikmat itu. Semakin lama gerakanku semakin liar.<br />
<br />
“Ooohh…, Pak ! Saya sudah nggak sanggup lagi…., Ooohhh…., saya mau keluarrr….!”<br />
<br />
Gw merasakan dinding-dinding memek Mbak Ayik mengerut dan berdenyut-denyut, mencengkeram dan meremas-remas batang kontolku dari dalam. Semakin lama kedutan memek Mbak Ayik semain cepat, hal yang sama juga terjadi padaku. Batang kontolku sudah terasa ngilu dan berdenyut-denyut. Sampai akhirnya…..<br />
<br />
“Aaarrggghhh….! Gw keluar lagi Pak !” Mbak Ayik menjerit puas. Gw semakin mempercepat gerakanku, mengoyak-ngoyak isi memek Mbak Ayik . Namun sebelum sperma keluar, gw segera mencabut kontolku. Sambil mengocoknya dengan tanganku, gw menyodorkan batang kontolku ke bibir Mbak Ayik yang terbuka. Gw semakin mempercepat kocokan tanganku sampai akhirnya….<br />
<br />
“Aaaaggghh….aaaghh….aaaghhh…!”<br />
<br />
Crot…crot…croottt! Cairan putih kental muncrat beberapa kali ke mulut Mbak Ayik . Tanpa rasa jijik beliau menelan habis spermaku, kemudian menjilati sisanya yang masih menempel di batang kontolku.<br />
<br />
Seketika tubuhku lemas, tulang-tulangku seolah rontok. Dan gw pun terkapar di sisi Mbak Ayik .<br />
<br />
“Oh, Pak Andika benar-benar perkasa! Terima kasih ya Pak !” gw memeluk tubuh Mbak Ayik dan mencium keningnya. Beliau tampak tersenyum puas sambil meletakkan kepalanya di atas dadaku dan mengusap-usap bulu-bulu halus di atasnya.<br />
<br />
“Kalau saya berhasil jadi Pegawai Negeri, Mbak Ayik mau minta apa?” tanyaku kemudian.<br />
<br />
Mbak Ayik bangkit dan duduk bersimpuh di sampingku. “Saya tidak minta apa-apa kok, Pak !” beliau tersenyum, “Pak Andika tidak perlu membelikan saya apapun! Saya cuma minta ini…..” Mbak Ayik meraih kontolku yang terkulai tak berdaya. Kemudian mengurut-urutnya dengan jemarinya yang lentik.<br />
<br />
“Maksud Mbak Ayik ?” tanyaku tidak mengerti.<br />
<br />
“Kalau Pak Andika berhasil jadi PNS, saya cuma ingin Pak Andika mengunjungi saya setiap seminggu dua sampai tiga kali, memberi saya jatah untuk dient*t pakai punya Pak Andika yang besar dan panjang ini…..” lanjut beliau sambil menjilati sisa-sisa sperma yang masih lengket di batang kontolku.<br />
“Ah, kalau itu sih gampang! Dengan senang hati saya akan selalu siap melayani mbak!”<br />
<br />
Mendengar jawabanku Mbak Ayik kegirangan. Dan beliau kembali menggugah birahiku dengan memberikan kuluman dan kocokan di batang kontolku. Beberapa minggu kemudian akhirnya gw benar-benar lolos menjadi PNS. Dan setelah dilaksanakan pelantikan, gw memenuhi janjiku kepada Mbak Ayik . Setiap kali ada kesempatan, gw selalu berkunjung ke tempat Mbak Ayik . Tentu saja untuk memberinya kepuasan. Dan selama berhubungan dengannya, beliau masih saja mengakui kejantananku dalam bermain cintaCerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-54979400908196907322010-11-07T01:19:00.001+07:002010-11-07T03:30:41.249+07:00ngentot dengan suamiku sendiriketika papa pulang kerumah waktu itu!waktu da berlalu aku duduk di sebelah papa nemenin papa yang lagi baca cerita dewasa 17tahun keatas di blog ini. sambil papa baca papa juga nakal manin payu dara aku dari luar yang sekarang terlihat bertambah besar karena kreatifitas papa sambil ciuman ma aku dan mainin lidah aku. aku juga gak maw kalah aku pun mainin mrP papa yang sudah mulai mengerasdari tadi.kenakalan tangan papa mulai ngelunjak, papa mulai mainin tangannya sambil mainin bibir vagina aku dari luar,, dan aku juga megang2 penis papa dari luar,! "ah,,!!" aku mulai ngerasa darahQ berdesir keatas kepala karena pijitan tangan papa di msV aku. dan papa mulai memasukkan tangannya ke dalam celana dalam aku dan mulai mainin vagina aku yang sudah mulai sedikit basah.<br />
<a name='more'></a><br />
<div align="justify">Dimulai dengan desahan kecil di telinga papa dan mulai menggelinjang karena papa mulai mainin klitoris aku yang sudah menyumbal,!! "dikulum ya ma,!!tanpa berfikir panjang aku mengulum mrP papa,! "ah... sshh..ahh.." naik turun aku mengulum penis papa yang sudah memerah. "ma ke kamar mandi bentar ya,,??!!!" rengek papa ma aku. dengar rengekan papa aku mengiyakan. tanpa berfikir panjang aku masuk kamar mandi dan memeluk papa sambil bibir kami bepagutan dan memainkan lidah. tanpa sadar papa sudah melepas celana aku dan aku terlihat setengah bugil, terlihat msV aku dengan ditumbuhi bulu2 semakin membuat papa asyik dan mulai mainin labio mayora aku yang mulai basah,,!! "Ugghh..Aacchh.. " desahan papa dan aku mulai memanas di kamar mandi aku yang bercampur syahwat kami berdua.papa mulai mengarahkan penisnya ke lubang vagina aku dari arah belakang dengan posisi doggystyle. sedkit susah tapi dengan bantuan tangan papa akhirnya masuk juga,, Aacchh.. Aacchh.. Aacchh.. cara ini mulai bikin papa mati gaya dan bernafsu. sampai akhirnya crot... crot... dan papa udahin,,!!</div><div align="justify">cerita dewasa part 2 setelah jalan aku dan papa kecapekan dan duduk bersebelahan dengan aku menghisap tangan papa. tapi hisapan itu mungkin membawa papa ke syahwatnya. dan aku mulai dengan persenggamaan aku yang ke 2. aku baru kali ini ngerasain badan aku menggelinjang karena orgasme. karena tangan papa yang mainin klitoris aku dengan cepat. "achh...ach... pa gak kuat,,!!" dan aku mulai mengulum penis papa. terasa asin kenikmatan,. sambil aku mengocok dan mengulum paenis papa, papa juga mainin payu dara aku dan memijit klitoris aku.</div><div align="justify">dan gak lama aku berciuman dan papa mulai mengarahkan penisnya di lobang surgawi aku,!! "ach,,, desahan papa semakin membuat aku menggelinjang karena goyangan pantat papa yang seirama dan cepat. karena itu membuat aku semakin bergairah. pantat aku dan papa mulai naik turun berirama. dan papa semakin bersemangat untuk memainkan rudalnya dengan cepat. "achh,,,ach,,,ocjhh,," semakin cepat dan crot crot papa mulai mengeluarkan spermanya diluar.papa memasukkan lagi dan aku menggoyangkan pantat aku,, karena dengan tongkol yang terbenam di vagina aku aku mendapatkan kenikmatan yang luar biasa,!! dan keluar lagi..!! " da ya!!?" papa minta udahan tapi dorngan aku dan syahwat aku melihat tongkol papa semakin dahsyat dan aku memeluk papa dengan nafsu dengan sedikit menggesekkan vagina aku di tongkol papa yang sudah lemas.</div><div align="justify">tapi melihat aku yang masih pengen ngelanjuin, papa mulai berusaha menaikan kembali senjatanya dengan menggesekkan ke vagina aku dan tangannya mulai mainin klitoris aku. dan aku berusaha mengulum lagi dengan nafsunya,! berawal dari batang penisnya ampek telurnya aku lumat dan kulum dengan nafsu."aahh.. uhh.. mm.." masukkan lagi ya pa!!?? minta aku.!! dan ach,,!!! papa uda masukin tongkolnya yang mulai mendongak lagi,,!!dan apap mengarahkan mrP nya ke vagina aku dan "bles.." aku berusaha buat meredamkan penis papa semakin lama di vagina aku,,!! dan aku menahan papa untuk ngeluarin senjatanya dari sarungnya. dan "ach,,!!" aku mulai menggelinjang lagi,,!! papa mulai menggoyang dan menaik turunkan tongkolnya!!?? karena posisi tersebut membuat rudalnya semakin bergesekan dengan klitoris aku, sehingga hal itu membuat aku semakin terbakar birahinya.</div>uhhhhh lanjutttkann pa da biarin di daalam aja achh..." sambil aku menahan aku juga mulai menciumi badan dan bibir pApa. lama bgt aku meredamkan tongkol papa dan papa juga mengimbangi denag goyangan naik turun,,!! dan crot..crot...croott.. untuk sekian kalinya aku dan papa orgasme,!! dan aku mengakhiri persenggamaan kita dengan badan yang bercucuran keringat dan letih,,!!!dan makasih ya pa,,! tapi aku sedikit nyesel dan kecewa,,!Cerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-31157610791236918362010-11-07T01:15:00.001+07:002010-11-07T03:30:57.028+07:00Anak Sekolahacara ulang tahun sekolah gue ini dimulai dari pukul 9 pagi. Namun gue datang pukul 11 siang!hehe.. maklum lah anak bandel yang suka nyari sensasi dan sengaja gue datangnya telat hanya untuk nonton band2 ibu kota dan menyaksikan lomba modern dance saja. Dan akhirnya saat yang dinanti datang juga. Modern dance angkatan kelas 3 yaitu angkatan gue sendiri yang beranggotakan 5 orang. Namun yang gue kenal dekat hanya melia yang memiliki nama lengkap Putri Amelia Candra. ohhh ya gw kok sudah mengenalin orang lain padahal gue aja belom kenalan!he..nama gw ryo sob nama panjangnya ga usah deh ya jelek soalnya :P<br />
<a name='more'></a><br />
Acara pun dimulai dari penampilan kelas 1 lalu iikuti kelas 2 dan yang menjadi penutup adalah kelas 3. Mereka mulai masuk ke tengah lapangan. Pakaian yang mereka kenakan cukup seksi. Walaupun di bagian perutnya tidak terbuka. Pakaian yang mereka kenakan cukup ketat pastinya, menonjolkan payudara payudara mereka yang baru ‘tumbuh’. Cukup membuat mata murid murid lelaki melotot. Dengan diiringi lagu-lagu techno mereka semua yang muda belia seumuran gue meliak-liukan badannya dengan seksi. Seiring lompatan atau gerakan seksi mereka payudara mereka bergoyang-goyang indah dan bergetar-getar!indahnya serasa dunia saat itu<br />
Mata saya hanya tertuju pada melia. Selain karena wajahnya yang cantik, ia juga memiliki payudara yang cukup seksi tentunya. Rambutnya yang tergerai panjang menambah seksi tubuh indahnya. Walaupun ada pula teman 1 tim dancernya yang saya pikir cukup bohai juga. Mulai dari payudara yang lebih besar dari melia, ia juga memiliki paha yang gempal. Namun perhatian gue tetap tertuju pada melia. Wajar aja gue merhatiin terus, menurut gue dia cewek paling seksi secara fisik maupun non.Setelah mereka bermodern dance ria & membangkitkan gairah pada laki-laki, dengan keringat bercucuran di kening, leher & bagian-bagian lainnya, mereka segera berganti baju. melia segera menuju kelas untuk kembali mengenakn seragamnya. Seiring langkahnya berjalan, payudaranya yang baru tumbuh bergoyang-goyang. Kemudian setelah ia mengambil pakaian ganti dari tasnya, ia pun menuju ke wc untuk berganti baju.<br />
Lalu gue ikutin dia dr belakang. Terlihat, tali branya nyeplak karena keringat yg basah ke tubuhnya. wowww sedapnyo. Setelah masuk itu, ia masuk ke kamar mandi. Tanpa ia sadari bra dan celana dalemnya yg berwarna hitam jatuh di depan pintu kamar mandi. Gue pun langsung saja mengambil bra an cdnya yang jatuh tersebut dan langsung gue pegang. Gue pun masuk ke kamar mandi cowo dengan tujuan mau kencing tanpa maksud untuk menyembunyikan ke dua barang tersebut. Di dalam pikiran gue, gue akan berikan setelah gue kencing.<br />
Setelah gue kencing, gue liat amelia mondar-mandir di sekitar kamar mandi. Langsung aja gue tegor,<br />
“Nyari apa melia?”<br />
“Eh lo ryo, ini nih gue nyari bh sm cd gue, lo lyat gak?”<br />
“Ohhh, ini mksd lo?” Langsung gue tunjukin bra dan cdnya.<br />
“Iya, ni dia yg gue cari. Ni lo nemu dimana?”<br />
“Ni tdi jatoh. Lo ga tau…”<br />
“Oh yawdh, thanks ya ryo.<br />
“Iya sm2 melia.”<br />
“Ywdh deh, gue mo ganti baju dulu yah. Gerah banget nih.”<br />
“Ngapain melia?”<br />
“Ganti baaajuuu… knp?? Mo ikuuut??” Tanya amelia nakal.<br />
“Hhhee. Emg boleh melia??”<br />
“Hmmm…” dia ngeliat ke sekitar. Setelah itu dia langsung nyruh masuk gue untuk 1 kamar mandi dengannya.<br />
“Ywdh yuk masuk.”<br />
“melia, gue mo kencing dulu yah. Lo jangan ngintip.” Langsung gue buka clana gue sambil ngebelakangin amelia. Trus kencing. dan Tiba-tiba melia berkata<br />
“Oh my god. Gede banget ryo barang (Kontol gue) lo” Gue pun kaget.<br />
“melia, dibilang jangan ngintip. Ko ngintip sih?”<br />
“Hhehe. Sori ryo, abis gak sengaja… hehee boong ding, gue penasaran aja pengen liat…”<br />
“Ah, dsar lo melia. Ywdh, ganti baju tadi katanya mo ganti baju?”<br />
“Ywdah”Gue pun memakai clana gue lagi.<br />
Amelia pun sibuk membuka baju dancenya. Trus celananya. Trus branya. Lalu cdnya.<br />
Gue pun merhatiin semuanya.<br />
“Eh ryo, jgn ngeliatin ke sini dong.” Sambil ia menutupi toketnya yg sekel dengan tangan kirinya. Trus memiawnya juga ditutupin sama cdnya yang baru dibuka.<br />
“Hehehe. gue penasaran juga melia…”<br />
“Penasaran??”<br />
“Iya”<br />
“Lo juga tadi penasaran sama barang gue kan?”<br />
“Iya sih” sambil ia senyum-senyum.<br />
“melia, gue mo remes2 toket lo dong. Boleh ga?”<br />
“Ha? Tai lo ryo. Emang lo siapa gue!!”<br />
“Bentar aja melia”<br />
“Tapi gue juga pegang2 barang lo ya ryo? Biar adil.”<br />
“Oh yawdah”dan gw pun ngebuka resleting gue. Nyingkap CD gue. Trus ngeluarin Kontol gue.<br />
Gue dengan semangat ngeremes2 toket amelia yg sekel. Tapi dia agak takut2 buat megang Kontol gue.<br />
“Knp melia? Pegang dong… gue aja udah megang toket lo nih. Sekel banget sih melia toket lo?”<br />
“Ihh, gue baru pertama nih megang barang cowo. Hahaha.”<br />
“Sstt. Jgn kenceng2 ktawanya…”<br />
dan gue mencoba membawa tangannya buat megang Kontol gue secara pelan2 dan sedikit paksaan akhirnya, Kontol gue pun tersentuh oleh tangan amelia.<br />
“Oowwhhh… kocok2 dong melia…” Pinta gue.<br />
Dia pun agak malu2 pas mau ngocok Kontol gue.<br />
Akhirnya pelan2 dia kocok Kontol gue. gue pun sambil ngeremes2 toket dia.<br />
“Owwhhh… enak melia… agak kenceng dong megangnya…”<br />
“Iya… ohh gede bgt sih ryo?? Lo dah ngaceng ya nih??”<br />
“Iya udah lah. Secara gue ngeremes2 toket lo udah nafsu gini. Pasti dah ngaceng.”<br />
“melia… gue isep yah toket lo??”<br />
“Ihh, gila lo ah.”<br />
“Bentar…”<br />
“Ywdah… nih…” ia pun menyodorkan toketnya ke mulut gue. Tapi ia ngelepasin kocokannya dari Kontol gue.<br />
“melia, sambil kocokin Kontol gue juga dong. Jangan berenti…”<br />
“Uwhh… iya iya… cerewet lo ahh…” Dia pun ngocok Kontol gue agak cepet.<br />
“Aahhhh… ohhhh… enak meliaa…” suara gue mendesah. Trus gue kenyot2 toketny.<br />
“Ahhh… yg cepet lagi melia… oohh… uuhhh… ssshhh…” sambil gue kulum lehernya, trus ke bibirnya.<br />
“melia, sepongin dong sebentar…”<br />
“Ha?”<br />
“Sepongiiin… masukin Kontol gue ke mulut lo… trus kocokin pake mulut lo…”<br />
“Aaahhh!! Gak ahh!! Pake tangan aja yah ryo? Nnti kpn2 deh.” Amelia nolak.<br />
“Bentar meliaa… pengen nihh…” gue memohon.<br />
“Ah lo ryo. Ywdah, tp bentar aja ya”<br />
“iya, sampe keluar…”<br />
“Ahh, tp peju lo jgn dikeluarin dimulut gue!!”<br />
“Iya, gak… nnti kalo gue dah mau muncrat gue cabut Kontol gue dari mulut lo…”<br />
“Yaudah, maen cepet yaa. Takut dicurigain nih gue ntr sama anak2 yang laen.”<br />
“iya” jwab gue.<br />
Amelia pun jongkok di depan gue. Mulutnya pas banget udah berhadepan sama Kontol gue.<br />
Gue pun menyodorkan Kontol gue ke mulutnya. Amelia pun tanpa ragu lagi membuka mulutnya lebar2. gue terus dorong semua Kontol gue masuk ke mulutnya amelia. Setelah itu dia rapetin mulutnya dan mulai menggerakan mulutnya maju mundur sambil skali2 mainin lidah dan bibirnya buat mijet2 Kontol gue.<br />
Kontol gue kerasa agak2 anget. Trus juga ada rasa2 lembek2 enak yg berasal dari lidahnya.<br />
Itu semua gue imbangin dengan ikut gerak2in Kontol gue maju mundur.<br />
“Ooohh… meliaaa… enaaaaaakkk… mmmhhhhhh… ooohhh… sshhhh…” sambil gue belai2 rambutny yg ga terlalu panjang.<br />
“Mmmhhhhh… mmmmhh… mhhhh…” amelia pun mendesah smbil terus nyepongin Kontol gue.<br />
“Ooohhhhhhhhh… teeruusss meliaaaa… ooohhh… eeennnaaakkk… terus melia…”<br />
“Mmhh… mmhhhh…”<br />
“Cepetin lagii meliaaa…” pint ague.<br />
“Mmmhhh… mhhhh… mmmhhhhhhmmhhhh…” amelia pun sedkit agak kewalahan nyepongin Kontol gue.<br />
“Aaahhhh… ooouhhhcchhh… enak meliaaa… oowwwhhhwwwwwhhh… sshhhhhh”<br />
Amelia pun semakin mempercepat kocokan mulutnya di mulut gue. Gue pun mengimbangin dengan memajumundurkan Kontol gue di mulutnya.<br />
Saking terasa cepatnya. Akhirnya gue udah ngerasain kalo peju gue mau keluar.<br />
“Aaohhh… meliaa… gue mau keluar nihhhh…”<br />
Dengan cepat dia ngelepasin mulutnya dari Kontol gue. Trus dia berdiri dari yg sebelumnya pas nyepongin gue dalam posisi jongkok. Gue pun meraih tangan kanannya. Trus gue tuntun buat megang Kontol gue yang udah ngaceng banget krn mau keluar.<br />
“Kocokin yang cepet melia…”<br />
Amelia pun mengocok Kontol gue cepet. Pas dia lagi ngocokin Kontol gue, gue kissing bibirnya yang imut2, sambil kadang2 gue remes2 toketnya yang sekel gak terlalu gede.<br />
Akhirnya setelah kira2 3 menit dikocokin pake tangannya.<br />
“Aaarrghhhh… cchhaaaaaa… gue mauuu keluarrrrr nihh…”<br />
“Uwwhh, ywdah keluarin aja ryo…” dia pun ngarahin Kontol gue ke wc biar peju gue nnti langsung ke buang ke lubang wc tanpa berceceran di lantai.<br />
“Aaarghhh… oooooooooouhhhhhhhh… sssssssshhhhhhhhhhh… aaaaah… gue keluar meliaaa…” akhirnya peju gue pun keluar. Peju gue muncrat 7x. dari mulai banyak sampe keluar setetes setetes.<br />
“Oouhwwww… gila ryo, banyak banget peju lo… duuhh kena tangan gue lagi nih…” amelia pun ngelepasin tangannya dari Kontol gue. Trus dia ngebersihin tangannya yang kena peju gue sedikit pake aer di gayung.<br />
“Uuffhh… iya nih melia, udah lama sih gue gak colai… tapi akhirnya sekarang gue malah dicoliin sama lo… capek nih melia… melia bersihin dong peju gue nih dikit lagi pake mulut lo…” pinta gue kea ca.<br />
“Apa?” amelia kaget.<br />
“Jilatin dikit nih ujung Kontol gue, kan masih ad sisa2 pejunya…”<br />
“Ih males. Gak ah. Jijik gue.”<br />
“Yah, tanggung nih melia… dikit lagi”<br />
“Gak. Nnti aja yah kapan2 ryo…” amelia memberi harapan.<br />
“Huh. Dsar lo melia. Tanggung juga nih. Ywdah deh.”<br />
“Nih gue bersihin peju lo yang di sini aja nih.” Kata Amelia sambil nyiramin aer ke dalem wc yang sebelumnya banyak peju gue.<br />
Setelah nyiramin peju gue yang berceceran di wc, amelia pun kembali berganti baju. Begitu juga gue. Gue pun memakai celana dalem gue lagi kemudian resleting celana panjang gue.<br />
Gue perhatiin amelia. Ia kleiatan seksi banget. Satu persatu ia kenakan pakaiannya. Mulai dari celana dalemnya yang berwana hitam. Branya yang juga berwarna hitam. Namun ia agak kesulitan saat akan mengaitkan branya. Lalu ia pun meminta tolong gue.<br />
“ryo tolong pakein dong.” Ia pun membelakangi gue meminta mengaitkan pengait branya.<br />
“Tapi ada syaratnya yaa…” ucap gue ngeledek.<br />
“Syarat apaan?”<br />
“Tebak dong”<br />
“Hmmm apa ya. Ga tau ah! Udah cepetan pakein!!” ia pun agak sedikit ngotot.<br />
“Itu tuh.” Gue pun menunjuk ke arah memiawnya.<br />
“Ohh ini… lo mau ngewe sama gue?” amelia pun bertanya dengan nada agak sedikit kaget.<br />
“Iaa, gue pengen ngewe sm lo melia… blh ga?”<br />
“Anjjrriitt lo ryo, apa masih kurang yg skrg?”<br />
“Kurang laaaah… gue mau nyicipin tubuh lo pake Kontol gue…”<br />
“Aaaaaaaahhh!”<br />
“Sssstt, jgn kenceng2 melia… Ayoo dong meliaaaa… kpn2 yaaahh?? Ga sekarang kok…” ucap gue memohon lagi.<br />
“Gue masih virgin laaahh ryoo.”<br />
“Ahh yakinnn lo??”<br />
“IYA!”<br />
“Kalo dari toket lo yg gue pegang tadi sih kayanya lo udah ga virgin deh…”<br />
“Hah? Tau dari mana lo???”<br />
“Ya tau laaahh, kalo toket cewe yang udah ga virgin tuh udah agak kendor sedikit, ga terlalu sekel banget…”<br />
“Hahhha gila ya lo, kayanya udah ahli banget nih soal beginian”. Sambil dia sibuk merapikan bajunya.<br />
“Iya dong, makanya kapan2 mau nyoba ngewe sama gue ga?”<br />
“Hmmm gimana yaaaaa, yaa liat nanti aja deehhh”. Sambil berkaca di cermin kecil sambil merapikan rambut dan poninya.<br />
“Yawdahhh nnti kpn2 kita coba yaa??” Ucap gue memastikan.<br />
“Iya ahh, ywdah, gue mau balik ke anak2 dulu nih. Ntr gue dicurigain lagi ganti baju doang kok lama banget.” Dia pun membuka pintu dan keluar dari kamar mandi.<br />
“Sipp, ati2 lo. Thankss meliaa atas handjob dan blowjob lo… Hehhhe”“Haahh, bakalan enak nih kalo seandainya nanti gue ML sama dia” Pikir gue.<br />
dan setelah berapa menit gue keluar dari toilet tersebut perasaan menyesal pun datang menghampiri! biasalah penyesalan selalu datangnya belakangan dan ga pernah duluan! menyesal kenapa ryo?he...menyesal kenapa ya ga gue paksa melia untuk langsung aja ngajakin ngentot!hahahaha... sambil ngebayangin seandainya pas didalam toilet cewek tersebut gw ngentot sama melia, tapi gw punya obsesi untuk ngedapetin perawan si melia bagaimapun caranya gw harus yang pertama meniduri dia kalau masih perawanCerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-28764092900671979532010-11-07T01:14:00.001+07:002010-11-07T03:31:09.401+07:00akibat dari Video Dewasa Ariel Vs Lunamaya dan Cut TariGw duduk di Lobby, memesan teh dan duduk menunggu Maya datang menemuiku. Baru setengah batang rokok kuhisap, Maya datang. Hmmm wajahnya masih menarik seperti dahulu, dengan mengenakan rok selutut yang agak ketat berwarna biru tua, blouse warna putih dan blazer senada rok, Maya tampak sebagaimana seharusnya seorang wanita karir berpakaian.<br />
<a name='more'></a><br />
<div align="justify">Hai Don ... apa kabar ? <br />
(Maya memanggilku Donny, nama akrabku di masa SMU karena memang kulitku lebih hitam daripada teman-teman lain)</div><div align="justify">Hai Maya... baik, sibuk terus ya ?</div><div align="justify">iya nih, ini juga baru kelar workshopnya, nih masih bawa materi... sahutnya sambil menunjukkan map plastik berisi dokumen.</div><div align="justify">Kamipun bersalaman dan cipika cipiki formalitas. Berbagai cerita pun mengalir lancar, hingga tak terasa sudah mendekati jam 20 malam. Maya pamit untuk mandi di kamarnya, dan setelah itu kami akan makan malam di luar.</div><div align="justify">Selesai mandi, Maya berganti kostum, kali ini celana jeans belel. sepatu ket putih dan kaos berwarna putih. Dalam perjalanan menuju Rumah Makan Sunda yang memang tidak begitu jauh, kami lebih banyak diam. Berbagai kenangan masa lalu lebih ramai bermunculan di benakku, mungkin juga Maya .</div><div align="justify">Makanan telah dipesan, Gw pun leluasa memandang Maya . Masih cantik...</div><div align="justify">Don .. ngapain aja kamu sekarang ?</div><div align="justify">Ya.. gini-gini aja, jualan keliling Indonesia sahutku</div><div align="justify">enak dong.. kalo ke Bali mampir ya ke rumah.. kata Mayaa</div><div align="justify">ah.. nanti pacarmu sewot !</div><div align="justify">hahah .. mosok sama pacarku aja kok tGwt... iya kalo ada.. kalo gak ada ? wong Gw aja gak tGwt sama istrimu kok </div><div align="justify">hlo emang kamu gak punya pacar ?</div><div align="justify">sekarang sih gak ada... kemaren sempat ada, tapi ya gitu... setiap cowok yang dekat denganku selalu melarikan diri ketika Gw ajak serius, sama kaya kamu dulu !</div><div align="justify">eh Maya.. emang dulu kamu mau sama Gw ? bukannya surat-suratku gak pernah kamu balas ? ada kali 5 surat yang kukirim lewat pos ditujukan kepadamu ... Maya Aulia, SMU ********, jalan *********** surat-surat itu intinya sih nembak kamu lah.. kalo bahasa anak sekarang</div><div align="justify">hlo, Gw gak pernah terima surat-surat itu Don ! gak satupun !</div><div align="justify">waduuuh... terus siapa yang baca ya ? makanya setelah kamu gak balas surat-suratku dan kamu bersikap seolah gak ada apa-apa sama Gw, ya Gw pikir kamu hanya mau berteman... makanya Gw heran, kenapa kamu komplain setiap malam minggu Gw gak main ke rumahmu... toh kita gak pacaran ..!</div><div align="justify">hmmm iya.. waktu itu Gw berharap, kamu ngajak Gw pacaran Don.. tapi gak pernah terucap sekalimatpun dari dirimu .. yang ada setelah lulus kamu malah pacaran sama siapa itu ..? teman kampusmu yang suka kau kenal-kenalin kemana-mana itu! Ketika hatiku berharap, ketika diriku siap ... kau melarikan diri !</div><div align="justify">hmmm nanti dulu, Gw jadi ingat sama Bu Budi, guru BP dia pernah menegorku untuk belajar dulu jangan main surat-suratan ... tapi waktu itu Gw gak perhatikan... ingat Gw sekarang namanya kan Maya Sirait ! dipanggil Bu Budi karena kawin sama Pak Budi matematika ..jangan-jangan surat itu dia yang terima ! Mampus Gw !</div><div align="justify">ha ha ha ha ha ..... salah sendiri.. pake surat-suratan kaya jaman kuno ! ngomong langsung kenapa !</div><div align="justify">habis, Gw malu kan Maya... iya kalo kamu mau.. kalo nolak kan gak begitu malu kalo pake surat..</div><div align="justify">ya sudah... sudah jadi sejarah... he he he gimana keluargamu sekarang Don ?</div><div align="justify">Pembicaraanmu bergeser ke topik lain yang gak begitu penting, setelah makan, kami kembali ke hotelnya, kali ini agak jauh memutar di putaran Kuningan. Ketika radio mobil membahas soal video mesumnya yang diduga dilGwkan oleh Ariel, Luna dan Cut, Maya bertanya,</div><div align="justify">emang itu beneran Don ? Ariel beneran ? </div><div align="justify">gak tau ah.. belum liat jelas juga sih... belum sempat liatnya</div><div align="justify">emang kamu punya ?</div><div align="justify">Ada tuh di laptop, yang katanya sama Cut Tari juga ada</div><div align="justify">Liat doong !</div><div align="justify">Ya ntar aja di Hotel, baterainya habis laptopku...</div><div align="justify">Masuk kamarnya, pintu kamar sengaja dibiarkan dibuka, dia belum nyaman lah berduaan dengan yang bukan muhrimnya. Kuberitahukan dimana file-file yang dia ingin lihat itu berada dan Gw mohon ijin menggunakan kamar mandinya untuk mandi.</div><div align="justify">Beberapa saat kemudian, Gw keluar dari kamar mandinya, bertelanjang dada, karena kaosku terjatuh tersiram shower. Tampak Maya sedang memiringkan kepalanya sambil menonton video yang tampaknya salah orientasi itu. Gw mendekat,</div><div align="justify">gambarnya bagus juga...</div><div align="justify">ooh itu beneran Cut Tari ya ?</div><div align="justify">iya kali.. Cut Tari yang mana juga gw gak apal</div><div align="justify">Liat deh.. matanya ... bibirnya... tuh tuh</div><div align="justify">Gw mendekat, berdiri membungkuk dibelakang Maya ikut memperhatikan video yang sedang diputar. Ufff... luar biasa ! video itu benar-benar membuat Maya terpGw tak berkedip memperhatikan, sementara Gw di belakang mulai tegang dan pening. </div><div align="justify">Gw melangkah ke pintu, kututup pintu, gak enak ntar ada yang tau . Padahal karena memang Gw punya maksud lain.</div><div align="justify">keluarain luar aja.. ntar hamil...he he he Maya berkomentar ketika ada dialog di dalam video Mau Keluarin dimana ? terdengar.</div><div align="justify">Durasi video habis, Maya beranjak berdiri, menghela nafas dan memandangku ih.. kenapa liatnya begitu </div><div align="justify">Gak pa pa .. Gw kangen kamu Maya... baru kusadari betapa Gw bodoh saat itu, gak bilang langsung sama kamu</div><div align="justify">sudahlah..gpp kok.. sudah jadi sejarah.. toh kamu sekarang sudah menikah.. punya anak...</div><div align="justify">Mayaa gak sempat menyelesaikan kalimatnya, ketika tiba-tiba kucium bibirnya dan kukulum perlahan. Maya sedikit tercekat, ada penolakan .. ada hasrat... ada tantangan .. ada petualangan bercampur dalam respon Maya terhadap ciumanku.</div><div align="justify">Tiba-tiba, Maya mendorongku dan sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiriku. Gw tak surut selangkahpun, kurengkuh dia dalam pelukan, kuciumi rambut kepalanya dan keningnya kemudiah ku peluk lagi erat. Maya mulai terisak...</div><div align="justify">kamu jahat Don... Gw mau kau apakan saja.... asal jangan pernah kau meninggalkanku !</div><div align="justify">iya beibz... andai Gw mengetahui waktu itu...</div><div align="justify">Kali ini, Gw terbawa oleh perasaan, air matGw mengalir dan Gw sedikit terisak. Maya mengusap airmatGw, kemudian mencium bibirku</div><div align="justify">Gw sayang dan kangen kamu... bisiknya</div><div align="justify">Ciuman bibir berdasar naluri dan penuh perasaan itu, terjadi sekian lama, rasanya memang beda ketika kau berciuman dengan seseorang yang benar-benar kau tau bahwa dia menyayangi dan membutuhkanmu, kau seakan tidak menginjak tanah.</div><div align="justify">Kali ini, hasrat dasar manusia mendorongku untuk melangkah ke tahap yang lebih jauh. Kulucuti pakaiannya, kubaringkan di tempat tidur dan kujelajahi seluruh lekuk tubuhnya dengan bibir dan lidahku. Payudaranya yang membulat dengan puting kecil coklat muda yang agak tenggelam itu kuhisap-hisap, kujilat-jilat dan kugigit-gigit hingga sekarang tampang sedikit menonjol. Vaginanya yang hangat dan basah itu, juga kujelajahi dengan lidah dan bibirku. Maya menggigit bibirnya sendiri, mencengkeram bahuku dan mengetatkan jepitan </div><div align="justify">Kembali ciuman bibir kulGwkan, dengan bisikan-bisikan mantra ajaib asal bunyi di teDonanya. Maya meresponse lebih dahsyat kali ini, matanya terpejam penuh penghayatan. Penetrasi kulGwkan perlahan, desakan pada vaginanya yang terasa sempit membutuhkan sedikit energi tambahan. Ketika terasa posisinya sudah nyaman, kudorongkan sekuat tenaga pinggulku untuk menyatukan Donga dan Yoni kami. Maya berseru lirih...aaaaaaacccch...</div><div align="justify">MOT standar berlangsung sekitar 3 menit, kemudian Maya diatas, namun tampaknya dia belum begitu ahli, goyanganya belum memiliki irama yang indah. Maya cenderung bergerak patah-patah dan menekan kuat pinggulku, tampaknya dia gemes. 2 menit WOT yang tidak terlalau lancar, wajah Maya sudah memerah dan matanya semakin sayu. </div><div align="justify">Mayaa kutidurkan tengkurap, pinggulnya kuangkat hingga agak nungging, kuganjal bantal dan kemudian kulakan penetrasi lagi. Vaginanya sudah sangat licin, goyangan dengan rpm tinggi kulGwkan beberapa saat, ketika terasa dinding pertahananku sudah mulai melemah pertanda akan tumpahnya jutaan calon jenderal ke dalam vaginanya, kurobah posisi, kali ini miring, kaki kanan Maya lurus, kaki kirinya menekuk ke depan, badannya miring dan Gw bisa leluasa memandang payudaranya yang bergoyang-goyang ketika kusodokkan penisku.</div><div align="justify">jangan pernah tinggalkan Gw ya beib... aaah uuuh... oohh</div><div align="justify">iya... tak akan pernah Gw meninggalkanmu lagi...uuph oooh</div><div align="justify">temani Gw terus.... walau kamu berkeluarga Gw tak peduli ... kamu atur gimana caranya... aah aah... aauuw ssshhh</div><div align="justify">iya beib.. Gw ngerti.. uuuh.. ahhhh mau keluar nih...</div><div align="justify">mau keluarin dimana ? bisik Maya sambil terengah-engah. Sesaat seakan Gw pernah mendengar kalimat itu dan juga posisi ini.. de javu .. tapi entahlah.</div><div align="justify">Gw jawab dengan tindakan, kusemprotkan seluruh sperma yang tersedia saat itu ke dalam rahim Maya . Maya kemudian menjerit tertahan ooooooggghhh</div><div align="justify">Kupeluk Maya erat, kuciumi dia kemudian kami tertidur. Ketika Gw terbangun, beberapa saat kemudian tampak lelehan sperma putih bercampur darah merah tua mengalir dari selangkangan Maya . Maya masih tertidur...</div><div align="justify">Gw ambil HP, mengirimkan sms RI 1 say.. Gw nungguin ngedit on line ya .. di studio **** kayaknya sampai pagi<br />
setelah ada jawaban ok..Gw tidur.. ngantuk nich...mmuuuach Gw pun kembali tidur memeluk Maya .</div><div align="justify">Jam 5 subuh, Maya membangunkanku .. Gw bisa hamil nih Don ... </div><div align="justify">hmmm iya... gumamku mengantuk</div><div align="justify">jebol juga perawanku nih ..</div><div align="justify">hmmm iya... gumamku lagi</div><div align="justify">Don ! bangun ! harus bagaimana ini !! Dasar kebooo tidur melulu !</div>Gw terbangun seketika, otakku berputar dan berbagai Rencana Dewasa telah tersedia disana. Cari Postinor 2 di apotik buat Maya , agar gak hamil, menemaninya lagi malam berikutnya ... dan mengantarnya ke Bandara Jumat ini...Cerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-66071537152767159242010-11-07T01:12:00.001+07:002010-11-07T03:31:25.567+07:00Cerita Sex Ngintip Cewek SMP Berakhir Diranjangkala itu pada suatu pagi hari tetapnya, hari Minggu pada bulan Mei tahun 2005, aku dan temen2ku dari kelas suatu SMP kelas 3 di kota S sedang melakukan perpisahan sendiri. Singkat aja, waktu itu, aku dan temen2ku sedang outbound di kota J. rasa capek dan penatku menghilang setelah smua kegiatan outbound selesai. Dan setelah itu kami semua pergi untuk mandi. yang pertama mandi adalah cewek2 dari kelasku, dan yang cowok mengambil baju terlebih dahulu. setelah itu, aku dan ke2 temen cowoku menunggu untuk bergiliran mandi kamar mandi di tempat outbound itu.<br />
<a name='more'></a><br />
Nah, pikiran mesumku keluar, aku berniat mengintip salah satu temanku yang seksinya luar biasa, baru kuketahui ukuran bh-nya 34c. Sangat besar untuk ukuran anak SMP. Sebut saja namanya diva ehh, ternyata dari luar kamar mandi terdapat celah kecil untuk melihat ke dalam dan WOW... susunya yang montok membuat adikku berdiri. Aku terpana melihat keseksian tubuhnya.<br />
Eh dia melihatku mengintip. Aku takut dia amat marah, yah bener deh dia marah. heh! ngapain lho??? gak kok... suerrrr. aku bilang gitu biar dia gak marah ma aku. Diva sempet ngediemin aku. Akhirnya karna aku gak tahan dia ngediemin aku, aku pergi ke rumahna yang kebetulan hanya diva yang ada dirumahnya untuk meminta maaf langsung. div, gw minta maaf, aku bener2 gak sengaja waktu itu. Diva tetap diam, akhirnya aku berniat untuk memberikan sedikit kecupan di bibirnya. Ternyata dia membalas ciumanku. aku sempat terkejut. Tuntaskan nafsumu Jack, puaskan aku. Akhirnya, aku mencumbuinya... aku remas susunya yang besar itu. mmmh... ssssshhhh... buka ba...ju...ku... sayang... mmmh aku lalu membuka semua pakaianku dan pakaiannya. Aku terpesona melihat toket nya yang super besar dan menggemaskan, tambah lagi memeknya blum terlalu lebat. Aku langsung menyedot toket kanannya yang putingnya berwarna putih itu... mmmmhhhh... sedot terrrr...uuusss sayang aku terus memilin toketnya... kontolmu.... say... ge...de... banget... kontolku yang berukuran 18cm itu dikulumnya... nikmat kulumannya. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengingini memeknya yang sudah basah. Dia masih perawan. Dan aku yang pertama kali dan satu satunya yang menjadi pasangan seksnya. Aku terobos memeknya hingga sampai ujung vaginanya. Aku tarik dan dorong. pantat seksinya itu membuatku semakin bergairah. Setelah 20 menit, aku merasa ingin keluar. Sayyyyyaaaang.... Akuuuuu... ke....lu....ar.... ahhhhhh. <br />
<div align="justify">Aku langsung mencabut kontolku dan kuarahkan ke payudaranya yang membumbung tinggi. Spermaku termuntahkan kemana mana. Divapun langsung menjilati penisku. Sekian lama aku dan diva pun berhubungan seks pada hari itu. Aku tidak berani mengeluarkan spermaku di dalam, takut hamil. Sampai sekarang pun, aku masih berpacaran dengan diva dan sering melakukan seks karna kami kuliah di universitas yang sama.</div>Cerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-8210659991140793082010-11-07T01:09:00.001+07:002010-11-07T03:31:40.642+07:00Akibat ranjang terlalu sempitMertuaku adalah seorang janda dengan kulit yang putih, cantik, lembut, dan berwajah keibu ibuan, dia selalu mengenakan kebaya jika keluar rumah. Dan mengenakan daster panjang bila didalam rumah, dan rambutnya dikonde keatas sehingga menampakkan kulit lehernya yang putih jenjang.<br />
Sebenarnya semenjak aku masih pacaran dengan anaknya, aku sudah jatuh cinta padanya Aku sering bercengkerama dengannya walaupun aku tahu hari itu pacarku kuliah. Diapun sangat baik padaku, dan aku diperlakukan sama dengan anak anaknya yang lain. Bahkan tidak jarang bila aku kecapaian, dia memijat punggungku.<br />
<a name='more'></a>Setelah aku kawin dengan anaknya dan memboyong istriku kerumah kontrakanku, mertuaku rajin menengokku dan tidak jarang pula menginap satu atau dua malam. Karena rumahku hanya mempunyai satu kamar tidur, maka jika mertuaku menginap, kami terpaksa tidur bertiga dalam satu ranjang. Biasanya Ibu mertua tidur dekat tembok, kemudian istri ditengah dan aku dipinggir. Sambil tiduran kami biasanya ngobrol sampai tengah malam, dan tidak jarang pula ketika ngobrol tanganku bergerilya ketubuh istriku dari bawah selimut, dan istriku selalu mendiamkannya. <br />
Bahkan pernah suatu kali ketika kuperkirakan mertuaku sudah tidur, kami diam diam melakukan persetubuhan dengan istriku membelakangiku dengan posisi agak miring, kami melakukankannya dengan sangat hati hati dan suasana tegang. Beberapa kali aku tepaksa menghentikan kocokanku karena takut membangunkan mertuaku. Tapi akhirnya kami dapat mengakhirinya dengan baik aku dan istriku terpuaskan walaupun tanpa rintihan dan desahan istriku.<br />
Suatu malam meruaku kembali menginap dirumahku, seperti biasa jam 21.00 kami sudah dikamar tidur bertiga, sambil menonton TV yang kami taruh didepan tempat tidur. Yang tidak biasa adalah istriku minta ia diposisi pinggir, dengan alasan dia masih mondar mandir kedapur. Sehingga terpaksa aku menggeser ke ditengah walaupun sebenarnya aku risih, tetapi karena mungkin telalu capai, aku segera tidur terlebih dahulu.<br />
Aku terjaga pukul 2.00 malam, layar TV sudah mati. ditengah samar samar lampu tidur kulihat istriku tidur dengan pulasnya membelakangiku, sedangkan disebelah kiri mertuaku mendengkur halus membelakangiku pula. Hatiku berdesir ketika kulihat leher putih mulus mertuaku hanya beberapa senti didepan bibirku, makin lama tatapan mataku mejelajahi tubuhnya, birahiku merayap melihat wanita berumur yang lembut tergolek tanpa daya disebelahku..<br />
Dengan berdebar debar kugeser tubuhku kearahnya sehingga lenganku menempel pada punggungnya sedangkan telapak tanganku menempel di bokong, kudiamkan sejenak sambil menunggu reaksinya. Tidak ada reaksi, dengkur halusnya masih teratur, keberanikan diriku bertindak lebih jauh, kuelus bokong yang masih tertutup daster, perlahan sekali, kurasakan birahiku meningkat cepat. Penisku mulai berdiri dan hati hati kumiringkan tubuhku menghadap mertuaku.<br />
Kutarik daster dengan perlahan lahan keatas sehingga pahanya yang putih mulus dapat kusentuh langsung dengan telapak tanganku. Tanganku mengelus perlahan kulit yang mulus dan licin, pahanya keatas lagi pinggulnya, kemudian kembali kepahanya lagi, kunikmati sentuhan jariku inci demi inci, bahkan aku sudah berani meremas bokongnya yang sudah agak kendor dan masih terbungkus CD.<br />
Tiba tiba aku dikejutkan oleh gerakan mengedut pada bokongnya sekali, dan pada saat yang sama dengkurnya berhenti.<br />
Aku ketakutan, kutarik tanganku, dan aku pura pura tidur, kulirik mertuaku tidak merubah posisi tidurnya dan kelihatannya dia masih tidur. Kulirik istriku, dia masih membelakangiku, Penisku sudah sangat tegang dan nafsu birahiku sudah tinggi sekali, dan itu mengurangi akal sehatku dan pada saat yang sama meningkatkan keberanianku.<br />
Setelah satu menit berlalu situasi kembali normal, kuangkat sarungku sehingga burungku yang berdiri tegak dan mengkilat menjadi bebas, kurapatkan tubuh bagian bawahku kebokong mertuaku sehingga ujung penisku menempel pada pangkal pahanya yang tertutup CD. Kenikmatan mulai menjalar dalam penisku, aku makin berani, kuselipkan ujung penisku di jepitan pangkal pahanya sambil kudorong sedikit sedikit, sehingga kepala penisku kini terjepit penuh dipangkal pahanya, rasa penisku enak sekali, apalagi ketika mertuaku mengeser kakinya sedikit, entah disengaja entah tidak.<br />
Tanpa meninggalkan kewaspadaan mengamati gerak gerik istri, kurangkul tubuh mertuaku dan kuselipkan tanganku untuk meremas buah dadanya dari luar daster tanpa BH. Cukup lama aku melakukan remasan remasan lembut dan menggesekan gesekkan penisku dijepitan paha belakangnya. Aku tidak tahu pasti apakah mertuaku masih terlelap tidur atau tidak tapi yang pasti kurasakan puting dibalik dasternya terasa mengeras. Dan kini kusadari bahwa dengkur halus dari mertuaku sudah hilang.., kalau begitu..pasti ibuku mertuaku sudah terjaga..? Kenapa diam saja? kenapa dia tidak memukul atau menendangku, atau dia kasihan kepadaku? atau dia menikmati..? Oh.. aku makin terangsang.<br />
Tak puas dengan buah dadanya, tanganku mulai pindah keperutnya dan turun keselangkangannya, tetapi posisinya yang menyebabkan tangan kananku tak bisa menjangkau daerah sensitifnya. Tiba tiba ia bergerak, tangannya memegang tanganku, kembali aku pura pura tidur tanpa merrubah posisiku sambil berdebar debar menanti reaksinya. Dari sudut mataku kulihat dia menoleh kepadaku, diangkatnya tanganku dengan lembut dan disingkirkannya dari tubuhnya, dan ketika itupun dia sudah mengetahui bahwa dasternya sudah tersingkap sementara ujung penisku yang sudah mengeras terjepit diantara pahanya.<br />
Jantungku rasanya berhenti menunggu reaksinya lebih jauh. Dia melihatku sekali lagi, terlihat samar samar tidak tampak kemarahan dalam wajahnya, dan ini sangat melegakanku .<br />
Dan yang lebih mengejutkanku adalah dia tidak menggeser bokongnya menjauhi tubuhku, tidak menyingkirkan penisku dari jepitan pahanya dan apalagi membetulkan dasternya. Dia kembali memunggungiku meneruskan tidurnya, aku makin yakin bahwa sebelumnya mertuaku menikmati remasanku di payudaranya, hal ini menyebabkan aku berani untuk mengulang perbuatanku untuk memeluk dan meremas buah dadanya. Tidak ada penolakan ketika tanganku menyelusup dan memutar mutar secara lembut langsung keputing teteknya melalui kancing depan dasternya yang telah kulepas. Walaupun mertuaku berpura pura tidur dan bersikap pasif, tapi aku dengar nafasnya sudah memburu.<br />
Cukup lama kumainkan susunya sambil kusodokkan kemaluanku diantara jepitan pahanya pelan pelan, namun karena pahanya kering, aku tidak mendapat kenikmatan yang memadai, Kuangkat pelan pelan pahanya dengan tanganku, agar aku penisku terjepit dalam pahanya dengan lebih sempurna, namun dia justru membalikkan badannya menjadi terlentang, sehingga tangannya yang berada disebelah tangannya hampir menyetuh penisku, bersamaan dengan itu tangan kirinya mencari selimutnya menutupi tubuhnya. Kutengok istri yang berada dibelakangku, dia terlihat masih nyenyak tidurnya dan tidak menyadari bahwa sesuatu sedang terjadi diranjangnya.<br />
Kusingkap dasternya yang berada dibawah selimut, dan tanganku merayap kebawah CDnya. Dan kurasakan vaginanya yang hangat dan berbulu halus itu sudah basah. Jari tanganku mulai mengelus, mengocok dan meremas kemaluan mertuaku. Nafasnya makin memburu sementara dia terlihat berusaha untuk menahan gerakan pinggulnya, yang kadang kadang terangkat, kadang mengeser kekiri kanan sedikit. Kunikmati wajahnya yang tegang sambil sekali kali menggigit bibirnya. Hampir saja aku tak bisa menahan nafsu untuk mencium bibirnya, tapi aku segera sadar bahwa itu akan menimbulkan gerakan yang dapat membangunkan istriku.<br />
Setelah beberapa saat tangan kanannya masih pasif, maka kubimbing tangannya untuk mengelus elus penisku, walaupun agak alot akhirnya dia mau mengelus penisku, meremas bahkan mengocoknya. Agak lama kami saling meremas, mengelus, mengocok dan makin lama cepat, sampai kurasakan dia sudah mendekati puncaknya, mertuakan membuka matanya, dipandanginya wajahku erat erat, kerut dahinya menegang dan beberapa detik kemudian dia menghentakkan kepalanya menengadah kebelakang. Tangan kirinya mencengkeram dan menekan tanganku yang sedang mengocok lobang kemaluannya. Kurasakan semprotan cairan di pangkal telapak tanganku. Mertuaku mencapai puncak kenikmatan, dia telah orgasme. Dan pada waktu hampir yang bersamaan air maniku menyemprot kepahanya dan membasahi telapak tangannya. Kenikmatan yang luar biasa kudapatkan malam ini, kejadianya begitu saja terjadi tanpa rencana bahkan sebelumnya membayangkanpun aku tidak berani.<br />
Sejak kejadian itu, sudah sebulan lebih mertuaku tidak pernah menginap dirumahku, walaupun komunikasi dengan istriku masih lancar melalui telpon. Istriku tidak curiga apa apa tetapi aku sendiri merasa rindu, aku terobsesi untuk melakukannya lebih jauh lagi. Kucoba beberapa kali kutelepon, tetapi selalu tidak mau menerima. Akhirnya setelah kupertimbangkan maka kuputuskan aku harus menemuinya.<br />
Hari itu aku sengaja masuk kantor separo hari, dan aku berniat menemuinya dirumahnya, sesampai dirumahnya kulihat tokonya sepi pengunjung, hanya dua orang penjaga tokonya terlihar asik sedang ngobrol. Tokonya terletak beberapa meter dari rumah induk yang cukup besar dan luas. Aku langsung masuk kerumah mertuaku setelah basa basi dengan penjaga tokonya yang kukenal dengan baik. Aku disambut dengan ramah oleh mertuaku, seolah olah tidak pernah terjadi sesuatu apa apa, antara kami berdua, padahal sikapku sangat kikuk dan salah tingkah.<br />
“Tumben tumbenan mampir kesini pada jam kantor?”<br />
“Ya Bu, soalnya Ibu nggak pernah kesana lagi sih”<br />
Mertuaku hanya tertawa mendengarkan jawabanku<br />
“Ton. Ibu takut ah.. wong kamu kalau tidur tangannya kemana mana.., Untung istrimu nggak lihat, kalau dia lihat.. wah.. bisa berabe semua nantinya..”<br />
“Kalau nggak ada Sri gimana Bu..?” tanyaku lebih berani.<br />
“Ah kamu ada ada saja, Memangnya Sri masih kurang ngasinya, koq masih minta nambah sama ibunya.”<br />
“Soalnya ibunya sama cantiknya dengan anaknya” gombalku.<br />
“Sudahlah, kamu makan saja dulu nanti kalau mau istirahat, kamar depan bisa dipakai, kebetulan tadi masak pepes” selesai berkata ibuku masuk ke kamarnya.<br />
Aku bimbang, makan dulu atau menyusul mertua kekamar. Ternyata nafsuku mengalahkan rasa lapar, aku langsung menyusul masuk kekamar, tetapi bukan dikamar depan seperti perintahnya melainkan kekamar tidur mertuaku. Pelan pelan kubuka pintu kamarnya yang tidak terkunci, kulihat dia baru saja merebahkan badannya dikasur, dan matanya menatapku, tidak mengundangku tapi juga tidak ada penolakan dari tatapannya. Aku segera naik keranjang dan perlahan lahan kupeluk tubuhnya yang gemulai, dan kutempelkan bibirku penuh kelembutan. Mertuaku menatapku sejenak sebelum akhirnya memejamkan matanya menikmati ciuman lembutku. Kami berciuman cukup lama, dan saling meraba dan dalam sekejap kami sudah tidak berpakaian, dan nafas kami saling memburu. Sejauh ini mertuaku hanya mengelus punggung dan kepalaku saja, sementara tanganku sudah mengelus paha bagian dalam. Ketika jariku mulai menyentuh vaginanya yang tipis dan berbulu halus, dia sengaja membuka pahanya lebar lebar, hanya sebentar jariku meraba kemaluanya yang sudah sangat basah itu, segera kulepas ciumanku dan kuarahkan mulutku ke vagina merona basah itu.<br />
Pada awalnya dia menolak dan menutup pahanya erat erat.<br />
“Emoh.. Ah nganggo tangan wae, saru ah.. risih..” namun aku tak menghiraukan kata katanya dan aku setengah memaksa, akhirnya dia mengalah dan membiarkan aku menikmati sajian yang sangat mempesona itu, kadang kadang kujilati klitorisnya, kadang kusedot sedot, bahkan kujepit itil mertuaku dengan bibirku lalu kutarik tarik keluar.<br />
“Terus nak Ton.., Enak banget.. oh.. Ibu wis suwe ora ngrasakke penak koyo ngene sstt”<br />
Mertuaku sudah merintih rintih dengan suara halus, sementara sambil membuka lebar pahanya, pinggulnya sering diangkat dan diputar putar halus. Tangan kiriku yang meremas remas buah dadanya, kini jariku sudah masuk kedalam mulutnya untuk disedot sedot.<br />
Ketika kulihat mertuaku sudah mendekati klimax, maka kuhentikan jilatanku dinya, kusodorkan ku kemulutnya, tapi dia membuang muka kekiri dan kekanan, mati matian tidak mau mengisap penisku. Dan akupun tidak mau memaksakan kehendak, kembali kucium bibirnya, kutindih tubuhnya dan kudekap erat erat, kubuka leber lebar pahanya dan kuarahkan ujung penisku yang mengkilat dibibr vaginanya.<br />
Mertuaku sudah tanpa daya dalam pelukanku, kumainkan penisku dibibir kemaluannya yang sudah basah, kumasukkan kepala penis, kukocok kocok sedikt, kemudian kutarik lagi beberapa kali kulakukan.<br />
“Enak Bu?”<br />
“He eh, dikocok koyo ngono tempikku keri, wis cukup Ton, manukmu blesekno sin jero..”<br />
“Sekedap malih Bu, taksih eco ngaten, keri sekedik sekedik”<br />
“Wis wis, aku wis ora tahan meneh, blesekno sih jero meneh Ton oohh.. ssttss.. Ibu wis ora tahan meneh, aduh enak banget tempikku” sambil berkata begitu diangkatnya tinggi tinggi bokongnya, bersamaan dengan itu kumasukkan ku makin kedalam nya sampai kepangkalnya, kutekan ku dalam dalam, sementara Ibu mertuaku berusaha memutar mutar pinggulnya, kukocokkan penisku dengan irama yang tetap, sementara tubuhnya rapat kudekap, bibirku menempel dipipinya, kadang kujilat lehernya, ekspresi wajahnya berganti ganti. Rupanya Ibu anak sama saja, jika sedang menikmati sex mulutnya tidak bisa diam, dari kata jorok sampai rintihan bahkan mendekati tangisan.<br />
Ketika rintihannya mulai mengeras dan wajahnya sudah diangkat keatas aku segera tahu bahwa mertua akan segera orgasme, kukocok ku makin cepat.<br />
“Ton..aduh aduh.. Tempikku senut senut, ssttss.. Heeh mu gede, enak banget.. Ton aku meh metu.. oohh.. Aku wis metu..oohh.”<br />
Mertuaku menjerit cukup keras dan bersamaan dengan itu aku merasakan semprotan cairan dalam vaginanya. Tubuhnya lemas dalam dekapanku, kubiarkan beberapa menit untuk menikmati sisa sisa orgasmenya sementara aku sendiri dalam posisi nanggung.<br />
Kucabut penisku yang basah kuyup oleh lendirnya knya, dan kusodorkan ke mulutnya, tapi dia tetap menolak namun dia menggegam penisku untuk dikocok didepan wajahnya. Ketika kocokkannya makin cepat, aku tidak tahan lagi dan muncratlah lahar maniku kewajahnya.<br />
Siang itu aku sangat puas demikian juga mertuaku, bahkan sebelum pulang aku sempat melakukannya lagi, ronde kedua ini mertuaku bisa mengimbangi permainanku, dan kami bermain cukup lama dan kami bisa sampai mencapai orgasme pada saat yang sama .Cerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-42214953467163351552010-11-07T00:55:00.001+07:002010-11-07T03:31:54.680+07:00Nafsu Birahi Gadis-gadis Pecinta AlamSore itu pukul 15.10 WIB, aku baru saja selesai menyeduh kopi instanku, ketika tiba-tiba dari arah semak belukar arah barat muncul 2 orang cewek dengan baju dan kondisi acak-acakan. <br />
”Halo Mas?” sapa salah satu cewek itu padaku.<br />
Cewek yang kutaksir berusia 18 tahun kelihatannya anak SMA, rambutnya pendek seperti aktris Agnes Monica. Sedangkan temannya yang satu berambut panjang sebahu mirip-mirip bintang sinetron Bunga lestari.<br />
”Halo juga” jawabku menyembunyikan kekagetanku karena munculnya yang tiba-tiba, sempat terpikir ada setan atau penunggu gunung ini yang mau menggodaku.<br />
”Loh, dari mana, kok berduaan aja?” tanyaku coba berbasa-basi.<br />
”Iya, kita tadi misah dari rombongan, terus nyasar..” jawab cewek itu sambil duduk di depanku.<br />
”Boleh minta minum gak? Kita haus sekali, sudah 5 jam kita jalan muter-muter gak ketemu jalan sama orang” lanjutnya kemudian.<br />
<a name='more'></a><br />
Aneh juga pikirku, padahal perasaanku dari tadi pagi, sering sekali aku berpapasan dengan orang-orang atau rombongan pecinta alam.<br />
”Ada juga air putih, tuh di botol atau mau kopi, sekalian aku buatin?” jawabku.<br />
Cewek yang berbicara denganku tadi ini tidak menjawab pertanyaanku, tapi langsung menghampiri botol minum yang kutunjukan dan segera meminumnya dengan terburu-buru, sedangkan temannya yang satu lagi hanya memperhatikan dan kemudian meminta botol minumku dengan santun.<br />
Kuperhatikan saja tingkah mereka, cewek-cewek muda ini cakep juga khas ABG kota, tapi saat itu mukanya kotor oleh debu dan keringat, kaosnya cuma ditutupi jaket kain, celana jeans dan sepatu olah raga warna hitam, ini sih mau piknik bukan mau naik gunung, abis gak bawa bekal atau peralatan sama sekali.<br />
Mereka minum terus sampai puas kemudian tiduran disamping kompor parafin yang sedang kugunakan untuk memasak air.<br />
”Mas namanya siapa?” tanya cewek yang berambut pendek.<br />
”Namaku Adek sedangkan ini temenku Lina” katanya lagi.<br />
”Namaku Son” jawabku pendek sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.<br />
”Ada makanan gak, Mas? Adek laper banget nih..” tanya Adek tanpa basa basi kepadaku yang sedang memperhatikannya.<br />
”Ada juga mie kalo mau, sekalian aja masak mumpung airnya mendidih” jawabku.<br />
Ternyata Adek tidak mau masak sendiri, dia terus berbaring dan minta tolong padaku untuk dimasakin mie.<br />
”Wah kamu ini manja banget ya? Kenal aja barusan tapi udah nyuruh-nyuruh?” godaku pada Adek.<br />
”Tolong deh Mas.. Adek capek banget” “Nanti gantian deh..” rayu Adek padaku.<br />
”Gantian apa ya? Emang nanti kamu mau masak mie lagi? Bayarnya pake pijet aja ya?” godaku lebih lanjut.<br />
”Maunya tuh.. tapi bereslah..” jawab Adek cuek sambil memejamkan matanya.<br />
Kuperhatikan Lina, tapi dia ternyata diam saja, dan hanya mengangguk kecil ketika kutawarkan mie. Sementara aku masak mie instan, Adek kemudian bercerita kisahnya sampai dia dan Lina tersesat berduaan di tengah gunung Lawu ini. Adek berangkat bersama serombongan pecinta alam SMAnya jam 10 siang tadi. Rencananya malam nanti Adek dan rombongan akan mendaki gunung Lawu, tapi waktu menuju base camp kedua, perut Lina sakit, sehingga Adek menemani Lina mencari tempat untuk buang hajat, tetapi setelah selesai ternyata mereka tertinggal dan terpisah dari rombongan.<br />
Setelah mienya siap segera saja pancinya kuberikan pada mereka untuk segera disantap. mMsih saja Adek protes kok tidak ada piringnya.<br />
”Emangnya ini di warung” kataku cuek sambil tersenyum kearah Lina.<br />
Lina hanya tersenyum tipis dengan bibir gemetar.<br />
”kamu sakit ya Lin?” tanyaku.<br />
”Nggak Mas hanya kedinginan” katanya pelan.<br />
”Butuh kehangatan tuh Mas Son” potong Adek sekenanya.<br />
Wah kaget juga aku mendengar celoteh Adek yang terkesan berani. Kuperhatikan keadaan sekitar yang sudah mulai berkabut dan langit gelap sekali. Waduh jangan-jangan sudah mau hujan. Segera saja kubereskan peralatanku.<br />
”Masih pada kuat jalan nggak?” tanyaku pada 2 orang cewek ini.<br />
”Nanti kalau disini hujan, bisa basah semua.. Mending kalo masih bisa jalan kita cepat turun agar nggak kehujanan” lanjutku.<br />
Baru saja selesai aku bicara, tiba-tiba ada kilatan petir disusul dengan suaranya yang keras.<br />
”Duer!!”<br />
Disusul dengan tiupan angin yang kencang membawa rintik-rintik air hujan.<br />
”Nah lo.. benerkan, telat deh kalo kita mau nekat turun sekarang” kataku sambil mematikan kompor parafinku.<br />
”Ya udah, cepet masuk tenda sana, cuaca lagi nggak bersahabat nih, bakal hujan deres disini!” perintahku sambil membereskan peralatanku yang lain karena hujan sudah mulai turun.<br />
Aku, Adek, dan Lina segera berdesak-desakan di dalam tenda kecil parasut, sementara hujan semakin deras disertai bunyi angin yang keras, segera aku memasang lampu kemah kecil yang biasa kubawa kalau aku naik gunung. Lumayanlah cahayanya cukup untuk menerangi di dalam tenda ini. Sementara kurasa hari menjelang maghrib, dan hujan masih saja turun walau tidak deras.<br />
Adek dan Lina duduk meringkuk berdampingan dihadapanku sambil tangannya mendekap kaki.<br />
”Kamu masuk aja ke sleeping bag itu, kelihatannya kok kamu kedinginan sekali” saranku pada Lina yang mulai menggigil kedinginan.<br />
”Tapi copot sepatunya” lanjutku kemudian.<br />
Lina diam saja, tapi menuruti saranku. Akhirnya Adek dan Lina tiduran berhimpitan di dalam sleeping bag sambil berpelukan.<br />
Kuperhatikan saja tingkah mereka berdua,<br />
”Hei kalian pada ngomong dong, jangan diem aja. Jadi serem nih suasananya” ucapku pada Adek dan Lina.<br />
”Mas Son gak kedinginan..” tanya Lina tiba-tiba.<br />
”Ya dingin to, siapa juga yang nggak kedinginan di cuaca seperti ini?” jawabku apa adanya.<br />
”Kalian enak berduan bisa berpelukan gitu.. gak adil” kataku mencoba bercanda.<br />
”Ya Mas Son sini to, kita berpelukan bertiga” kata Adek pendek, tak ada nada bercanda dalam nada omongannya.<br />
”Waduh, gak salah denger nih?” pikirku.<br />
Tak akan ada kesempatan kedua kalau hal ini kutanyakan lagi.<br />
”Ya udah, kalian geser dong. aku mau di tengah biar hangat” kataku cuek sambil membuka resleting sleeping bagku.<br />
Tidak sempat kuperhatikan ekspresi Lina atau Adek karena keadaannya yang remang-remang. Aku merebahkan diri diantara dua cewek yang baru kukenal ini, tak ada kata-kata atau komentar apapun, kulingkarkan kedua tanganku kepada Adek di sebelah kiri dan Lina disebelah kanan. Walau awalnya aku merasa canggung tapi setelah kunikmati dan merasakan dua tubuh hangat mendekapku dan akupun merasa nyaman sekali. Kepala Adek dan Lina bersamaan rebah di dadaku. Kurasakan deru nafas yang memburu dari keduanya dan dariku juga.<br />
”Badan Mas Son hangat ya Lin?” kata Adek pelan seraya tangannya melingkar kebawah dadaku dan kakinya naik menimpa kakiku, barangkali Adek lagi membayangkan aku seperti gulingnya kalau dia pas lagi mau tidur.<br />
”Iya tadi Lin takut sekali, sekarang dipeluk sama Mas Son, Lin jadi nggak takut lagi” jawab Lina pelan sambil mengusap kepalanya di dadaku.<br />
Samar-samar tercium bau wangi dari rambutnya. Kemudian darahku terasa terkesiap saat lutut Adek entah disengaja atau tidak menyenggol burungku.<br />
”Ehm..” aku hanya bisa berdehem kecil ketika kurasa hal itu ternyata mendorong birahiku naik.<br />
Waduh, pikiranku langsung ngeres, rugi juga ya kalau kesempatan selangka seperti ini kusia-siakan, minimal harus ngelaba sesuatu nih..<br />
Iseng-iseng tangan kiriku yang masih leluasa kuberanikan memeluk tubuh Adek mulai meraba-raba kebagian daerah buah dada Adek.<br />
”Ehm..” Adek ternyata hanya berdehem pelan.<br />
Akupun mulai berani meningkatkan aksiku lebih lanjut, aku mencoba meremas lembut susunya. Ternyata Adek hanya diam, dia hanya mendongakkan mukanya menatapku, sambil tangannya juga meraba-raba dan mengelus-elus dadaku. Kucoba mencium rambutnya lalu kukecup kening Adek, sementara tanganku terus meremas-remas susunya dengan tempo agak cepat.<br />
”Aah.. Mas Son” suara Adek terdengar lirih.<br />
”Ada apa Dek?” tanyaku pelan melihat Lina sudah mulai curiga dengan aktivitas yang kulakukan.<br />
”Kamu masih kedinginan ya?” kataku lagi sambil menggeser tubuhnya agar lebih naik lagi.<br />
Sementara tanganku jadi lebih leluasa menelusup ke dalam balik jaketnya dan membuka pengait BHnya yang masih tertutup dengan kaos luarnya. Adek hanya diam saja saat kulakukan hal itu, bahkan saat tanganku sudah sempurna merengkuh susunya dibalik BHnya. Dia menggigit kecil dadaku.<br />
”Ah.. Mas Son..” katanya parau dengan tidak memperdulikan ekspresi Lina yang kebingungan.<br />
Saat kupermainkan puting susunya, tiba-tiba Adek bangkit.<br />
”Mas Son, Adek ma.. masih kedinginan” kata Adek dengan bergetar sambil menghadapkan mukanya ke wajahku sehingga jarak muka kami begitu dekat.<br />
Kurasakan nafasnya memburu mengenai wajahku. Aku hanya bisa diam tercekat ketika Adek mulai menciumi mukaku dengan tidak beraturan, mungkin karena gelap hampir semuanya kena diciumnya. Kurasakan lagi kaki Adek sudah melakukan gerakan yang teratur menggesek-gesek ******ku naik dan turun. Tanpa sadar akupun membalas ciuman Adek, hingga akhirnya bibir kami bertaut. Dengan penuh nafsu Adek mengulum bibirku sambil lidahnya terjulur keluar mencari lidahku. Setelah didapatnya lidahku, dihisapnya dengan kuat sehingga aku sulit bernafas.<br />
”Gila nih, cewek ABG sudah pintar french kiss” ucapku dalam hati.<br />
Tanpa sadar tangan kananku mencengkram pundak Lina.<br />
”Mas sakit Mas pundak Lina” kata Lina tiba-tiba yang menghentikan aktivitasku dengan Adek.<br />
”Oh maaf Lin” jawabku dengan terkejut.<br />
Kuperhatikan ekspresi Lina yang bengong melihatku dengan Adek. Tapi rasa tidak enakku segera hilang karena ternyata Adek tidak menghentikan aktivitasnya, dia tampaknya cuek aja dengan Lina, seakan menganggap Lina tidak ada. Adek terus menciumi telinga dan leherku.<br />
”Mas Son, Adek jadi pengen.. Adek jadi BT, birahi tinggi” kata Adek lirih di telingaku sambil tangannya sudah bergerilya mengusap-usap ******ku yang masih tertutup rapat oleh celana jeansku.<br />
”Waduh.. bagaimana ini” pikirku dalam hati.<br />
Pikiranku serasa buntu. Kupandangi wajah Lina yang kaku melihat polah tingkah Adek yang terus mencumbuku. Lina pun bangkit dari rebahannya sambil beringsut menjauh dari badanku. Tak sempat ku berkata lagi, Adek yang sudah birahi tinggi tanpa ampun menyerangku dengan ganasnya, dicumbunya seluruh wajah dan leherku, malah kini posisinya menaiki tubuhku dan berusaha membuka bajuku.<br />
Aku yakin walau suasananya remang-remang, Lina pasti melihat jelas semua aktivitas kami, bahkan dengan kaos dan BH Adek yang sudah tersingkap keatas dan tanganku yang sedang meremas-remas susu Adek, sekarang jelas terpampang di depan mata Lina. Kepalang tanggung, segera saja kurengkuh tubuh kecil Adek dan kuhisap puting payudaranya yang kecil dan berwarna merah kecoklatan itu secara bergantian dengan posisi adek diatas tubuhku. Pentil itu tampak sudah tegak mengacung karena pemiliknya sudah dilanda nafsu birahi yang sangat tinggi.<br />
”Ah.. ah.. Mas Son..” gumam Adek lirih.<br />
”Enak Mas, terus.. jangan dijilat terus, tapi disedot.. aah..” lanjutnya.<br />
Aktivitas ini kuteruskan dengan mengelus dan meraba pantat Adek yang sejajar dengan ******ku. Kuremas pantat Adek sambil menggesek-gesekan ******ku pada daerah kemaluan Adek yang masih terbungkus dengan celana jeans yang dikenakannya. Kujilati semua yang ada di dada Adek, bahkan kugigit kecil puting mancung itu yang membuat Adek melenguh panjang.<br />
”Aaahh.. sshh..”<br />
Aksiku ternyata membuat Adek blingsatan, dikulumnya bibirku dan diteruskan ke leherku sambil berusaha membuka semua bajuku, nampaknya Adek mau balas dendam melancarkan aksi yang sama dengan yang kulakukan tadi.<br />
Benar saja, begitu bajuku terbuka semua, Adek segera menghisap putingku dan menggigit-gigit putingku dengan ganas. Kurasakan sensasi yang luar biasa yang membuat ******ku semakin tersiksa karena tidak bisa bangun terhalang oleh celana jeansku. Saat itu bisa kuperhatikan Lina di samping kiriku yang sedang menatap nanar aktivitas kami, kulihat tangan kanannya dijepitkan pada dua belah pahanya, entah sedang terangsang atau sedang kedinginan.<br />
Tanpa kata, kuberanikan tangan kananku mengelus paha Lina sambil berusaha meraih tangan Lina. Lina hanya diam saja, bahkan semakin terpaku saat melihat aksi Adek yang terus mencumbu bagian bawah pusarku. Aku yang merasa sangat geli hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku ke kiri dan ke kanan.<br />
”Aah.. Dek, jangan dijilat di daerah situ terus.. ge..li se..ka..li..” ujarku dengan nafas tersengal.<br />
Tanpa sadar aku sudah meremas tangan Lina dan Linapun kurasa juga membalas remasan tanganku. Tapi kejadian demi kejadian berlangsung begitu cepat, Adek seolah sudah tidak peduli lagi, dia langsung membuka ikat pinggangku diteruskan dengan membuka resleting celana jeansku. Aku hanya bisa pasrah menerima nasibku saat itu, keperhatikan tingkah Adek sambil tanganku tetap memegang tangan Lina.<br />
Saat resleting celanaku sudah terbuka, Adek meraih ******ku yang masih terbungkus celana dalamku, lalu dielusnya sebentar kemudian ditariknya sampai selutut celana jeansku berikut celana dalamku juga. Tanpa banyak kata, Adek hanya memperhatikan sebentar ******ku kemudian mencium dan menjilat permukaan ******ku.<br />
”Aah..” aku hanya bisa mengeluarkan kata itu saat Adek mulai mengulum ******ku dan mengisapnya.<br />
”Aargh .. Dek, enak sekali Dek” erangku.<br />
”Gila nih anak, baru SMA sudah selihai ini, aku tak habis pikir” gumamku dalam hati.<br />
Saat Adek masih asik berkaraoke dengan ******ku, kulihat sekilas ke Lina, ternyata dia sedang memperhatikanku dengan pandangan yang tidak kumengerti artinya. Kemudian seperti ada dorongan lain kutarik tangan Lina sehingga tubuhnya rebahan lagi disampingku.<br />
”Lin, aku ingin cium bibir kamu” bisikku perlahan di telinga Lina.<br />
Saat itu Lina diam saja sambil tetap menatapku. Kutarik wajahnya mendekat dengan wajahku dan segera kulumat bibir Lina yang mungil itu.<br />
”Eemh ..” suara yang terdengar dari mulut Lina.<br />
Tak ada perlawanan yang berarti dari Lina, Lina diam saja tak membalas ciumanku, entah karena pasrah atau tidak tahu caranya berciuman. Kurasakan getaran birahi yang luar biasa saat ******ku terus dipermainkan oleh Adek sementara konsentrasiku terarah pada Lina yang pasrah. Segera saja aku menciumi dada Lina yang masih terbungkus oleh bajunya sementara tanganku yang satu mengelus-elus selangkangan Lina.<br />
”Aah.. ah..” Lina mulai bereaksi panas saat kusibak bajunya sehingga aku bisa menjilati permukaan susu yang masih tertutup oleh BHnya yang berwarna pink.<br />
”Ya diajari tuh Lina, Mas Son.. sudah gede tapi belum bisa bercinta” kata Adek tiba-tiba.<br />
Kaget juga aku mendengar teguran itu, kuperhatikan Adek tenyata dia sudah tidak menghisap ******ku lagi, tapi sedang membuka celana jeans lalu celana dalamnya sendiri.<br />
”Adek masukkin ya Mas” kata Adek pelan tanpa menunggu persetujuanku sambil mengarahkan ******ku ke lubang kawinnya yang tampak olehku disuburi bebuluan jembut keriting.<br />
Pelan tapi pasti Adek membimbing ******ku untuk masuk penuh ke dalam tempiknya. Kurasakan rasa hangat menjalar dari ******ku ke seluruh tubuhku. Tempik Adek yang sudah basah oleh lendir pelumasnya memudahkan ******ku masuk ke dalamnya.<br />
”Ah.. burung Mas Son gede.. terasa penuh di tempik Adek” katanya mendesis sambil menggoyangkan pantatnya dan memompanya naik turun.<br />
”Ah.. ash.. ah.. enak sekali Mas Son” kata Adek parau sambil mencumbu dadaku lagi.<br />
Aku yang menerima perlakuan demikian tentu saja tidak terima, kuangkat badan Adek dan mendekatkan teteknya ke mulutku sambil terus memompa dari bawah mengimbangi goyangan Adek.<br />
”Huuf.. uh..uh.. aah.. terus Mas” erang Adek memelas.<br />
Kujilati terus dan mengisap puting Adek bergantian kiri dan kanan, sementara Adek menerima perlakuanku seperti kesetanan.<br />
”Ayo Mas.. Son.. terus.. ayo .. teruuss.. Adek mau dapet ni..” katanya bernafsu.<br />
Tak beberapa lama kemudian, dengan kasar Adek mencium dan mengulum bibirku.<br />
”Eeemhp.. aaah..”<br />
Dan kemudian Adek terkulai lemas di dadaku, sementara aku yang masih memompa dari bawah hanya didiamkan Adek tanpa perlawanan lagi.<br />
”Aaa.. berhenti dulu Mas Son, istirahat sebentar, Adek sudah dapat Mas Son” kata Adek lirih mendekapku dengan posisinya masih di atasku dan ******ku masih di dalam liang senggamanyanya.<br />
Kurasakan detak jantung Adek yang bergemuruh di dadaku dan nafasnya yang ngos-ngosan mengenai leherku.<br />
”Makasih ya Mas Son, enak sekali rasanya” kata Adek pelan.<br />
Aku yang belum mendapatkan orgasme, hanya bisa melirik ke arah Lina yang saat itu ada di sampingku, ternyata tangannya sedang meremas-remas teteknya sendiri dibalik BH berendanya yang sudah terbuka. Segera saja kutarik Lina mendekatiku dan menyuruhnya agar ia berposisi push up mendekatkan teteknya kemulutku.<br />
”Aah .. Mas Son..” kata Lina pelan saat tetek kanannya kuhisap.<br />
Saat itu Adek bangkit dari posisi semula dan mencabut tempiknya dari ******ku, kemudian berbaring di sisi kiriku sambil merapikan kaosnya. Aku yang kini leluasa berusaha bangkit sambil mencopot celana jeansku yang masih menempel di lututku. Kuterus meremas-remas tetek Lina sambil mengulum bibir Lina yang kini posisinya berbaring di bawahku. Berbeda dengan yang tadi, kini Lina mulai agresif membalas kulumanku bahkan bibirnya menjulur-julur minta diisap.<br />
Kubimbing tangan Lina untuk memegang ******ku yang masih tegang dan basah karena cairan kawin dari tempik Adek. Semula seakan ragu, tapi kini Lina mengenggam erat ******ku dan seperti sudah alami Lina mengocok ******ku waktu lidahku bermain di bawah telinganya dan lehernya.<br />
”Aah .. Mas Son.. geli ..” hanya itu komentar dari bibir Lina yang seksi itu.<br />
Perlahan lidahku mulai bermain di seluruh dada Lina, dari leher sampai gundukan teteknya kujilati semua, dan kugigit kecil pentil susu Lina yang berwarna kemerahan dan sudah tampak tegang itu.<br />
”Aargh.. aah ..” Lina mulai menggelinjang.<br />
Lina diam saja waktu kubuka ikat pinggangnya dan kubuka kancing celana jeansnya. Kuperhatikan Lina masih memejamkan matanya dan melenguh terus saat kucumbu bagian pentilnya, sementara tangan kanannya tetap menggenggam erat ******ku, dan tangan kirinya menekan-nekan kepalaku, sesekali menjambak rambutku. Kemudian tanganku menelusup ke dalam balik celana dalam Lina waktu kancing celana jeans Lina sudah terbuka, kurasakan sambutan hangat bulu-bulu jembut yang masih jarang diatas tempiknya. Kuelus-elus sebentar permukaan liang kawinnya, lalu jari-jariku tak ketinggalan bermain menekan-nekan tempiknya yang sudah basah oleh lendir kawinnya.<br />
”Ah.. Mas.. Son .. aah” suara Lina semakin terdengar parau.<br />
Aku segera mengalihkan cumbuan ke daerah perut Lina dan menurun menuju tempiknya. Kubuka celana dalam berenda yang juga berwarna pink itu tanpa melihat reaksi Lina dan segera menciumi permukaan tempik Lina yang masih ditumbuhi bulu-bulu jembut halus yang jarang-jarang.<br />
”Ah.. jangan Mas Son .. ah..” kata Lina mendesis.<br />
Tentu saja kubiarkan sikap yang menolak tapi mau itu. Lidahku sudah mencapai permukaan tempiknya lalu kujilati yang segera membuatnya menggelinjang dan dengan mudah aku menurunkan celana jeansnya sampai sebatas pahanya. Kujilati terus tempik Lina sampai kedalam-dalam sehingga pertahanan Lina akhirnya jebol juga, pahanya semula yang mengapit kepalaku mulai mengendur dan mulai terbuka mengangkang, sehingga akupun leluasa mencopot seluruh celana jeans dan celana dalamnya.<br />
”Aah .. argh ..” desis Lina pelan.<br />
Posisiku saat itu dengan Lina seperti posisi 69, walau Lina tidak mengoral ******ku aku tidak peduli tetap menjilati tempiknya dengan ganas dan tanpa ampun.<br />
”Aah.. Mas .. truss.. ahhh .. enaak.. Mas .. aah ..” teriak Lina tidak jelas, sampai akhirnya pahanya menjepit erat kepalaku dan ******ku terasa sakit digenggam erat oleh Lina.<br />
”Aaah.. Mas ..” teriakan terakhir Lina bersamaan dengan sedikit cairan birahi yang menyemprot dari dalam tempiknya kedalam mulutku.<br />
Rupanya Lina sudah mendapat orgasme pertamanya walau dengan lidahku.<br />
”Aah.. enak sekali.. Mas Son .. sudah ya Mas Son..” kata Lina pelan sambil tergolek lemah dan pasrah.<br />
Akupun menghentikan aktivitasku dan mengambil nafas dulu karena mulutku jadi pegal-pegal kelamaan asyik mengoral tempiknya. Aku berbaring di tengah dua cewek ini dengan posisi yang terbalik dengan mereka, kepalaku berada diantara kaki-kaki mereka.<br />
Baru sebentar aku mengambil nafas, kurasakan ******ku sudah ada yang memegang lagi.<br />
”Mas main sama Adek lagi ya? Adek jadi nafsu ngeliat Mas Son main sama Lina” kata Adek tiba-tiba yang sudah bangkit dan kini tangannya sedang memegang ******ku.<br />
Aku tak sempat menjawab karena Adek sudah mengulum ******ku lagi, bahkan kini pantatnya beralih ke wajahku, menyorongkan tempiknya kemulutku untuk minta dioral juga seperti tadi aku dengan Lina. Posisiku dengan Adek kini 69 betulan tapi dengan posisiku yang di bawah. Kujilati tempik Adek dengan lidah yang menusuk-nusuk kedalamnya.<br />
”Eeemph .. emmph ..” Adek tak bisa mendesah bebas karena mulutnya penuh dengan ******ku.<br />
Lama kami bermain dengan posisi itu, sampai akhirnya kuhentikan karena aku tidak tahan dengan isapan Adek yang luar biasa itu dan kalau dibiarkan terus akibatnya ******ku bisa muntah-muntah di dalam mulut Adek. Aku bimbing agar Adek berbaring di samping Lina sedangkan aku di atasnya mulai mencumbu lagi dari teteknya dengan menggesek-gesekan ******ku ke permukaan tempiknya yang dipenuhi oleh bulu-bulu jembut yang berwarna hitam pekat itu. Adek seperti mengerti, kemudian membimbing ******ku untuk masuk ke dalam lubang kawinnya. Akupun bangkit sambil mengarahkan ******ku siap untuk menghujam lubang senggama Adek. Pelan tapi pasti kumasukan ******ku mulai dari kepala hingga semuanya masuk ke dalam tempiknya.<br />
”Aaah .. Mas Son ..” desis Adek sambil menggoyang pantatnya.<br />
Kurasakan seret sekali tempiknya, beda sekali dengan yang tadi gesekan itu terasa nikmat menjalar di setiap centi dari ******ku dengan sesekali terasa denyutan pelan dari liang kemaluannya.<br />
”Mas yang keras dong goyangnya.. terasa sekali mentok” kata Adek sambil melingkarkan tangannya ke leherku.<br />
Akupun jadi semangat memompa tubuh ranum yang mungil ini. Di udara dingin seperti ini terasa hangat tapi tidak berkeringat.<br />
”Aah.. ah.. terus Mas .. terusss.. ah.. ah ..” lanjutnya keenakan.<br />
Mungkin sekitar 5 menit aku menggoyang Adek, sampai kemudian aku tidak tahan melihat teteknya yang bergoyang indah dengan puting kecil menantang. Akupun mengulum puting Adek sambil meremas-remasnya dengan gemas, sementara pompaan ******ku telah diimbangi goyangan Adek yang bisa kupastikan goyangan ngebor ala Inul tidak ada apa-apanya.<br />
”Ma.. Mas .. Adek mau dapet laggii.. bareeng yaa.. ah.. ah..” desis Adek histeris.<br />
Aku jadi terangsang sekali mendengar lenguhan Adek yang merangsang itu, kuteruskan aksiku dengan menjilat dan mencium dada, ketiak, leher, telinga dan pipi Adek.<br />
”Aaarg ..” erangnya keras.<br />
Adek mengulum bibirku sambil memejamkan matanya. Nampaknya Adek telah mendapat orgasmenya yang kedua, sementara tubuhnya menegang sebentar dan kemudian melemas walau aku masih memompanya. Aku segera mencabut ******ku dan mengocoknya sebentar untuk menumpahkan pejuku ke perut Adek.<br />
”Crut.. crut..”<br />
Pejuku keluar banyak membasahi perut Adek dan mengenai teteknya.<br />
”Aaah..” akupun melenguh puas saat hasratku telah tersalurkan.<br />
Adek mengusap-usap pejuku di perutnya kemudian membersihkan dengan tisu yang diambil dari celananya, sedangkan Lina mendekat dan melihat aksi Adek, kemudian membantu membersihkan pejuku.<br />
”Baunya seperti santan ya?” komentar Lina sambil mencium tisunya yang penuh dengan pejuku.<br />
”Ya udah. Semua dibereskan dulu” kataku memberi perintah kepada dua cewek yang baru saja bermain cinta denganku ini.<br />
”Kita istirahat dulu ya sambil tiduran, nanti kalo sudah nggak hujan kita putuskan mau turun ke bawah atau bermalam disini ya” lanjutku kemudian.<br />
Akhirnya akupun tertidur kelelahan dengan dua cewek yang mendekapku. Entah mimpi apa aku semalam bisa terjebak dalam situasi seperti iniCerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-37837214760044205632010-11-07T00:54:00.001+07:002010-11-07T03:32:14.379+07:00Kenikmatan Gadis Muda BeliaKetika kami saling menjabat tangan, gadis itu masih agak malu-malu, saya lihat juga gadis itu tingginya hanya sekitar 158 cm dan mempunyai dada yang memang kelihatan lebih besar dari anak seumurnya sekitar 34B (kalau tidak salah umurnya 14 tahun), mempunyai wajah yang manis banget dan kulit walaupun tidak terlalu putih tapi sangat mulus, (sekedar info tinggi saya 165 cm dan umur waktu itu 16 tahun), saya berkata siapa namamu?, dia jawab L—- (edited), setelah berkenalan akhirnya kami saling memberikan nomor telepon masing-masing, besoknya setelah saling telepon dan berkenalan akhirnya kami berdua janjian keluar besok harinya jalan pertama sekaligus cinta pertama saya membuat saya deg-degan tetapi namanya lelaki yah…, jalan terus dong<br />
<a name='more'></a>Akhirnya malam harinya sekitar jam 19.00 saya telah berdiri didepan rumahnya sambil mengetuk pagarnya tidak lama setelah itu L—-muncul dari balik pintu sambil tersenyum manis sekali dia mengenakan kaos ketat dan rok yang kira-kira panjangnya hampir mencapai lutut berwarna hitam.<br />
Saya tanya, “Mana ortu kamu…”, dia bilang kalau di rumah itu dia cuma tinggal bersama papanya dan pembantu, sedangkan kalau kakaknya dan mamanya di kota lain.<br />
“Oohh jawab saya,” saya tanya lagi “Terus Papa kamu mana?” dia jawab kalau Papa lagi keluar ada rapat lain di hotel (papanya seorang pejabat kira-kira setingkat dengan wagub) jadi saat itu juga kami langsung jalan naik motorku dan tanpa disuruhpun dia langsung memeluk dari belakang, penis saya selama jalan-jalan langsung tegang, habis dada dia begitu kenyal terasa di belakangku seakan -akan memijit-mijit belakangku (motor waktu itu sangat mendukung, yaitu RGR).<br />
Setelah keliling kota dan singgah makan di tempat makan kami langsung pulang ke rumahnya setelah tiba saya lihat rumahnya masih sepi mobil papanya belum datang. Tiba-tiba dia bilang “Masuk yuk!., Papa saya kayaknya belum datang”. Akhirnya setelah menaruh motor saya langsung mengikutinya dari belakang saya langsung melihat pantatnya yang lenggaklenggok berjalan di depanku, saya lihat jam ternyata sudah pukul 21.30, setiba di dalam rumahnya saya lihat tidak ada orang saya bilang “Pembantu kamu mana?”, dia bilang kalau kamar pembantu itu terpisah dari bangunan utama rumah ini agak jauh ke belakang.<br />
“oohh…”, jawab saya.<br />
Saya tanya lagi, “jadi kalau sudah bukakan kamu pintu pembantu kamu langsung pergi ke belakang?”, dia jawab iya.<br />
“Terus Papa kamu yang bukain siapa…”<br />
“saya…” jawabnya.<br />
“Kira-kira Papa kamu pulang jam berapa sih…”, tanya saya. Dia bilang paling cepat juga jam<br />
24.00. (Langsung saja pikiranku ngeres banget)<br />
Saya tanya lagi “Kamu memang mau jadi pacar saya…”.<br />
Dia bilang “Iya…”.<br />
Lalu saya bilang, “kalau gitu sini dong dekat-dekat saya…”, belum sampai pantatnya duduk di kursi sebelahku, langsung saya tarik ke dalam pelukanku dan mengulum bibirnya, dia kaget sekali tapi belum sampai ngomong apa-apa tanganku langsung memegang payudaranya yang benar-benar besar itu sambil saya remas-remas dengan kuat sekali (habis sudah kebelet) diapun mengeluh “Ohh.., oohh sakit”. katanya.<br />
Saya langsung mengulum telinganya sambil berbisik, “Tahan sedikit yah…”, dia cuma mengangguk. Payudaranya saya remas dengan kedua tanganku sambil bibir saya jilati lehernya, kemudian pindah ke bibirnya langsung saya lumat-lumat bibirnya yang agak seksi itu, kamipun berpagutan saling membenamkan lidah kami masing-masing. Penis saya langsung saya rasakan menegang dengan kerasnya. Saya mengambil tangan kirinya dan menuntun memegang penisku dibalik celana saya, dia cuma menurut saja, lalu saya suruh untuk meremasnya. Begitu dia remas, saya langsung mengeluh panjang, “Uuhh…, nikmat sayang”, kata saya. “Teruss…”, dengan agak keras kedua tanganku langsung mengangkat kaos yang dia kenakan dan membenamkan muka saya di antara payudaranya, tapi masih terhalang BH-nya saya jilati payudaranya sambil saya gigit-gigit kecil di sekitar payudaranya, “aahh…, aahh”. Diapun mendesis panjang tanpa melepas BH-nya saya langsung mengangkat BH-nya sehingga BH-nya berada di atas payudaranya, sungguh pemandangan yang amat menakjubkan, dia mempunyai payudara yang besar dan puting yang berwarna kemerahan dan menjulang keluar kira-kira 1/2 cm dan keras, (selama saya main cewek baruku tahu sekarang bahwa tidak semua perempuan nanti menyusui baru keluar putingnya). Saya jilat kedua payudaranya sambil saya gigit dengan keras putingnya. Dia pun mengeluh sambil sedikit marah. “Aahh…, sakkiitt…”, tapi saya tidak ambil pusing tetap saya gigit dengan keras. Akhirnya diapun langsung berdiri sambil sedikit melotot kepadaku.<br />
Sekarang payudara dia berada tepat di depan wajah saya. Sambil saya memandangi wajahnya yang sedikit marah, kedua tanganku langsung meremas kedua payudaranya dengan lembut. Diapun kembali mendesis, “Ahh…, aahh…”, kemudian saya tarik payudaranya dekat ke wajah saya sambil saya gigit pelan-pelan. Diapun memeluk kepala saya tapi tangannya saya tepiskan. Sekelebat mata saya menangkap bahwa pintu ruang tamunya belum tertutup saya pun menyuruh dia untuk penutup pintunya, dia pun mengangguk sambil berjalan kecil dia pergi menutup pintu dengan mengendap-endap karena bajunya tetap terangkat sambil memperlihatkan kedua bukit kembarnya yang bikin hati siapa saja akan lemas melihat payudara yang seperti itu.<br />
Setelah mengunci pintu dia pun kembali berjalan menuju saya. Saya pun langsung menyambutnya dengan memegang kembali kedua payudaranya dengan kedua tangan saya tapi tetap dalam keadaan berdiri saya jilati kembali payudaranya. Setelah puas mulut saya pun turun ke perutnya dan tangan saya pelan-pelan saya turunkan menuju liang senggamanya sambil terus menjilati perutnya sesekali mengisap puting payudaranya. Tangan sayapun menggosok-gosok selangkangannya langsung saya angkat pelan-pelan rok yang dia kenakan terlihatlah pahanya yang mulus sekali dan CD-nya yang berwarna putih saya remas-remas liang kewanitaannya dengan terburu buru, dia pun makin keras mendesis, “aahh…, aakkhh… ohh…, nikmat sekali…”, dengan pelan-pelan saya turunkan cdnya sambil saya tunggu reaksinya tetapi ternyata dia cuma diam saja, (tiba-tiba di kepala muncul tanda setan). Terlihatnya liang kewanitaannya yang ditumbuhi bulu-bulu tapi sangat sedikit. Sayapun menjilatinya dengan penuh nafsu, diapun makin berteriak, “Aakkhh…, akkhh…, lagi…, lagii..”.<br />
Setelah puas sayapun menyuruhnya duduk di lantai sambil saya membuka kancing celanaku dan saya turunkan sampai lutut terlihatlah CD-ku, saya tuntun tangannya untuk mengelus penis saya yang sudah sangat tegang sehingga sepertinya mau loncat dari CD-ku. Diapun mengelusnya terus mulai memegang penis saya. Saya turunkan CD-ku maka penis saya langsung berkelebat keluar hampir mengenai mukanya. Diapun kaget sambil melotot melihat penis saya yang mempunyai ukuran lumayan besar (diameter 3 cm dan panjang kira-kira 15 cm) saya menyuruhnya untuk melepas kaos yang dia kenakan dan roknya juga seperti dipangut dia menurut saja apa yang saya suruh lakukan. Dengan terburu-buru saya pun melepas semua baju saya dan celana saya kemudian karena dia duduk dilantai sedangkan saya dikursi, saya tuntun penis saya ke wajahnya dia pun cuma melihatnya saja. Saya suruh untuk membuka mulutnya tapi kayaknya dia ragu-ragu.<br />
Setengah memaksa, saya tarik kepalanya akhirnya penisku masuk juga kedalam mulutnya dengan perlahan dia mulai menjilati penis saya, langsung saya teriak pelan, “Aakkhh…, aakkhh…”, sambil ikut membantu dia memaju-mundurkan penis saya di dalam mulutnya. “aakk…, akk…, nikmat sayyaangg…”. Setelah agak lama akhirnya saya suruh berdiri dan melepaskan CD-nya tapi muncul keraguan di wajahnya sedikit gombal akhirnya CD dan BH-nya dia lepaskan juga maka telanjang bulatlah dia depanku sambil berdiri. Sayapun tak mau ketinggalan saya langsung berdiri dan langsung melepas CD-ya. Saya langsung menubruknya sambil menjilati wajahnya dan tangan saya meremas -remas kedua payudaranya yang putingnya sudah semakin tegang, diapun mendesis, “Aahh…, aahh…, aahh…, aahh”, sewaktu tangan kananku saya turunkan ke liang kemaluannya dan memainkan jari-jariku di sana.<br />
Setelah agak lama baru saya sadar bahwa jari saya telah basah. Saya pun menyuruhnya untuk membelakangiku dan saya siapkan penis saya. Saya genggam penis saya menuju liang senggamanya dari belakang. Saya sodok pelan -pelan tapi tidak maumasuk-masuk saya sodok lagi terus hingga dia pun terdorong ke tembok tangannyapun berpangku pada tembok sambil mendengar dia mendesis, “Aahh…, ssaayaa..,. ssaayaangg…, kaammuu…”, sayapun terus menyodok dari belakang. Mungkin karena kering penis saya nggak mau masuk-masuk juga saya angkat penis saya lalu saya ludahi tangan saya banyak-banyak dan saya oleskan pada kepala penis saya dan batangnya dia cuma memperhatikan dengan mata sayu setelah itu. Saya genggam penis saya menuju liang senggamanya kembali. Pelan -pelan saya cari dulu lubangnya begitu saya sentuh lubang kemaluannya dia pun langsung mendesis kembali, “Ahh…, aahh…”, saya tuntun penis saya menuju lubang senggamanya itu tapi saya rasakan baru masuk kepalanya saja diapun langsung menegang tapi saya sudah tidak peduli lagi. Dengan satu hentakan yang keras saya sodok kuat-kuat lalu saya rasa penis saya seperti menyobek sesuatu maka langsung saja dia berontak sambil berteriak setengah menangis, “Ssaakkiitt…”. Saya rasakan penis saya sepertinya dijepit oleh dia keras sekali hingga kejantanan saya terasa seperti lecet di dalam kewanitaannya. Saya lalu bertahan dalam posisi saya dan mulai kembali menyiuminya sambil berkata “Tahann.. sayang… cuman sebentar kok…”<br />
Saya memegang kembali payudaranya dari belakang sambil saya remas-remas secara perlahan dan mulut saya menjilati belakangnya lalu lehernya telinganya dan semua yang bisa dijangkau oleh mulut saya agak lama. Kemudian dia mulai mendesis kembali menikmati ciuman saya dibadan dan remasan tangan saya di payudaranya, “Ahh…, aahh…, ahh…, kamu sayang sama lakukan?” dia berkata sambil melihat kepada saya dengan wajah yang penuh pengharapan. Saya cuma menganggukkan kepala padahal saya lagi sedang menikmati penis saya di dalam liang kewanitaannya yang sangat nikmat sekali seakan-akan saya lagi berada di suatu tempat yang dinamakan surga. “Enak sayang?”, kataku. Dia cuma mengangguk pelan sambil tetap mengeluarkan suara-suara kenikmatan, “Aahh…, aahh…” lalu saya mulai bekerja, saya tarik pelan-pelan penis saya lalu saya majukan lagi tarik lagi majukan lagi dia pun makin keras mendesis, “Aahh…, ahh…, ahhkkhh…” akhirnya ketika saya rasakan bahwa dia sudah tidak kesakitan lagi saya pun mengeluar-masukkan penis saya dengan cepat dia pun semakin melenguh menikmati semua yang saya perbuat pada dirinya sambil terus-meremas payudaranya yang besar itu. Dia teriak “Sayaa mauu keeluuarr…”. Sayapun berkata “aahhkkssaayyaanggkkuu…” , saya langsung saja sodok dengan lebih keras lagi sampai -sampai saya rasakan menyentuh dasar dari liang senggamanya tapi saya benar-benar kesetanan tidak peduli lagi dengan suara-suara, “Ahh…, aahh…, ahh…, akkhh…, akkhh…, truss” langsung dia bilang “Sayyaa kkeelluuaarr…, akkhh…, akhh…”, tiba-tiba dia mau jatuh tapi saya tahan dengan tangan saya. Saya pegangi pinggulnya dengan kedua tangan saya sambil saya kocok penis saya lebih cepat lagi, “Akkhh…, akkhh…, ssaayyaa mauu…, kkeelluuaarr…, akkhh…”, pegangan saya di pinggulnya saya lepaskan dan langsung saja dia terjatuh terkulai lemas.<br />
Dari penis saya menyemprotlah air mani sebanyak-banyaknya, “Ccroott…, croott.., ccrroott…, akkhh…, akkhh…”, saya melihat air mani saya membasahi sebagian tubuhnya dan rambutnya, “Akhh…, thanks sayangkuu…”, sambil berjongkok saya cium pipinya sambil saya suruh jilat lagi penisku. Diapun menjilatinya sampai bersih. Setelah itu saya bilang pakai pakaian kamu dengan malas dia berdiri mengambil bajunya dan memakainya kembali.<br />
Setelah kami berdua selesai saya mengecup bibirnya sambil berkata, “Saya pulang dulu yah sampai besok sayang…!”. Dia cuma mengangguk tidak berkata-kata lagi mungkin lemas mungkin nyesal tidak tahu ahh. Saya lihat jam saya sudah menunjukkan jam 23.35, saya pulang dengan sejuta kenikmataCerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-7033736167772258402010-11-07T00:52:00.003+07:002010-11-07T03:32:26.196+07:00Dita adik kelas di kampusSebut saja nama adik kelas gw ini Dita, juju raja gw sange banget ngeliat dia, ngeliat cara dia berpakaian. Kalo di tongkrongan kampus, dia duduk suka keliatan belahan pantatnya.<br />
Suatu malem, gw BBMan ama dia, curhat2 gt, ternyata dia baru putus ama cowoknya,<br />
“bang, gw baru putus ama cowok gw” kata dia<br />
Kemudian gw dengan bijaksananya member nasihat agar dia tabah,<br />
<a name='more'></a><br />
Dan iseng iseng, gw nanya ama dita<br />
“dit, tapi lo ga pernah ngapa2in kana ma cowok lo?” kata gw<br />
“maksudnya bang? Tanya dita<br />
“yaa kaya anak muda pacaran lah gimana” kata gw<br />
Akhirnya Dita jelasin dia sering petting ama cowoknya, setiap ketemu cowoknya minta di sepongin.<br />
*disini pikiran nakal gw main, berarti dia nakal, daripada selama ini dia cuma bacol gw, akhirnya gw beranikan diri buat spik spik <br />
Hari selasa, waktu itu dia lagi kuliah di gedung K lt.5, dan waktu itu gw BBMin dia, gw bilang gw baru putus *padahal mah speak doing alias boong *<br />
Dan gw ngajak dia nonton, waktu itu gw ama dia nonton orphan di pelangi (plasa semanggi)<br />
Pas nonton gw curi2 liat toket dia, maklum dia pake baju yg agak keliatan belahannya. Gw inget banget dia pake baju putih ketat banget, BH item tapi pake cardigan abu abu.<br />
Selesai nonton gw berniat mau pulang, sesampai di mobil, di parkiran basement, dia curhat gitu tentang dia ama cowoknya *jujur aja gw bodo amat dia mau curhat, gw cuma pengen nikmatin toket ama memeknya* sambil dia curhat di nyenderin kepalanya di bahu gw.<br />
Dan gw pun sedikit konak hehehehe<br />
Gw lupa di parkiran basement banyak satpam yang suka mondar mandir, akhirnya gw cabut dari mal itu, gw naik tol, menuju bekasi, karena rumah gw ama dia di daerah bekasi,<br />
Dari mulai keluar mal ampe masuk tol dia terus nyenderin kepalanya di bahu gw<br />
“gapapa kan bang gw pinjem bahu lo? Ga ada yg marah kan” Tanya dia<br />
“gapapa lah dit, gw kan dah putus, lupa ya lo?” sambung gw<br />
Akhirnya dia terus curhat, gw juga curhat, gw mulai colongan pegang2 tangan dia, elus2 rambut dia,<br />
Akhirnya gw sampe di depan rumahnya, salah satu komplek terbesar dan terelit lah di daerah bekasi, tuh komplek gede banget, dan satpamnya jarang mondar mandir *girang*<br />
Tiba tiba dita bilang<br />
“bang, makasih ya bang, gw boleh peluk lo ga bang?” Tanya dia<br />
*dalam hati gw, silahkan dit lo peluk gw, lo pake gw, lo puasin gw* haha<br />
Akhirnya gw ama dia pelukan, dan gw nekat buat nyium bibir gw. Asli gw deg deg an banget, untung si dita nanggepin ciuman gw, akhirnya gw ciuman lama ama dia.<br />
jujur gw sange berat, dan gw beraniin diri buat megang toketnya, sebenernya bukan megang, tapi ngelus halus.<br />
dan dia no respon<br />
akhirnya gw nanya ama dia<br />
“gapapa dit?”<br />
“gapapa bang, woles aja” kata dita<br />
mungkin begini lah kalo cewek habis putus, masih labil *bijaksana ya gw, tapi tetep aja sange ga bisa di tahan bos*<br />
akhirnya gw grepe toket dia lumayan lama, gw remes tuh toket sambil gw jilatin lehernya<br />
“ahhh bangggg” desah dita<br />
“dit , gw buka ya?” tanya gw<br />
“ahh, heeh bang” jawab dita sambil ngedesah<br />
akhirnya gw buka cardigan dia, dan kaos nya,<br />
wuhuuuu toketnya mulus sekali di balut BH bewarna hitam<br />
tanpa basa basi, gw menuju toketnya<br />
tapi tiba tiba dita bilang<br />
“bang, tapi jangan bilang siapa2 ya bang”<br />
“woles dit, gila aja gw bilang2″ jawab gw<br />
akhirnya gw jilatin pentilnya yg udah tegang. sambil ngeliatin mukanya dita yg merem melek gw makin sange.<br />
“ahhhhhh banh pelan pelannn bangg” desah dita<br />
dan gw arahin tangan dita ke arah kontol gw.<br />
secara otomatis dita ngebuka resleting celana dry gw,hehe<br />
dengan berdiri tegak, kontol gw berada di alam terbuka *lebay*<br />
“dit, kocokin dit” pinta gw<br />
“heehhh” kata dita sambil ngedesah<br />
akhirnya gw dikocokin ama dita, gw mulai ngedesah keenakkan, sambil jari jari tangan kiri gw bergentanyan di daerah pantat dia, karena dia pake baju kecil banget, jadi waktu dia kocokkin gw, bajunya keangkat dan keliatan belahan pantatnya.<br />
dita akhirnya nyepongin gw tanpa gw suruh,<br />
“ahhh terus dit aah erhhh” kali ini gw yang ngedesah<br />
tanpa sadar gw udah mau keluar,<br />
“Dit, udahan dulu dit, gw udah mau keluar” pinta gw<br />
“ya udah bang, jangan lama-lama, ga enak di depan rumah” kata dia<br />
ya udah akhirnya dia kocokin gw sambil di sepong tuh kontol gw,<br />
“CROT CROT CROT”<br />
akhirnya gw keluarin peju peju gw di dalem mulut dia. dia pun buka pintu mobil dan ngebuang peju gw di jalan *hardcore juga nih cewek, kalo tiba-tiba ada yg liat gimana*<br />
setelah beres2, gw nanya ke dita<br />
“Dit , sorry yaa”<br />
“Gapapa bang, yaelah woles aja kali bang, gw juga ga nolak kan” kata dita<br />
“tapi tadi lo bilang ga enak di depan rumah, berarti kalo di tempat lain boleh dong,hehe” tanya gw nakal<br />
“hahaha, ya udah bang, thank you bang ya” dita berusaha ga jawab, dan mengalihkan topik,haha<br />
akhirnya si dita pulang, dan gw pun pulang, senang banget hari itu gw bisa nikmatin bacol gw di kampus<br />
selama gw kuliah di TR*S*KT* , gw ama dia jadi TTMan, tapi sekarang udah jarang, karena gw udah fokus skripsi<br />
doain skripsi gwCerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-49885680028150643412010-11-07T00:51:00.003+07:002010-11-07T03:32:43.937+07:00Nikmatnya masa-masa smpAku mempunyai cewek yang bernama Siska yang bersekolah satu SLTP denganku dan juga satu desa dan bahkan satu RT denganku. Siska orangnya imut, juga manis. Payudara Siska berukuran 32b (memang serasi untuk ukuran tubuh Siska yang bertinggi 165 cm, jadi terlihat sexy). Siska orangnya suka memakai BH yang membayang atau memakai baju/kaos yang transparan. Dia juga suka memakai celana pendek ketat sebatas paha sehingga menampakkan paha mulusnya itu<br />
<a name='more'></a><br />
Ini pengalaman ML-ku dengannya yang begitu indah, unik, dan mengasyikkan. Begini awalnya, saat itu aku sedang di rumah sendirian pada sore hari (kebiasaanku kalau sore hari aku ditinggal berjualan oleh ibuku jadi aku sendirian di rumah sedangkan ayahku sudah meninggal sejak aku kelas 2 SLTP). Saat itu aku sedang nonton TV sendirian (saat itu hari Minggu) Siska datang ke rumahku dan memintaku untuk menemaninya karena dia takut dirumah sendirian sebab ortunya pergi ke Semarang dan lusa baru pulang. Singkat cerita aku langsung menuju ke rumahnya.<br />
Aku langsung melanjutkan menonton acara TV yang sempat tertunda tadi sedangkan Siska berganti baju di kamarnya. Karena hawanya dingin aku langsung menutup pintu depan rumah jadi dirumah hanya ada kami berdua. Saat itu Siska selesai berganti baju, saat dia keluar aku langsung menatap tak berkedip karena Siska memakai baju yang begitu sexy dan merangsang. Saat itu Siska hanya memakai tanktop putih transparan (sebenarnya itu kaos dalam yang dipakai untuk melapisi BH) tanpa memakai BH lagi di dalamnya sehingga payudaranya terlihat jelas di dalamnya dan bawahannya memakai rok kaos mini yang menampakkan keindahan pahanya. Jika ada cowok yang ada didekatnya pasti cowok itu akan menelan ludah dan langsung beronani takkan tahan dengan tubuh indah Siska. Aku yang disuguhi pemandangan indah itu hanya bisa melotot tak berkedip.<br />
Siska langsung duduk disampingku dengan cueknya yang saat itu sedang terbengong. Dia langsung ikutan menonton TV.<br />
“Hai Ndra bengong aja”, tegurnya sambil mengibaskan tangannya.<br />
“Eh.. nggak kok”, jawabku terbata bata.<br />
Kami nonton TV sambil mengobrol berdua hingga pestanya habis. Kebetulan di rumahnya ada VCD jadi kami melanjutkan dengan menonton VCD karena acara TV-nya jadi membosankan. Kami menonton film yang baru dia sewa dari rental yang berjudul “007 – The World Is Not Enough”. Kami menikmati film itu berdua kebetulan di tengah film ada adegan ML yang dilakukan oleh James Bond dengan seorang pemeran cewek. Kami langsung terdiam memperhatikan adegan itu dengan penuh perhatian.<br />
Tanganku langsung menggenggam tangan Siska yang berada diatas pahaku. Tanpa sadar aku sudah melumat bibir Siska yang kelihatan sayu (mungkin dia terangsang juga). Aku langsung menindih Siska sambil tetap berciuman. Kami bermain bibir dan lidah lama sampai tak terasa tanganku sudah berada di atas payudaranya yang masih ditutupi oleh tanktopnya. Aku masih mengelusnya saja takut dia akan marah tapi ternyata dia malah meremas tanganku yang ada di payudaranya sambil merintih.<br />
“Ih.. mhh Ndra kok nikmat yah kamu elusin tadi”, katanya sambil meremas tanganku yang ada di susunya.<br />
Aku diam saja sambil terus meremas payudaranya karena telah mendapat “ijin”nya. Saat aku meremas remas payudaranya, dia meraba raba punggungku, terus ke bawah hingga sampai di daerah pahaku. Saat tiba didaerah pangkal pahaku tangannya berhenti dan meremas kontolku (aku masih memakai celanaku lengkap) yang sudah sejak pertama melihat penampilan Siska tadi telah ngaceng. Dia meremas remas terus.<br />
“Akhh.. mhh terus sayang”, kataku sambil meremas remas payudaranya keras keras karena rasa nikmatku di daerah kontolku sehingga tak sadar aku meremas kuat kuat payudaranya sampai sampai dia merintih kesakitan.<br />
“Akkhh Ndra jangan keras keras, sakit tau”, katanya setengah marah. Aku langsung minta maaf. Tangannya memasuki celana satinku (saat itu aku memakai kaos oblong terus bawahnya memakai celana satin tipis dengan celana dalam yang terbuat dari nilon tipis) dan langsung menggenggam kontolku. Karena terasa mengganggu aku menyuruhnya melepas saja celanaku.<br />
“Sis lepasin aja celanaku biar nggak ngganggu”, kataku sambil menurunkan celanaku. Dia terus membantu dengan meloloskan celanaku sampai terlapas hingga aku telanjang. Dan akupun mematikan TV karena suaranya mengganggu.<br />
Ndra kok besar banget”, katanya sambil memegang kontolku. Kontolku berukuran panjang 17 cm dengan diameter 4 cm.<br />
“Iya Sis dan hitam lagi”, kataku sambil bercanda (kontolku memang hitam).<br />
“Kocokin dong sayang”, kataku sambil menaik turunkan tangannya yang berada di kontolku. Dia langsung mengocok kontolku dengan kasar, maklum dia baru lihat kontol cowok jadi seperti mendapat mainan baru. Kocokannya terasa kasar tetapi malah membuat sensasi nikmat tersendiri.<br />
“Yang, kamu buka dong kaosmu biar aku lihat payudaramu masa aku saja yang telanjang”, kataku sambil mengangkat tanktopnya. Dia hanya tersenyum menggodaku. Aku langsung saja membuang tanktopnya sembarangan.<br />
“Yang, payudaramu indah banget sambil aku meremas remas payudaranya.”<br />
“Kamu kocokin dong kontolku, nah.. teruss yang”, kataku keenakan ketika dia melanjutkan kocokan di kontolku. Kami melakukan saling remas dengan berdiri berhadapan di depan kursi panjang, tanganku bosan meremas payudaranya langsung turun ke daerah pahanya dan mengelusi paha mulusnya tapi dia masih mengocok kontolku sampai kontolku terasa sakit. Aku menghentikan tangannya agar tidak menyakiti kontolku. Tangannya langsung memelukku dan badan kami langsung menyatu. Aku terus mengelusi pahanya. Hingga aku mendudukkan dia di kursi panjang.<br />
“Sis kamu duduk aja yah, aku mau ciumin tempik (vagina) kamu”, kataku tanpa basa basi. Aku langsung menaikkan roknya keatas tanpa melepasnya hingga terlihatlah celana dalamnya berwarna merah jambu dengan gambar bunga bunga kecil merangsangku semakin hebat saja. Aku langsung mencium tempiknya yang masih terbungkus celana dalamnya menghirup wangi khas tempiknya (aku paling suka mengintip celana dalam cewek kecil atau mini set, BH mini yang bergambar lucu lucu). Aku lama lama memandangi daerah tempiknya yang masih terbungkus dengan celana dalam bergambar bunga itu. Lalu tanganku pun menurunkan celana dalamnya sampai terlepas hingga terlihat tempik sempit nan indah dengan bulu tipis tipis. Sehingga tanpa sadar aku pun berkata takjub.<br />
“Sis.. oh Sis kok semakin indah sih sayang, aku boleh menciumnya nggak sih?”, tanyaku sambil meraba tempik Siska.<br />
“Iya sayang, cium dan, milikilah aku sudah nggak tahan”, kata Siskaku menahan gairahnya.<br />
Lalu akupun menciumnya perlahan lahan. Aku menciumnya dan tanganku yang kanan naik meremas payudaranya yang sudah tak berpenutup itu. Lama lama aku menjilati tempiknya dengan sedikit melumatnya kasar sehingga Siska merintih rintih kenikmatan.<br />
“Shh.. Ndraa.. ayo yang keras enak banget Ndra..”, rintihnya sambil meremas remas rambutku dan menekan kepalaku ke tempiknya. Aku melepas jilatanku pada tempiknya saat dia menikmati jilatanku dengan tiba tiba hingga membuatnya terengah engah.<br />
“Ndraa ayo kenapa kamu hentikan sayang”, katanya sambil terengah engah.<br />
“Yang kamu jilatin juga dong kontolku”, kataku sambil menurunkan lepas kaos dan roknya yang mini itu.<br />
“Gimana caranya”, tanyanya karena belum pernah.<br />
“Pinggangku di atas kepalamu dan pinggangmu tepat di bawah mukaku jadi seperti angka 69″, kataku karena aku ingin mempraktekkan gaya yang ada di film BF.<br />
“Lalu kamu mengulum kontolku lalu aku menjilati tempikmu sayang”, tambahku sambil mengatur posisiku di atas kepala Siska.<br />
“Ih.. yang, geli”, katanya menggenggam kontolku.<br />
“Iya sayang, kamu kulum itu”, kataku menyuruh Siska mengulum kontolku. Lalu Siska mengulum kontolku dan akupun mulai menjilati tempiknya dengan rakus karena kegelian.<br />
“Mhh.. nghh..”, suaranya Siska merintih sambil mengulum batang kontolku.<br />
“Shh.. mhh.. shh.. terus sayang”, kataku sambil kegelian dan jilatin tempiknya. Kami melakukannya lama sekali hingga Siska sampai pada puncaknya.<br />
“Akhh say aku mau pipis..”, katanya sambil melepas kulumannya. Aku pun tak mau melepas jilatanku malah semakin menjilat keras keras.<br />
“Yanghh udahh.. enak yang”, ceracaunya tak jelas. Lalu.. crot.. crot.. crot.. crot. Empat kali air maninya menyembur hingga meleleh kepahanya akupun menjilati tempiknya hingga bersih menikmati air maninya yang rasanya melebihi air madu itu hingga ke pahanya.<br />
“Shh udah sayang, geli tempikku kamu jilatin terus”, katanya mendorong mukaku menjauhi tempiknya yang indah itu.<br />
“Yang kamu gantian dong ngemut aku”, kataku sambil menyodorkan kontolku. Lalu Siska memegang kontolku dan menjilati kepalanya yang gundul. Lalu Siska memasukkan ke mulutnya dan ngemut seperti ngemut permen saja hingga aku mendesah desah keenakan.<br />
“Ahh sishh mhh enak sayang, kamu hebat”, kataku sambil tanganku meremas payudaranya yang menggantung kebawah karena Siska membungkuk. Lalu tanpa sadar akupun segera sampai.<br />
“Akhh.. shh.. mhh crot croot croot croot croot..”, 5 kali aku menembakkan sperma ke mulut Siska hingga meleleh keluar dari mulutnya. Aku sengaja tidak memberi tahu Siska kalau aku sampai karena aku ingin Siska merasakan air maniku. Kata orang Irian Jaya yang masih pedalaman, jika cewek pasangannya meminum air mani cowoknya dia akan setia pada pasangan cowoknya. Itu terbukti karena sampai sekarang Siska tidak mau pisah denganku.<br />
“Ih kamu “pipis” nggak bilang bilang, tapi kok enak yah sayang, kayak santan”, kata Siska sambil mengelap air mani yang keluar lewat pipinya.<br />
“Mhh.. enak kan sayang, mau yang enak lagi nggak”, kataku. Lalu tanpa minta izin dulu aku lalu melebarkan pahanya hingga dia agak mengangkangkan pahanya memperlihatkan bentuk tempiknya yang berbulu halus dan membukit indah itu.<br />
“Tahan yah sayang, tapi pasti enak kok. Kontolku akan aku masukkan ke tempikmu”, kataku<br />
“Iya deh masukin aja tapi pelan pelan yah biar aku liat masuknya”, katanya. Setelah itu aku langsung memasukkan kontolku perlahan lahan.<br />
Pertama tama seperti ada benda empuk yang menolak kontolku. Dua kali gagal lalu aku menarik tempik Siska ke kanan dan ke kiri agar bisa masuk dan aku menyuruh Siska memegang dan memasukkan kontolku kearah tempiknya.<br />
“Sis bantu dong sayang biar cepet masuk. Ini pegang kontolku dan aku menarik tempikmu agar bisa masuk”, kataku sambil menarik narik tempiknya. Lalu Siska memegang kontolku dan mengarahkan kontolku ke lubang tempiknya yang masih sempit perawan itu. Lalu.. 1,2,3 Bleesshh kepala kontolku baru masuk. Kepala kontolku saja yang masuk tapi sudah memberikan sejuta rasa bagi kami. Siska mendesah dan memegang pantatku dan aku menjerit kecil karena aku juga baru pertama menusuk tempik cewekku.<br />
“Ndra, sakit sayang..”, kata Ssika menahan perih.<br />
“Tahan yah sayang ntar juga enakan kok”, kataku.<br />
“Mhh nggak apa apa kok terusin sayang masukin kontolmu ayo”, kata Siska memberiku semangat agar lebih dalam memasukkan kontolku. Akupun segera mendorong pantatku maju agar kontolku segera masuk.<br />
Sleep.. pelan pelan kontolku masuk ke tempik Siska. Terasa sekali tempiknya memijat mijat kontolku memberikan kenikmatan yang membuatku seperti terbang hingga aku merasa ada selaput yang menahan masuknya kontolku.<br />
“Apaan sih, ini kok nahan sayang?”, tanyaku padanya (maklum baru pertama jadi aku tak tau yang namanya selaput dara.<br />
“Udah Ndra terusin aja deh”, jawabnya sambil menggigit bibir bawahnya. Lalu aku mendorong perlahan kontolku agar masuk lagi tetapi selaput itu masih menghalangi. Lalu aku memasukan kontolku dan mendorongnya kuat kuat. Sleep.. breett mirip kain sobek rasanya ketika kontolku menembus selaput itu.<br />
“Akhh shh.. sakiit sekali Ndra”, kata Siska sambil memelukku erat erat. Aku yang baru merasakan juga merasa sedikit perih pada kontolku seperti lecet memajukan kontolku pelahan lahan saja karena belum masuk semuanya dan setelah masuk semua baru aku mendiamkan kontolku di dalam tempik Siska. Rasanya memang sangat indah, nikmat, sakit, gatal, enak, perih semua berkumpul jadi satu tak bisa diungkapkan dengan kata kata.<br />
“Sis enak sekali rasanya tempikmu menjepit jepit kontolku”, kataku pada Siska karena memang tempik Siska memijati kontolku.<br />
“Perih Ndra, tapi nggak apa apa”, katanya menahan perih di tempiknya karena keperawanannya baru saja hilang.<br />
Lalu perlahan lahan aku memaju mundurkan kontolku hingga aku mendesah dan Siska menjerit karena merasa perih dan nikmat bercampur.<br />
“Shh.. Siiss enak Sis tempikmu asik bangethh”, kataku tak jelas.<br />
“Mhh akhh.. sshh sakiit, periihh yang, kontolmu besar banget”, katanya.<br />
Gerakanku makin lama makin cepat saja. Slep.. slepp.. bleeshh.. blesshh.. bleshh.. cplokk.. cplokk irama senggama kami romantis banget.<br />
Sudah dua kali kami berganti posisi dari pertama aku diatas tubuh Siska lalu Siska berganti di atas tubuhku dan menggerakkan tubuhnya naik turun seperti naik kuda. Lalu tak terasa ada yang mau keluar dari dalam kontolku lagi.<br />
“Yang aku mau pipishh..”, kataku menahan gerakan pinggulnya.<br />
“Bentar sayang aku jugaa..”, teriaknya sambil meremas payudaranya sendiri. Hingga tak sabar aku membalikkan tubuh Siska dan melepas kontolku lalu menunggingkan tubuhnya lalu memasukkan kontolku ke dalam tempiknya lagi dan menggenjotnya kuat kuat karena aku merasa akan segera sampai.<br />
“Sleep.. slepp.. sleep cplok cplokk cplok.. shh akhh sshh aakhh”, desahan Siska dan bunyi persetubuhan kami beriringan lalu..<br />
“Croott.. croott.. crroott.. suurr.. suurr.. suurr”, kami saling melepaskan air mani kami dan aku memeluk pinggang Siska agar tidak tumpah air mani kami. Lalu aku berguling sambil tetap memeluk Siska agar kontolku tetap menancap di tempiknya dan membiarkan Siska diatas tubuhku.<br />
“Mhh Siska, kamu hebat, aku sayang kamu, “kataku sambil tetap memeluknya.<br />
“Shh.. kamu juga sayang , ini pertama kali aku lakuin enaak banget. Pantesan Papa sama Mama sering bertelanjang bareng kayak gini tak taunya enak ya, Yang”, katanya di atasku.<br />
“Memang kamu pernah lihat Papa sama Mama kamu main ginian?”, tanyaku.<br />
“Sering benget Ndra, hampir tiap hari ginian bahkan kalau di dapur atau di depan TV kalau aku sudah tidur”, katanya polos.<br />
“Ceritain dong”, aku memintanya bercerita sambil menarik tubuhku karena kontolku sudah mengecil di dalam tempiknya.<br />
“Bentar ya Yang, aku ganti baju dulu”, katanya.<br />
“Iya deh, aku tunggu disini”, kataku sambil duduk didepan TV yang mati. Aku mengelus elus kontolku yang masih basah mengkilat itu.<br />
Kontolku masih terasa nikmat sisa kenikmatan yang tadi. Lalu Siska keluar dari dalam dan memakai daster tipis dari bahan nilon berwarna merah jambu (kelihatanya warna kesukaan Siska) tanpa memakai apapun lagi di dalamnya sehingga transparan memperlihatkan semua keindahan tubuhnya dan membuat kontolku berdiri lagi.<br />
“Kekamarku yuk Yang, di sini dingin”, katanya.<br />
“Iya deh”, aku berdiri dan masuk kekamarnya tanpa memakai pakaianku karena aku kegerahan.<br />
“Ayo dong, ceritain”, kataku saat kami sudah sama sama berbaring berhadapan di ranjangnya Siska.<br />
“Dulu saat aku pulang sekolah Papa sama Mama lagi di dapur memasak berdua, tidak tau kalau aku udah datang, nah waktu itu aku denger suara mirip orang nangis tapi kok aneh karena penasaran aku deketin suara itu apa Papa sama Mama bertengkar ya, pikirku lalu aku intip dari dalam kamarku ini, kuintip dari celah ini (sambil menunjuk celah cendela yang menuju ke dapur rumahnya) lalu aku perhatiin.. kok Papa memangku Mama dari atas meja dapur dan Mama di atas Papa, mereka semua pada nggak pakai baju, baju mereka ada dibawah kaki Papa. Waktu itu Mama bergerak naik turun diatas perut Papa dan merintih rintih kayak orang nangis tapi kok mukanya kaya orang bahagia gitu..”, cerita Siska terputus dan tangannya memegang kontolku yang berdiri lagi karena memperhatikan cerita Siska lalu meremasnya. Lalu aku mendekat dan memasukkan tanganku kedalam rok dasternya mencari tempiknya lagi dan memasukkan jari jariku kedalam tempiknya.<br />
“Pelan pelan Yang masih sakit”, katanya sambil menahan tanganku agar tidak menusuk nusuknya keras keras.<br />
“Lanjutin dong sayang”, kataku sambil menusuk nusukkan tanganku ke tempiknya perlahan lahan.<br />
“Lalu Papa menjilati puting payudara Mama dan mengemutnya, tiba tiba Papa dan Mama saling peluk dan mereka menjerit bersama sama.. akhh Paa kata Mama, lalu Mama turun dari Papa lalu Mama mengemut kontolnya Papa yang besar banget..<br />
“Segini..”, kataku sambil menunjuk kontolku yang tegang membesar dalam genggaman tangan Siska.<br />
“Besaar lagi”, katanya sambil mendesah desah karena merasa geli dalam tempiknya ada benda asing.<br />
“Lalu? lanjutin dong”, kataku<br />
“Lalu Mama menjilatin kontol Papa sampai bersih, kok nggak jijik ya, pikirku saat itu tapi ternyata memang enak ya sayang? (dia nyengir) lalu Mama bilang udah Pa, ntar Siska pulang lho, lalu aku lepasin semua baju dan aku ganti baju”, ceritanya polos sekali. Tangannya lalu mulai menaik turunkan kontolku.<br />
“Kalau di TV?”, tanyaku lagi.<br />
“Dulu saat aku mau tidur, tapi Papa sama Mama masih nonton TV berdua, lalu aku intip Papa sama Mama saling raba raba, Papa meraba ke payudara Mama dan tempik Mama tapi Mama meraba kontol Papa yang masih tertutup celana pendek Papa, lalu Papa menarik daster Mama sampai Mama nggak pakai apa apa lagi, ternyata Mama nggak pakai pakaian dalam, lalu Papa meremas payudara Mama dan menciuminya. Mama mendesah dan memandang ke atas seperti keenakan lalu Mama melepasi semua baju Papa sampai Papa telanjang dan mengulum kontol Papa seperti mengulum permen. Papa keenakan sambil meremas rambut Mama sampai berantakan, lalu Mama berbaring di sofa TV dan Papa menaiki tubuh Mama dan memasukkan kontol Papa ke tempik Mama yang bulunya lebat lalu bergerak naik turun berkali kali, kayaknya mereka sama sama keenakan hingga Papa sama Mama menjerit jerit dan mendesah, lalu setelah lama Papa naik turun Papa turun dari tubuh Mama dan menjilati tempiknya Mama lalu aku masuk dan menutup kamarku, saat itu aku langsung melepas semua pakaian dalamku dan kembali memakai dasterku lalu aku mengelusi tempikku sendiri naik turun karena sudah gatel banget tempikku, Yang”, katanya polos sekali.<br />
“Seperti ini?”, kataku sambil mengelusi tempik Siska.<br />
“Yahh.. shh kaya gitu, enakhh, Yang”, katanya sambil memegang tanganku.<br />
Lalu di luar ada bel pintu berbunyi.<br />
“Yang, bukain dulu, siapa tuch di depan”, kataku karena takut kalau ortu Siska pulang. Lalu Siska berlari keluar sambil membenahi dasternya yang berantakan lalu membuka pintu rumahnya ternyata Desi tetangga kami yang juga kelas tiga SLTP tapi beda sekolah dengan kami. Lalu Desi masuk dan Siska mengajak Desi main bersama kami asal Desi jaga rahasia dan ternyata memang Desi mau jaga rahasia, jadi kami main lagi bertiga. Lalu Desi masuk kekamar Siska.<br />
“Kamu Ndra ngapain di sini, tanpa baju lagi”, katanya terkejut melihatku telanjang bulat.<br />
“Ssstt jangan keras keras, yang penting ayo main”, kataku membungkam mulut Desi.<br />
“Iya Des, kita main ginian yuk, katanya kamu pingin nyobain”, ajak Siska.<br />
“Iya sih tapii..”, kata Desi.<br />
“Nggak apa apa deh, ntar kita jaga bertiga rahasia ini”, kata Siska lagi.<br />
Lalu Desi diam saja tak tau apa yang mesti dia perbuat. Lalu aku mendekatinya dan memeluknya dari depan memegang meremas payudaranya tapi dia masih saja diam lalu aku menurunkan kaos ketatnya hingga terlihat BH-nya yang berwarna putih bersih. Desi mulai ada tanggapan padaku, dia lalu memelukku dan meraba raba punggungku lalu aku memeluknya dan meraba punggungnya juga.<br />
Lalu Siska bergabung dan berjongkok dibawahku untuk mengemut kontolku yang sejak tadi tegang terus. Aku lalu meremasi payudara Desi yang berukuran 34 itu (memang lebih besar dari Siska tapi runcing diputingnya) yang masih ditutupi BH dan menarik BH-nya sampai kaitanya terputus lalu membuangnya sembarangan.<br />
“Pelan pelan Ndra, nanti BH-ku gimana?”, kata Desi takut kalau BH-nya rusak. Aku diam saja karena melihat keindahan payudara cewek selain punya Siska terus meremas payudara Desi. Setelah puas meremasnya aku segera saja melumat putingnya yang sedikit mengeras pertanda Desi mulai terangsang. Sedang Siska masih mempermainkan kontolku dibawah<br />
Aku meremas payudara kiri Desi sedang payudara kanan Desi aku lumat habis habisan. Desi tak sadar meremas remas kepalaku sampai rambutku berantakan.<br />
Lalu aku mencabut kuluman Siska pada kontolku dan membaringkan Desi diranjang Siska lalu menurunkan celananya 3/4 hingga terlihat celana dalam Desi yang mini sekali berwarna hitam berenda. Karena memakai tali disamping kiri kanannya hingga hanya mampu menutupi tempik Desi saja. Lalu aku mulai mengerjai tempik Desi yang masih terbungkus celana dalam sexynya itu. Desi hanya melihat dari atas karena belum pernah melakukannya. Sedang Siska hanya menonton kami bermain.<br />
Aku menjilat, mencium, dan menggigit kecil pada tempiknya hingga Desi merem melek keenakan. Lalu aku mulai menarik celana dalam Desi hingga tali talinya terlepas dan membuangnya sembarangan. Lalu aku kembali menjilati tempik Desi yang ternyata sangat indah menggunduk tebal dengan bulu yang lebat jauh lebih lebat dari punya Siska yang mulai basah cairan kenikmatan Desi. Aku menjilatinya naik turun kekiri den kekanan pada itilnya yang nyempil bikin geregetan aku saja. Desi yang keenakan mendesah desah tak karuan.<br />
“Ndra nikmat terushh.. Ndraa”, katanya mendesah merangsang. Aku sesekali menjilat sesekali menyedot tempik Desi hingga lama sampai tak terasa.<br />
“Akhh.. Ndra aku mau pipis Ndra”, desahnya telah sampai pada puncaknya. Lalu aku memeluk pinggangnya dan suurr.. suurr.. suurr.. ssuurr empat kali cairan putihnya menyembur dari tempiknya. Aku menjilati semua cairannya sampai habis karena rasanya enaak sekali. Kayaknya punya Desi lebih manis dari punya Siska tapi sedikit encer.<br />
“Uumhh Ndra, enak banget deh, tadi Siska pasti keenakan”, katanya.<br />
“Iya dong, kamu mau yang lebih enak lagi nggak?”, kataku. Sedangkan Siska sedang memainkan tempiknya sendiri dan meremas payudaranya di atas meja belajarnya karena terangsang berat melihat permainan kami.<br />
“Ndra, aku ingin rasain air pejuh (sperma) kamu boleh nggak?”, tanyanya.<br />
“Boleh, kenapa tidak”, kataku. Lalu Desi mendekatkan wajahnya ke kontolku karena tadi melihat Siska mengulum kontolku. Lalu dengan pelahan terus menerus Desi ngemut kontolku sampai tak terasa kontolku kembali akan mengeluarkan airnya.<br />
“Des, aku nyampe lhotelan yah”, kataku memegangi kepala Desi. Lalu crot.. croott..crot 3 kali kontolku menembakkan pejuh kedalam mulut Desi lalu Siska mendekati Desi.<br />
“Des, bagi dong aku mau nih”, katanya lalu mencium bibir Desi dan berebut air pejuhku. Aku istirahat sebentar karena kelelahan.<br />
“Ndra, aku mau dong kaya yang ada di BF itu”, katanya.<br />
“Gimana?”, tanyaku pura pura tidak mengerti.<br />
“Itu lho yang cowok memasukkan tititnya (Desi menyebut kontol dengan titit) ke dalam tempik ceweknya”, katanya.<br />
“Emang kamu mau?”, tanyaku.<br />
“Iya aku pingin banget ngerasain kata Kak Sinta (kakak Desi) enak banget kaya di surga”, katanya lagi.<br />
“Iya deh, tapi kamu siap siap dong”, kataku sambil naik ke tubuh Desi dan mengangkangkan paha Desi kaya Siska tadi lalu menarik tempik Desi ke kanan dan kekiri.<br />
“Des, bantuin dong, masukin kontolku gih”, kataku. Lalu Desi memegang kontolku dan menempelkanya ke tempiknya.<br />
Aku lalu mendorong kontolku.. bleeshh.. kepala kontolku masuk duluan.<br />
“Akhh.. Ndra emhh enak”, kata Desi berbeda dengan Siska yang kesakitan saat aku masukin kontolku. Tangannya mendorong pantatku agar kontolku lebih memasuki tempiknya dan slleepp.. kontolku pelahan lahan memasuki tempiknya tapi anehnya Desi malah keenakan nggak kesakitan.<br />
“Shh.. terusin Ndraa enaak”, katanya terus menekan pinggulku hingga kontolku kembali menyentuh selaput tipis seperti punya Siska.<br />
“Tahan yah Des”, kataku.<br />
“Udah Ndra, masukin cepetan aku tak tahan”, katanya kembali menekan pinggulku. Aku lalu menekan pinggulku kuat kuat dan.. breet ada seperti kain tipis kembali terlewati kontolku.<br />
“Akhh shh perriih”, Desi baru berteriak kesakitan.<br />
“Pelan dulu Ndra, tempikku perih”, katanya. Aku lalu mendiamkan kontolku di dalam tempik Desi dan menikmati jepitan jepitan tempik Desi pada kontolku.<br />
Aku melihat kearah Siska yang sedang masturbasi sambil mengangkat roknya keatas menggunakan HP 8250 milik Desi yang kecil dan mengeluar masukan HP itu. Aku merasa kasihan banget karena dia sudah terangsang banget lalu aku menyuruhnya berdiri menghadapkan tempiknya ke mukaku agar tempiknya dapat aku puaskan. Lalu aku menaik turunkan pinggulku pelahan lahan sambil menikmati remasan remasan tempik Desi.<br />
“Shh.. akhh.. shh.. akkhh”, desahan Desi keras keras membuat aku makin semangat menyetubuhinya.<br />
“Shh.. Ndraa ukhh”, desahan Siska tak kalah indah sambil meremas kepalaku. Aku menggenjot tempik Desi dan sambil melumat tempik Siska sungguh pengalaman bersetubuhku yang indah dan baru pertama kali. Gerakan pinggulku dari perlahan menjadi semakin cepat dan semakin cepat hingga Desi memeluk pinggangku erat erat tanda Desi akan sampai dan..<br />
“Shh akkhh surr.. suurr.. suurr.. ssuur”, Desi sampai untuk yang kedua kalinya.<br />
Lalu aku mencabut kontolku dari tempik Desi dan membaringkan Siska di ranjangnya lalu kembali memasukan kontolku ke dalam tempik Siska dan menggenjotnya kuat kuat.<br />
“Shh.. mhh.. sshh.. akhh”, desahan Siska.<br />
“Mhh.. ahh Siska, tempikmu nikmathh”, rintihanku menahan kenikmatan.<br />
Lalu serr.. serr.. serr.. Siska telah sampai duluan.<br />
Sleep.. sleep.. clleepp.. clleepp suara kocokan antara kontolku dan tempik Siska merdu.<br />
“Ndra sudah yang aku capek, geli Yang, udah”, katanya tapi aku tak peduli dan terus menggerakan pinggulku kesetanan<br />
“Nggh.. hhaahh.. maahh.. gelii”, desahan Siska malah membuat aku nggak sampai sampai. Sedangkan Desi hanya diam menonton saja sambil mengelus elus tempik dan payudaranya yang basah oleh keringat.<br />
Hingga akhirnya, “Sis mhh.. yahh.. clep.. sllepp clleepp croot crot crot croot crroott”, aku sampai juga.<br />
Ranjang Siska morat marit tidak karuan dan banyak bercak darah dan lendir putih disana sini berbau aneh. Bercak darah dari Desi dan Siska yang telah aku perawani.<br />
Akhirnya kami bertiga tidur bersamaan dan tidak memakai baju sama sekali. Aku terbangun pada tengah malam karena udara terasa dingin banget dan menyenggol kaki Desi hingga terbangun.<br />
“Des, dingin yah”, kataku.<br />
“Iya Ndra”, jawabnya.<br />
“Des pakaian dalammu rusak biar besok aku ganti yah”, kataku sambil mengambil pakaian dalam Desi dan menyimpannya<br />
“Iya deh, tapi besok aku gimana?”, tanyanya.<br />
“Besok kamu nggak usah pakai dulu, terus aja pulang dan ganti baju, lagi pula punya Siska kan kekecilan karena kamu lebih besar dari Siska”, kataku.<br />
“Tapi payudaraku kelihatan dong, ntar dilihatin Mamaku gimana”, katanya lalu mendekatiku dan duduk di sampingku.<br />
“Besok kamu pakai aja jaketnya Siska biar payudaramu tertutup lalu kamu pakai celanamu itu, nggak bakalan kelihatan tempikmu kok, karena celanamu kan tebel”, kataku<br />
“Oklah, Ndra sini aku mau liat titit kamu”, katanya lalu memegang kontolku.<br />
“Kok bisa yah bikin puas orang padahal kan benda ini kecil”, katanya sambil menimang nimang kontolku dan aku hanya tiduran menciumi bibir Siska yang kecil mungil berwarna merah jambu itu.<br />
“Iya dong kan itu burung dewa”, kataku sambil meremas payudara Siska yang menggelantung ke kanan karena tidur Siska ke arah kanan (aku mulai terangsang lagi karena kontolku dimainin lagi).<br />
Lalu Desi kembali mengulum kontolku dan saat itu Siska terbangun karena remasanku terlalu keras<br />
“Ndra, sakit”, katanya lalu bangun dan aku bangun juga.<br />
“Desi, kamu keenakan dari tadi aku juga mau dong”, lalu Siska ikutan berebut ngemut kontolku. Saat itu rasanya seperti dijalari beribu semut dan dialiri listrik ribuan watt.<br />
“Sudah kalau tak tahan masukin aja kontolku ke tempik kalian”, kataku lalu aku tiduran dan Siska naik ke selangkanganku dan menduduki kontolku hingga masuk semua dan bergerak semakin lama semakin cepat. Mereka bergantian memasukkan kontolku ke dalam tempiknya menjadikanku seperti mainan hingga mereka puas.<br />
Kami melakukan skandal ini hingga sekarang. Aku biasa bermain bertiga antara aku, Siska, Desi. Terkadang juga hanya aku dengan Desi, terkadang hanya aku dengan Siska, terkadang di rumah Siska terkadang di rumah Desi atau terkadang di rumahku. Kami melakukan semua itu tanpa bosan bosannya.Cerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-64772519429890611582010-11-07T00:50:00.003+07:002010-11-07T03:32:52.988+07:00Dicabuli Mba yeyenSemuanya bermula ketika keluargaku menggaji seorang pembantu yang bernama Yeyen. Dia merupakan pembantu yang digaji perhari, banyak keluarga di komplek kami yang menggunakan jasanya. Suatu ketika, aku sedang memberi makan kucingku ketika bel pintu berbunyi, aku segera melihat siapa yang datang, ternyata Mbak Yeyen.<br />
“Halo Ian, ada siapa di rumah?” tanya Mbak Yeyen.<br />
“Oh Mbak, kirain siapa. Mama Papa kan jam segini belum pulang Mbak..” jawabku sambil mempersilahkan dia masuk.<br />
“Oh gitu, kalo sendirian aja biar skalian Mbak temenin aja, kamu lagi apa?” tanya Mbak Yeyen lagi sambil langsung menuju dapur, aku mengikuti dari belakang sambil memandang pantat Mbak Yeyen yang montok. Hari ini dia memakai sweater hitam yang dipadu dengan rok coklat sepanjang betis.<br />
“Ga lagi ngapa2in Mbak..” jawabku.<br />
“Ya udah Mbak nyuci dulu ya.” katanya lagi.<br />
Aku hanya mengangguk dan pergi ke kamarku main Playstation. <br />
Beberapa jam kemudian aku capek dan mulai tertidur. Tiba2 Mbak Yeyen masuk ke kamarku hanya dengan mengenakan handuk yang dililitkan ke badannya. Aku terbangun karena suara pintu yang terbuka.<br />
“Ian, mama kamu punya hair dryer nggak?” tanyanya, sambil mengacak2 rambutnya yang basah didepan cermin besar di kamarku.<br />
“Mama sih punya Mbak, cuman Ian ga tau tempatnya dimana.” aku berbaring kembali. Mbak Yeyen memang biasa mandi dan makan di rumahku apabila orangtuaku sedang tidak ada, malah kadang2 dia membawa teman2nya untuk nonton DVD, masak apa yang ada di kulkas, hingga tidur2an di kamar Mama sambil ngegosip.<br />
“Yah, kalo gini rambut Mbak bakal lama keringnya dong.”<br />
Aku tidak menjawab. Tiba2 Mbak Yeyen melemparkan tubuhnya ke ranjang, tepat disebelahku sambil tertawa.<br />
“Uaah, Mbak ikut nungguin disini ya..” katanya. Lipatan handuknya terlepas tapi Mbak Yeyen tidak berusaha merapikannya. Payudaranya yang besar terlihat jelas. Aku bengong, soalnya baru pertama kali itu aku melihat payudara seorang wanita.<br />
“Heh kamu ngeliatin apa?” canda Mbak Yeyen.<br />
“Dadanya Mbak Yeyen gede..” ucapku polos.<br />
“Bagus nggak? Kamu suka?” tanya Mbak Yeyen lagi. Tapi tanpa menunggu jawabanku tiba2 Mbak Yeyen mendekap kepalaku ke payudaranya sambil tertawa2.<br />
“Nih Ian, isep..! Isep..!” candanya. Sementara aku tidak bisa bergerak karena Mbak Yeyen menindihku. Aku hampir tidak bisa bernapas. Mbak Yeyen terus membekapku dengan payudaranya, seringkali putingnya yang coklat dipaksakan memenuhi mulutku. Kira2 10 menit Mbak Yeyen berbuat begitu, aku yang tidak tahu apa2 bingung sendiri melihat Mbak Yeyen mulai keringatan dan napasnya terengah engah.<br />
“Ian, buka bajunya dong!” kata Mbak Yeyen sambil berjalan menuju pintu dan menguncinya.<br />
“Ian ga mau, malu sama Mbak!” aku mulai ketakutan karena tidak mengerti apa yang terjadi dan kenapa Mbak Yeyen berperilaku aneh. Aku melompat dari ranjang dan berlari menuju pintu, berusaha membukanya meski aku tahu itu percuma karena kunci pintu sudah disimpan Mbak Yeyen di atas lemari yang sulit kujangkau.<br />
“Udah sini kamu!” bentak Mbak Yeyen sambil mengangkat tubuhku, aku hanya bisa meronta2 tak berdaya. Lalu Mbak Yeyen membantingkan tubuhku ke atas ranjang, aku sesak, tapi Mbak Yeyen tak peduli, dia langsung menindih kakiku tepat dilutut, celanaku dipelorotkan, bajuku dibuka paksa sehingga kancing2 bajuku berhamburan di lantai. Tiap kali aku mencoba bangun, Mbak Yeyen mendorongku kembali, malah kadang2 dia menamparku sambil membentak2 menyuruhku berbaring.<br />
Aku ketakutan sekali sehingga aku pasrah dan hanya bisa menangis. Mbak Yeyen mengocok penisku dan kadang2 mengulumnya sampai keseluruhan penisku masuk ke dalam mulutnya, jari2 tangan kirinya bermain2 di vaginanya. Kira2 15 menit kemudian, dia berjongkok diatasku dan mulai mengarahkan penisku yang menegang ke dalam vaginanya. Aku benar2 bingung dan tidak mengerti apapun, yang kurasakan hanya kenikmatan yang luarbiasa ketika penisku masuk seluruhnya ke dalam liang vagina Mbak Yeyen.<br />
“Ahh.. Ahh..” Mbak Yeyen mendesah sementara pinggulnya bergoyang2, kadang memutar, kadang naik turun. Tanganku ditarik sedemikian rupa sehingga memegang payudaranya.<br />
“Cepetan remes..! Yang kuat remesnya tolol!” bentak Mbak Yeyen, aku sudah meremas sekuat tenaga tapi telapak tanganku tidak mampu menjangkau seluruh payudaranya. Plaak!! Mbak Yeyen kembali menamparku.<br />
“Aaah.. Mau keluar niihh..!” Mbak Yeyen mempercepat gerakannya, badanku yang jauh lebih kecil dari Mbak Yeyen terombang ambing mengikuti gerakannya. Meski ketakutan, aku tidak bisa berbohong kalau rasanya nikmat sekali, seperti mau kencing tapi beda. Akhirnya aku hanya memejamkan mata ketika spermaku keluar. Mbak Yeyen menyadari aku keluar, dan dia makin mempercepat gerakannya sambil tertawa2.<br />
<a name='more'></a><br />
“Oooh…! Hahaha enak kan? Aah…! Nnngh..! Mbak juga mau keluar..!” sehabis bicara begitu tubuh Mbak Yeyen bergetar dan sedetik kemudian dia mendesah kencang.<br />
“Aaaahhh…!! Nikmatt..!” desahnya sementara tubuhnya berkedut2 mengejang.<br />
Aku tergolek lemas saat Mbak Yeyen berdiri. Tiba2 dia berjongkok kembali tapi kali ini dia mengarahkan vaginanya ke wajahku.<br />
“Aaah.., bersihin Yan, jilatin semuanya!” aku tak bisa lagi memberontak. Tangan Mbak Yeyen memegang kepalaku sementara vaginanya yang basah digesek2an ke mulut dan wajahku. Aku menangis dan berusaha menolak tapi tenaga Mbak Yeyen jauh lebih kuat. Dibekapnya mulutku dengan vaginanya sehingga aku kesulitan bernapas, tiba2 semuanya menjadi gelap. Aku pingsan.Cerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6643282339295879862.post-88622909467702446472010-11-07T00:48:00.004+07:002010-11-07T03:33:03.080+07:00HAHAHA ENAKNamaku Andi, ketika aku SMP, aku tinggal dengan saudaraku di Jakarta, di rumah itu aku bersama tiga orang anak dari saudaraku itu yang usianya sebayaku kecuali Marlena si bungsu, gadis kecil yang masih kelas enam SD.<br />
<a name='more'></a><br />
Setahun sudah aku tinggal dengan mereka, di usia puber sepertiku, semakin hari tubuh Marlena yang biasa kupanggil Lena, terlihat semakin bongsor saja, dengan kulitnya yang putih bersih semakin terlihat menggairahkan nafsuku. Maklumlah turunan dari ibunya yang bertubuh bongsor dan montok. <a href="http://sexceritadewasa.com/">cerita dewasa</a> daun muda terbaru lainnya hanya ada di sexceritadewasa.com.<br />
<span id="more-484"></span><br />
Setiap pulang sekolah aku selalu meluangkan waktu untuk ngobrol-ngobrol dengan Lena, sekedar untuk melihatnya dari dekat, apalagi payudaranya mulai terlihat bentuknya. Aku pun mulai mengincarnya, suatu ketika aku akan mendekatinya, pikirku.<br />
Dihari berikutnya saat Marlena pulang dari sekolah langsung menuju ke kamar tempat cucian-cucian yang belum kering, karena di rumah lagi tidak ada orang, akupun mengikutinya. Aku berusaha agar kedatanganku tidak mengagetkannya.<br />
“Len…udah pulang..?” iya kak, sambil melepas sepatunya.<br />
“Awas dong…mau ganti baju nih…!” katanya memohon.<br />
“Iya..aku keluar deh..tapi kalo udah ganti baju boleh masuk lagi ya…!” pintaku padanya.<br />
“Iya…..boleh…” ungkapnya.<br />
“Aku masuk ya…!” pintaku dari luar sambil membuka pintu. Wow..seperti bidadari Marlena memakai daster kecilnya yang bertali satu, jantungku berdegup kencang seakan tidak percaya akan pemandangan itu.<br />
“Len…kamu cantik sekali pakai baju itu..!” ungkapku jujur padanya.<br />
“Masa sih..!” kata Marlena sambil berputar bergaya seperti peragawati.<br />
“Aku boleh bilang sesuatu nggak Len…?” tanyaku agak ragu padanya.<br />
“Mau bilang apaan sih kak…serius banget deh kayaknya…!” ungkap Marlena penasaran.<br />
“A..aku.. boleh peluk kamu nggak..,sebentar aja…!” ungkapku memberanikan diri.<br />
“Aku janji nggak ngapa-ngapain….sungguh..!” janjiku padanya.<br />
“Iiih…peluk gimana sih.., emang mau ngapain…, nggak mau ah…!” bantahnya.<br />
“Sebentar….aja….ya…Len..” kembali aku membujuknya, jangan sampai dia jadi takut padaku.<br />
“Ya udah cepetan ah…yang enggak-enggak aja sih…” ungkapnya agak genit sambil berdiri membelakangiku.<br />
Tak kusia-siakan aku langsung memeluknya diri belakang, tanganku melingkar di tubuhnya yang kecil mulus, dan padat itu, lalu tanganku kuletakkan di bagian perutnya, sambil ku usap-usap dengan perlahan.<br />
Gila..kontolku langsung berdenyut begitu menyentuh pantat Marlena yang empuk dan bentuknya sedikit menungging menyentuh ke arah kontolku. Langsung saja kugesek-gesekkan pelan-pelan di pantatnya itu.<br />
“Iiih….diapain sih tuh…udah….ah…!” seru Marlena sambil berusaha melepaskan pelukanku.<br />
“Aku terangsang Len…abis kamu cantik sekali Len…!” ungkapku terus terang.<br />
Marlena pun membalikkan badannya menghadapku, sambil menatapku penuh rasa penasaran.<br />
“Anunya bangun ya kak…?” tanya Marlena heran.<br />
“Iya Len…aku terangsang sekali…” ungkapku sambil mengelus-elus celanaku yang menyembul karena kontolku yang sudah tegang.<br />
“Kamu mau lihat nggak Len…?” tanyaku padanya.<br />
“Nggak ah…entar ada orang masuk lho…!” katanya polos.<br />
“Kita kunci aja dulu pintu gerbangnya ya…!” ungkapku, sambil beranjak mengunci pintu gerbang depan.<br />
Sementara Marlena menungguku dengan sedikit salah tingkah di kamar itu.<br />
Sekembali mengunci pintu gerbang depan, kulihat Marlena masih di kamar itu menunggu dengan malu-malu, tapi juga penasaran.<br />
“Ya udah aku buka ya…..?” ungkapku sambil menurunkan celana pendekku pelan-pelan.<br />
Kulihat Marlena mengbuang muka pura-pura malu tapi matanya sedikit melirik mencuri pandang ke arah kontolku yang sudah kembali ngaceng.<br />
“Nih lihat….cepetan mumpung nggak ada orang…!” ungkapku pada Marlena sambil kuelus-elus kontolku di depannya. Marlena pun melihatnya dengan tersipu-sipu.<br />
”Iiih ngapain sih…. Malu tahu…!” ungkapnya pura-pura.<br />
“Ngapain malu Len…kan udah nggak ada orang…” kataku berdebar-debar.<br />
“Mau pegang nggak….?” Ungkapku sambil menarik tangan Marlena kutempelkan ke arah kontolku. Tampak muka Marlena mulai memerah karena malu, tapi penasaran. Masih dalam pegangan tanganku, tangan Marlena kugenggamkan pada batang kontolku yang sudah ngaceng itu, sengaja ku usap-usapkan pada kontolku, dia pun mulai berani melihat ke arah kontolku.<br />
“Iiiih…takut ah…gede banget sih…!” ungkapnya, sambil mulai mengusap-ngusap kontolku, tanpa bimbinganku lagi.<br />
“Aaaah…ooouw….terus Len…enak banget…!” aku mulai merintih. Sementara Marlena sesuai permintaanku terus menggenggam kontolku sambil sesekali mengusap-usapkan tangannya turun naik pada batang kontolku, rasa penasarannya semakin menjadi melihat kontolku yang sudah ngaceng itu.<br />
“Aku boleh pegang-pegang kamu nggak Len…?” ungkapku sambil mulai mengusap-usap lengan Marlena, lalu bergeser mengusap-usap punggungnya, sampai akhirnya ku usap-usap dan kuremas-remas pantatnya dengan lembut. Marlena terlihat bingung atas tingkahku itu, di belum mengerti apa maksud dari tindakanku terhadapnya itu, dengan sangat hati-hati rabaan tanganku pun mulai keseluruh bagian tubuhnya, sampai sesekali Marlena menggelinjang kegelian, aku berusaha untuk tidak terlihat kasar olehnya, agar dia tidak kapok dan tidak menceritakan ulahku itu kepada orang tuanya.<br />
“Gimana Len…….?” ungkapku padanya.<br />
“Gimana apanya…!” jawab Marlena polos.<br />
Aku kembali berdiri dan memeluk Marlena dari belakang, sementara celanaku sudah jatuh melorot ke lantai, sekalian saja kulepas. Marlena pun diam saja saat aku memeluknya, sentuhan lembut kontolku pada daster mini warna bunga-bunga merah yang dipakai Marlena membuatku semakin bernafsu padanya. akupun terus menggesek-gesekkan batang kontolku di atas pantatnya itu. Sementara tangan Marlena terus menggenggam batang kontolku yang menempel di pantatnya, sesekali dia mengocoknya pelan-pelan.<br />
Tak lama setelah itu perlahan kuangkat daster tipis Marlena yang menutupi bagian pantatnya itu, lalu dengan hati-hati kutempelkan batang kontolku diatas pantat Marlena yang tidak tertutupi oleh daster tipinya lagi.<br />
“Len….buka ya celana dalamnya….!” pintaku pelan, sambil membelai rambutnya yang terurai sebatas bahunya itu.<br />
“Eeeh….mau ngapain sih….pake dibuka segala…?” tanyanya bingung.<br />
“Nggak apa-apa nanti juga kamu tahu… Lena tenang aja…!” bujukku padanya agar dia bersikap tenang, sambil perlahan-lahan aku turunkan celana dalam Marlena.<br />
“Tuh kan…..malu…masa nggak pake celana dalam sih…!” ungkapnya merengek padaku.<br />
“Udah nggak apa-apa….kan nggak ada siapa-siapa..!” aku menenangkannya.<br />
“Kamu kan udah pegang punyaku…sekarang aku pegang punyamu ya…Len..?” pintaku padanya, sambil mulai ku usap-usap memeknya yang masih bersih tanpa bulu itu.<br />
“Ah..udah dong…geli nih…” ungkap Marlena, saat tanganku mengusap-usap selangkangan dan memeknya.<br />
“Ya udah….punyaku aja yang ditempelin deket punyamu ya..!” ungkapku sambil menempelkan batang kontolku ditengah-tengah selangkangan Marlena tepat diatas lubang memeknya. Pelan-pelan kugesek-gesekkan batang kontolku itu di belahan memek Marlena. Lama kelamaan memek Marlena mulai basah, semakin licin terasa pada gesekkan batang kontolku di belahan memek Marlena, nafsu birahiku semakin tinggi, darahku rasanya mengalir cepat keseluruh tubuhku, seiring dengan degup jantungku yang makin cepat.<br />
Masih dalam posisi membelakangiku, aku meminta Marlena membungkukkan badannya ke depan agar aku lebih leluasa menempelkan batang kontolku di tengah-tengah selangkangannya. Marlena pun menuruti permintaanku tanpa rasa takut sedikitpun, rupanya kelembutan belaianku sejak tadi dan segala permintaanku yang diucapkan dengan hati-hati tanpa paksaan terhadapnya, meyakinkan Marlena bahwa aku tidak mungkin menyakitinya.<br />
“Terus kita mau ngapain nih…?” ungkap Marlena heran sambil menunggingkan pantatnya persis kearah kontolku yang tegang luar biasa. Kutarik daster tipisnya lalu kukocok-kocokkan pada batang kontolku yang sudah basah oleh cairan memek Marlena tadi. Lantas aku masukan kembali batang kontolku ketengah-tengah selangkangan Marlena, menempel tepat pada belahan memek Marlena, mulai kugesek-gesekan secara beraturan, cairan memek Marlena pun semakin membasahi batang kontolku.<br />
“Aaah…Len…enaaaak….bangeet…!” aku merintih nikmat.<br />
”Apa sih rasanya….emang enak…ya…?” tanya Marlena, heran.<br />
“Iya…Len…rapetin kakinya ya…!” pintaku padanya agar merapatkan kedua pahanya.<br />
Waw nikmatnya, kontolku terjepit di sela-sela selangkangan Marlena. Aku terus menggenjot kontolku disela-sela selangkangannya, sambil sesekali kusentuh-sentuhkan ke belahan memeknya yang sudah basah.<br />
“Ah geli nih…. udah belum sih…jangan lama-lama dong…!” pinta Marlena tidak mengerti adegan ini harus berakhir bagaimana.<br />
“Iya…Len… sebentar lagi ya…!” ungkapku sambil mempercepat genjotanku, tanganku meremas pantat Marlena dengan penuh nafsu.<br />
Tiba-tiba terasa dorongan hebat pada batang kontolku seakan sebuah gunung yang akan memuntahkan lahar panasnya.<br />
“Aaaaakh…aaaoww…Leenn…aku mau keluaarr…crottt…crott…crottt.. oouhh…!” air maniku muncrat dan tumpah diselangkangan Marlena, sebagian menyemprot di belahan memeknya.<br />
“Iiiih….jadi basah..nih…!” ungkap Marlena sambil mengusap air maniku diselangkangannya.<br />
“Hangat…licin…ya…?” ungkapnya sambil malu-malu.<br />
“Apaan sih ini….namanya..?” Marlena bertanya padaku.<br />
”Hmm…itu namanya air mani…Len…!” jelasku padanya.<br />
Dipegangnya air mani yang berceceran di pahanya, lalu dia cium baunya, sambil tersenyum. Aku pun menatap Marlena sambil melihat reaksinya setelah melihat tingkahku padanya itu. Tapi untunglah Marlena tidak kaget atas tingkahku itu, cuma sedikit rasa ingin tahu saja yang terlihat dari sikapnya itu.<br />
Aku sungguh beruntung dengan keadaan di rumah itu sore itu yang telah memberiku kesempatan untuk mendekati Marlena gadis kecil yang cantik.<br />
Marlenapun menurunkan daster mininya sambil mengusapkannya ke selangkangannya yang belepotan dengan air maniku, lalu dipakainya kembali celana dalamnya yang kulepas tadi.<br />
“Len…makasih ya…udah mau pegang punyaku tadi…!” ungkapku pada Marlena yang masih terheran-heran atas ulahku tadi.<br />
“Kamu nggak marahkan kalau besok-besok aku pengen seperti ini lagi..?” pintaku pada Marlena.<br />
“Iya…nggak apa-apa…asal jangan lagi ada orang aja..kan malu…!” ungkap Marlena polos.<br />
Setelah itu Marlena pun bergegas mengambil tas sekolahnya berlalu ke dalam kamarnya, aku benar-benar merasa puas dengan kepolosannya tadi, pokoknya nanti aku akan bujuk dia untuk seperti itu lagi, kalau perlu kuajari yang lebih dari ituCerita Saru Seruhttp://www.blogger.com/profile/11979321572429600360noreply@blogger.com0